Setelah memutus panggilannya dengan Putra, Valerie tidak langsung pergi menuju kantor milik Sean. Dia lebih dulu menyiapkan bubur di dapur kantor. Jika Sean memang sedang demam dan kurang enak badan, maka seharusnya dia memakan makanan yang mudah dicerna lebih dulu.
Setelah menyiapkan makanan, barulah Valerie bergegas menuju kantor Sean. Ketika menelpon tadi, dia juga sudah meminta kepada Putra agar meminta resep obat dari dokter, dan ternyata Sean juga memiliki dokter keluarga.“Dia benar-benar membuat panik,” ucap Valerie.Masalahnya, bukan hanya Valerie yang dia buat panik. Putra yang melihat perubahan Sean juga pasti menjadi panik. Jika dia memang merasa tidak sehat, maka seharusnya dia tidak perlu berangkat ke kantor dan berdiam diri saja di rumah.Sebenarnya Valerie juga membelikan beberapa cemilan, dan akan memberikan itu karyawan Sean nanti. Mendengar cerita Putra saja, sudah bisa membuat Valerie membayangkan sikap SeanValerie berjalan untuk meletakkan tasnya sementara Sean masih berdiri dengan keadaan yang sama sejak tadi. Tetapi begitu dia merasakan pening di kepalanya, Sean lantas duduk kembali. Dia ingin memejamkan mata sejenak, namun khawatir jika Valerie bisa saja pergi jika dia melakukan hal itu.Begitu meletakkan tasnya, Valerie mengambil secangkir teh hangat yang tadi dibawakan oleh Putra. Dia memang meminta itu tadi. Tanpa menunggu lagi, Valerie segera menuju ke arah Sean dan meletakan cangkir itu dihadapannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Valerie memastikan.“Sepertinya sedikit buruk,” jawab Sean.Valerie mendekat ke samping kiri Sean dan meletakkan telapak tangannya di dahi pria itu. “Kamu demam,” ucap Valerie.Meski Sean merasa kaget karena melihat keberadaan Valerie di ruangannya, dia masih tidak menanyakan hal itu. Saat ini dia hanya ingin agar Valerie tidak lagi menjauh darinya.&l
Valerie berjalan untuk meletakkan tasnya sementara Sean masih berdiri dengan keadaan yang sama sejak tadi. Tetapi begitu dia merasakan pening di kepalanya, Sean lantas duduk kembali. Dia ingin memejamkan mata sejenak, namun khawatir jika Valerie bisa saja pergi jika dia melakukan hal itu.Begitu meletakkan tasnya, Valerie mengambil secangkir teh hangat yang tadi dibawakan oleh Putra. Dia memang meminta itu tadi. Tanpa menunggu lagi, Valerie segera menuju ke arah Sean dan meletakan cangkir itu dihadapannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Valerie memastikan.“Sepertinya sedikit buruk,” jawab Sean.Valerie mendekat ke samping kiri Sean dan meletakkan telapak tangannya di dahi pria itu. “Kamu demam,” ucap Valerie.Meski Sean merasa kaget karena melihat keberadaan Valerie di ruangannya, dia masih tidak menanyakan hal itu. Saat ini dia hanya ingin agar Valerie tidak lagi menjauh darinya.&l
Baru saja Valerie dan Putra kembali ke ruang kerja Sean untuk memeriksa keadaan pria itu, mereka malah menemukan Sean yang berjalan keluar dari kamar pribadinya.Sean yang mendapati Valerie datang bersama dengan Putra, lantas berjalan mendekat. “Sepertinya saya hanya tertidur sebentar,” ucap Sean.Mendengar hal itu, Putra dan Valerie saling menatap satu sama lain. Mereka berdua bersikap seolah tidak setuju dengan ucapan Sean barusan.“Ada apa?” tanya Sean yang menyadari ada kejanggalan disana.“Itu benar, kamu hanya tidur sebentar,” kata Valerie. “Hanya tiga jam jika aku tidak salah,” lanjut Valerie lagi.Valerie beranjak untuk mengambil barang-barangnya, sementara Sean hanya bisa terdiam di tempat.“Ti-tiga jam?” ujar Sean sembari menatap ke arah Putra yang kini sedang berdiri di hadapannya.Tidak seperti Valerie yang langsung memberikan jawaban,
