Thasia tertegun, dia mengangkat kepalanya, menatap Jeremy dengan tidak percaya.Pria itu belum pernah memujinya.Ada apa dengannya hari ini?Thasia dan Jeremy saling berpandangan. "Benarkah?"Jeremy mengulurkan tangannya, membelai rambut di wajah Thasia, lalu tertawa pelan. "Kamu nggak percaya diri?"Thasia merasa gugup karena sedang mencoba gaya baru, tapi dia tidak mau mengakuinya. "Bukan begitu.""Kamu terlihat cantik malam ini, baju ini sangat cocok untukmu."Jeremy memeluk pinggangnya, tubuh Thasia pun terdorong maju beberapa langkah, hingga masuk ke pelukan pria itu."Aku rasanya nggak ingin orang lain melihatmu," kata Jeremy dengan suara rendah dan serak.Napas panasnya menerpa wajah Thasia, membuat orang terlena. Pipi Thasia pun memanas, lalu dia mendorong Jeremy menjauh. "Jangan meledekku. Kalau kamu bilang cantik berarti cantik."Thasia tersenyum tipis.Mata Jeremy sedikit menyipit dan dia menundukkan kepalanya. "Kenapa kalau aku bilang cantik maka berarti cantik?"Thasia men
"Pak Jeremy." Seseorang mendekat untuk menyapanya, kemudian orang itu memandang Thasia. "Ternyata Nona Thasia. Nona Thasia biasa terlihat nggak suka berdandan, tapi hari ini kamu cantik sekali, aku sampai terkejut!"Pria itu mendekat dan hendak berjabat tangan dengan Thasia."Anda terlalu memuji, ini semua karena riasan. Aku nggak secantik pasangan Anda malam ini." Thasia yang sudah terbiasa bersikap formal langsung tersenyum dan ingin membalas jabatan tangan pihak lawan.Namun, Jeremy menghalanginya. "Nggak perlu bersikap formal malam ini."Thasia menarik tangannya kembali.Pria yang menyapa mereka bukannya marah malah menggodanya. "Pak Jeremy sungguh protektif."Di sisi lain."Lihatlah, pasangan Pak Jeremy malam ini ternyata sekretarisnya, aku pikir bakal orang lain!" ujar Angel."Menurutku status sekretaris itu cukup spesial!"Lisa berdiri di sebelah orang-orang itu, dia sedang mengenakan gaun cadangan saat ini. Dibandingkan dengan Thasia, penampilannya jauh lebih jelek.Setelah Jer
Thasia meringis kesakitan.Sakit. Ternyata bukan mimpi.Jeremy benar-benar memijat kakinya.Jeremy memperhatikan ekspresinya, dia pikir pijatannya terlalu kuat, jadi dia tanpa sadar bertanya, "Sakit?"Thasia menggelengkan kepalanya. "Nggak."Thasia tertegun, ujung hidungnya terasa sedikit basah, lalu berkata, "Hanya saja aku nggak menyangka kamu akan memijat kakiku."Thasia sangat terkejut mendapat perlakuan lembut pria ini.Jeremy mengangkat tatapannya. Matanya yang gelap terlihat sedikit sedih, dia berkata dengan lembut, "Kamu pasti kesakitan."Thasia menggelengkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa.Dia tidak merasa keberatan.Dia hanya bertepuk sebelah tangan saja.Jeremy menggosok kakinya, menyalurkan suhu tubuhnya yang hangat, membuat rasa sakit yang dirasakan Thasia berkurang.Wanita itu fokus menatapnya, tenggelam dalam kelembutan Jeremy, tapi tetap terjaga setiap saat.Matanya tertuju pada mata Jeremy yang gelap, hidungnya yang mancung, kemudian ke bibir merahnya ....Pada sa
"Panggil aku Bu Thasia saja." Thasia berkata dengan acuh tak acuh, "Rasanya aneh kamu tiba-tiba menggunakan panggilan lain. Lagi pula, saat ini sedang ada banyak orang."Tony tidak mengerti kenapa Thasia dan Jeremy merahasiakan hubungan mereka, jelas-jelas mereka ini suami-istri.Namun, hal ini urusan mereka, dia tidak mau ikut campur.Dia hanya mengikuti permintaan Thasia. "Oke, Bu Thasia."Thasia sudah selesai makan, mereka pun pergi ke area lelang.Saat di jalan, Thasia menabrak seseorang, karena sudah biasa bersikap formal dia pun berkata duluan, "Maaf.""Nggak apa-apa, Nona Thasia, terima kasih untuk minumannya tadi."Thasia mendongak, ternyata orang yang dia tabrak adalah Angel.Thasia dengan sopan menyapanya, "Nona Angel."Angel tersenyum tipis, dia menjabat tangan Thasia dengan ramah. "Nona Thasia, kamu sungguh cantik hari ini, pantas saja Pak Jeremy terpesona padamu."Thasia segera menjelaskan hubungan mereka, "Bukan begitu, Nona Angel, jangan salah paham, aku hanya sekretaris
