“Silahkan,” ucap Sean lagi. Pria itu menyodorkan tangannya seolah menunggu Valerie untuk memasangkan cincin itu di jarinya. Karena sudah mengerti dan tidak ingin lagi menanyakan apapun, Valerie langsung mengeluarkan cincin itu dari kotaknya, dan memasangnya di jari manis Sean. “Sudah,” ujar Valerie singkat. Karena Valerie sudah melakukan tugasnya sesuai keinginan Sean, dia menduga bahwa Sean akan melepaskan dirinya dan membiarkannya pergi setelah itu. Jadi tanpa menunggu lagi, Valerie lantas hendak beranjak. “Masih belum selesai,” kata Sean. Mendengar hal itu, Valerie hanya bisa menatapnya dengan tatapan seolah bertanya. “Ada apa lagi?” tanya Valerie. Tetapi bukannya menjawab, Sean malah kembali menggenggam tangan Valerie dan mengajaknya pergi lagi. Kali ini, mereka pergi menuju kamar tidur Valerie. “Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Valerie begitu Sean membuka pintu kamar tidurnya. Karena memerlukan bantuan Valerie, Sean lantas menjawab, “Kamu juga harus memakai cincin milik
Beberapa hari kemudian setelah kejadian cincin pernikahan waktu itu, sejak itu Sean menjadi semakin sibuk di kantor. Jika sebelumnya Valerie yang pulang larut kerena disibukan dengan urusan pekerjaan, maka kali ini giliran Sean.Jika Sean pulang selepas waktu makan malam, dia juga akan terus bekerja di ruangan kerjanya yang berada di rumah. Dia tampaknya sudah kembali menjadi Sean yang gila kerja sekarang. Dia juga tidak lagi mengganggu Valerie, dan sepertinya itulah yang Valerie inginkan.Pagi itu ketika Sean berangkat ke kantor, dia merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Entah mengapa dia merasa lemas hari ini. Ketika mobilnya sampai di parkiran, bertepatan dengan itu Putra juga baru saja tiba.Melihat Sean yang baru saja turun dari mobilnya, Putra lantas bergegas untuk menyapa, “Selamat pagi, bos!” sapa Putra dengan bersemangat.Tetapi begitu Putra memperhatikan wajah Sean, dia menjadi kebingungan. Masalahnya, Sean tampak se
Setelah memutus panggilannya dengan Putra, Valerie tidak langsung pergi menuju kantor milik Sean. Dia lebih dulu menyiapkan bubur di dapur kantor. Jika Sean memang sedang demam dan kurang enak badan, maka seharusnya dia memakan makanan yang mudah dicerna lebih dulu.Setelah menyiapkan makanan, barulah Valerie bergegas menuju kantor Sean. Ketika menelpon tadi, dia juga sudah meminta kepada Putra agar meminta resep obat dari dokter, dan ternyata Sean juga memiliki dokter keluarga.“Dia benar-benar membuat panik,” ucap Valerie.Masalahnya, bukan hanya Valerie yang dia buat panik. Putra yang melihat perubahan Sean juga pasti menjadi panik. Jika dia memang merasa tidak sehat, maka seharusnya dia tidak perlu berangkat ke kantor dan berdiam diri saja di rumah.Sebenarnya Valerie juga membelikan beberapa cemilan, dan akan memberikan itu karyawan Sean nanti. Mendengar cerita Putra saja, sudah bisa membuat Valerie membayangkan sikap Sean
Valerie berjalan untuk meletakkan tasnya sementara Sean masih berdiri dengan keadaan yang sama sejak tadi. Tetapi begitu dia merasakan pening di kepalanya, Sean lantas duduk kembali. Dia ingin memejamkan mata sejenak, namun khawatir jika Valerie bisa saja pergi jika dia melakukan hal itu.Begitu meletakkan tasnya, Valerie mengambil secangkir teh hangat yang tadi dibawakan oleh Putra. Dia memang meminta itu tadi. Tanpa menunggu lagi, Valerie segera menuju ke arah Sean dan meletakan cangkir itu dihadapannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Valerie memastikan.“Sepertinya sedikit buruk,” jawab Sean.Valerie mendekat ke samping kiri Sean dan meletakkan telapak tangannya di dahi pria itu. “Kamu demam,” ucap Valerie.Meski Sean merasa kaget karena melihat keberadaan Valerie di ruangannya, dia masih tidak menanyakan hal itu. Saat ini dia hanya ingin agar Valerie tidak lagi menjauh darinya.&l