Sesampainya mereka di rumah, Sean langsung membukakan pintu mobil untuk Valerie. Dia bahkan memutari mobil itu lebih dulu, dan tidak membiarkan Putra melakukannya.Melihat Sean yang membukakan pintu mobil untuknya, Valerie lantas tersenyum. Dia meraih uluran tangan Sean dan beranjak dari posisinya. “Terimakasih,” ucap Valerie.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sean bisa melihat senyuman manis Valerie yang kini memang ditujukkan untuk dirinya.Karena tugas Putra sudah selesai, dia lantas pamit untuk pergi. Dia sudah cukup menjadi nyamuk diantara pasangan suami istri itu sejak tadi.“Kalau begitu aku permisi,” pamit Putra.“Baiklah, terimakasih,” kata Valerie.Begitu mobil yang dikendarai Putra meninggalkan halaman, saat itu mobil Valerie juga tiba. Setidaknya dia tidak perlu merasa khawatir jika mobilnya hilang.“Tunggu sebentar, aku harus mengambil kunci mo
Valerie yang melihat itu juga tidak langsung bertindak. Dia memikirkan beberapa hal terlebih dulu.Kontrak pernikahan mereka memang akan segera berakhir, dan Valerie mulai menyadari perubahan pada sikap Sean. Dia seharusnya membantu pria itu agar hidup lebih baik, jadi pernikahan mereka tidak akan berakhir dengan sia-sia.Setelah memikirkan tentang hal itu, Valerie mulai mengambil keputusan. Dia sudah menemani Sean hari itu dan melihat betapa sikapnya berubah hanya karena ditemani dirinya. Jika itu benar, maka seharusnya Valerie bisa menemani pria itu lebih lama.Jadilah Valerie berjalan mendekat ke arah Sean dan berdiri di sampingnya. “Kamu masih belum sehat, tidak baik berdiri diluar terlalu lama,” ucap Valerie yang mencoba untuk menjelaskan.Meski begitu, Sean masih saja diam di posisinya sejak tadi. Entah mengapa dia bersikap seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya saat ini. Atau lebih tepatnya, seorang suami yan
Keesokan harinya ketika Valerie terbangun, dia merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Ketika menatap sekeliling, dia tersadar bahwa semalam dia tidur di kamar Sean. Valerie menatap ke arah perutnya, dan mendapati Sean yang memeluk pinggangnya dengan erat.“Apa dia memelukku seperti ini sejak semalam?” pikir Valerie.Valerie bergerak perlahan dan berusaha untuk menatap jam yang terletak diatas nakas samping tempat tidur. Tetapi karena terlalu banyak bergerak, itu malah membuat Sean terbangun dari tidurnya.Sean kembali mengeratkan pelukannya dan membuat Valerie kembali ke posisinya semula. “Good morning,” ucap Sean dengan suara berat khas orang yang baru bangun tidur.Sean membuka kedua matanya, dan hal pertama yang dia lihat adalah sepasang mata indah berwarna coklat yang kini juga sedang menatap ke arahnya.“Good morning too,” balas Valerie. “Bagaimana tidurmu semalam?&rdquo
Begitu melihat keberadaan Sean di kantor pagi itu, Putra langsung bergegas untuk mendekatinya. “Selamat pagi, bos!” sapa Putra.“Pagi!” balas Sean yang langsung berjalan masuk begitu dia turun dari mobilnya.Pagi itu, sikap Sean sepertinya menunjukkan adanya kabar baik. Dia bahkan menyempatkan diri untuk membalas sapaan Putra tadi, dan tidak mengabaikannya seperti biasa.Ketika mereka berjalan menuju ruangan itupun, Sean masih menunjukkan sisi baik dirinya. Hari ini terasa seperti benar-benar berbeda.Para karyawan yang melihat kedatangan Sean, lantas bergegas menyapa dengan sopan, sama seperti yang mereka lakukan setiap harinya.“Selamat pagi, pak!”“Pagi, pak!”Sean menganggukan kepalanya perlahan sebagai respon. “Selamat pagi,” balas Sean.Hanya jawaban selamat pagi yang begitu singkat, tetapi semua karyawan yang berada di sana langsu
Sore itu, Valerie baru saja berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia baru kembali dari kantor dan berniat meletakkan barang-barangnya lebih dulu.“Ahh, waktu berlalu dengan sangat cepat,” ujar Valerie.Dia melepaskan blazer yang dia kenakan sejak tadi dan beranjak menuju kamar mandi. Dia perlu melakukan sesuatu disana. Begitu dia selesai dengan kegiatannya, saat itu terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.“Sebentar,” ujar Valerie seraya berjalan mendekat ke arah pintu dan membukanya.Ketika dia melihat ke luar, ternyata disana sudah ada Sean yang bahkan masih mengenakan setelan kantornya. Sepertinya dia baru saja sampai.“Hai,” sapa Sean lebih dulu sebelum Valerie menanyakan perihal kedatangan pria itu.Valerie tertawa begitu melihat Sean menyapa meski sedikit kaku. “Hai,” balas Valerie sembari berusaha untuk menahan tawanya.“Kamu perlu sesuatu?”