Valerie berjalan untuk meletakkan tasnya sementara Sean masih berdiri dengan keadaan yang sama sejak tadi. Tetapi begitu dia merasakan pening di kepalanya, Sean lantas duduk kembali. Dia ingin memejamkan mata sejenak, namun khawatir jika Valerie bisa saja pergi jika dia melakukan hal itu.Begitu meletakkan tasnya, Valerie mengambil secangkir teh hangat yang tadi dibawakan oleh Putra. Dia memang meminta itu tadi. Tanpa menunggu lagi, Valerie segera menuju ke arah Sean dan meletakan cangkir itu dihadapannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Valerie memastikan.“Sepertinya sedikit buruk,” jawab Sean.Valerie mendekat ke samping kiri Sean dan meletakkan telapak tangannya di dahi pria itu. “Kamu demam,” ucap Valerie.Meski Sean merasa kaget karena melihat keberadaan Valerie di ruangannya, dia masih tidak menanyakan hal itu. Saat ini dia hanya ingin agar Valerie tidak lagi menjauh darinya.&l
Baru saja Valerie dan Putra kembali ke ruang kerja Sean untuk memeriksa keadaan pria itu, mereka malah menemukan Sean yang berjalan keluar dari kamar pribadinya.Sean yang mendapati Valerie datang bersama dengan Putra, lantas berjalan mendekat. “Sepertinya saya hanya tertidur sebentar,” ucap Sean.Mendengar hal itu, Putra dan Valerie saling menatap satu sama lain. Mereka berdua bersikap seolah tidak setuju dengan ucapan Sean barusan.“Ada apa?” tanya Sean yang menyadari ada kejanggalan disana.“Itu benar, kamu hanya tidur sebentar,” kata Valerie. “Hanya tiga jam jika aku tidak salah,” lanjut Valerie lagi.Valerie beranjak untuk mengambil barang-barangnya, sementara Sean hanya bisa terdiam di tempat.“Ti-tiga jam?” ujar Sean sembari menatap ke arah Putra yang kini sedang berdiri di hadapannya.Tidak seperti Valerie yang langsung memberikan jawaban,
Sesampainya mereka di rumah, Sean langsung membukakan pintu mobil untuk Valerie. Dia bahkan memutari mobil itu lebih dulu, dan tidak membiarkan Putra melakukannya.Melihat Sean yang membukakan pintu mobil untuknya, Valerie lantas tersenyum. Dia meraih uluran tangan Sean dan beranjak dari posisinya. “Terimakasih,” ucap Valerie.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sean bisa melihat senyuman manis Valerie yang kini memang ditujukkan untuk dirinya.Karena tugas Putra sudah selesai, dia lantas pamit untuk pergi. Dia sudah cukup menjadi nyamuk diantara pasangan suami istri itu sejak tadi.“Kalau begitu aku permisi,” pamit Putra.“Baiklah, terimakasih,” kata Valerie.Begitu mobil yang dikendarai Putra meninggalkan halaman, saat itu mobil Valerie juga tiba. Setidaknya dia tidak perlu merasa khawatir jika mobilnya hilang.“Tunggu sebentar, aku harus mengambil kunci mo
Valerie yang melihat itu juga tidak langsung bertindak. Dia memikirkan beberapa hal terlebih dulu.Kontrak pernikahan mereka memang akan segera berakhir, dan Valerie mulai menyadari perubahan pada sikap Sean. Dia seharusnya membantu pria itu agar hidup lebih baik, jadi pernikahan mereka tidak akan berakhir dengan sia-sia.Setelah memikirkan tentang hal itu, Valerie mulai mengambil keputusan. Dia sudah menemani Sean hari itu dan melihat betapa sikapnya berubah hanya karena ditemani dirinya. Jika itu benar, maka seharusnya Valerie bisa menemani pria itu lebih lama.Jadilah Valerie berjalan mendekat ke arah Sean dan berdiri di sampingnya. “Kamu masih belum sehat, tidak baik berdiri diluar terlalu lama,” ucap Valerie yang mencoba untuk menjelaskan.Meski begitu, Sean masih saja diam di posisinya sejak tadi. Entah mengapa dia bersikap seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya saat ini. Atau lebih tepatnya, seorang suami yan