Batu permata itu beratnya mungkin sepuluh karat, lalu ada mutiara tambahan yang beratnya lebih dari satu karat.Sebuah perhiasan yang patut dijadikan koleksi.Thasia menoleh dan melihat Lisa menatapnya, gadis itu tersenyum menantang padanya.Lisa memang memiliki alasan untuk memamerkannya.Sejak Thasia menikah dengan Jeremy, Yasmin tidak pernah membelikannya apa pun.Namun, sekarang Yasmin malah membeli barang seharga 60 miliar untuk wanita lain tanpa merasa sayang duit.Ketika perhiasan itu diberikan kepada Lisa, begitu banyak orang yang melihatnya, sehingga Lisa merasa terhormat dan cukup senang. "Cantik sekali. Bibi, seleramu sungguh bagus."Yasmin menatapnya dengan sayang dan berkata, "Kalau kamu suka, aku pun senang."Lisa memegang perhiasan itu, orang-orang di sekitarnya merasa sangat iri, mereka pun berkata, "Lisa disayang sekali oleh Nyonya Yasmin, Lisa sudah seperti putrinya sendiri.""Bukan, lebih seperti menantunya.""Bukannya Pak Jeremy bilang dia sudah menikah? Mana mungki
Di dalamnya ada gelang giok hijau yang Lisa sukai.Thasia berjalan masuk, melihat mereka semua di sana, dia pun menyapa Jeremy dengan hormat. "Pak Jeremy, ada apa kamu mencariku?"Jeremy menatapnya. "Sini."Thasia berjalan mendekat.Jeremy mengambil kotak di atas meja dan membukanya. Di bawah tatapan semua orang, Jeremy mengeluarkan gelang hijau yang dia beli tadi dan memakaikannya di tangan Thasia.Saat ini, ekspresi Lisa pun berubah.Yasmin tertegun dan berkata, "Jeremy, kamu bukan membeli gelang itu untuk Lisa?"Jeremy berkata, "Bukannya dia sudah dapat darimu?"Yasmin merapatkan bibirnya, dia merasa sangat kesal.Thasia merasa terkejut. Tangannya tiba-tiba terasa lebih berat. Gelang ini seharga 200 miliar, mana mungkin dia bisa menerima barang semahal ini.Thasia belum pernah memakai barang semahal ini, seketika dia merasa tidak pantas. "Aku nggak bisa menerimanya, ini terlalu mahal. Bagaimana kalau terbentur dan rusak nanti saat aku pakai?"Thasia ingin melepasnya.Namun, Jeremy m
Begitu mendengar ini, Thasia langsung tercengang.Aura dingin merambat dari kakinya, membuat seluruh tubuhnya dingin dan kaku.Apa yang dimaksud Bibi?Jeremy menikahinya demi saham di tangan kakek?Sinar di mata Thasia menjadi redup, dia berbalik dan melihat pemandangan di dalam melalui celah. Dia melihat Karen berdiri di sana dengan kesal.Sedangkan Jeremy duduk di sofa dengan kaki disilangkan, sorot matanya tidak menunjukkan emosi apa pun."Ya," jawab Jeremy dengan singkat.Wajah Thasia pun menjadi pucat, dia terlihat terkejut.Pantas saja pria itu mau menikahinya, ternyata ada syarat di balik semua itu.Tidak heran saat malam pernikahan mereka, Jeremy berkata tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengannya dan memintanya untuk tahu diri.Pria itu dari awal menjadikan dirinya sebagai alat tawar-menawar.Setelah dapat, pria itu baru akan melepaskannya, sehingga masa kontrak mereka ditetapkan selama tiga tahun.Karen berkata, "Aku tahu kamu bukanlah orang yang mau mendengarkan nasihat
Thasia sudah terengah-engah, dia membiarkan angin dingin menerpa tubuhnya, tapi wanita itu tidak merasa dingin atau menggigil, dia hanya tetap berlari.Entah sudah berapa lama Thasia berlari, dia pun berhenti dengan terengah-engah.Dia memeluk lututnya, tanpa sadar air matanya jatuh ke bawah.Pada saat ini, Thasia menyadari bahwa wajahnya sudah berlinangan air mata, air mata hangatnya berubah menjadi dingin dan jatuh ke wajahnya.Kenapa hal ini harus terjadi?Kenapa hal ini harus terjadi?Thasia bertanya dalam hati kenapa semua kebaikan itu berubah menjadi kebohongan.Dia mengingat kembali sosok Jeremy yang melembut sehingga membuatnya tersentuh, ternyata semua itu hanya demi menembus rasa bersalah pria itu padanya.Thasia akhirnya mengerti apa yang dimaksud Lisa.Jeremy menikahinya hanya untuk memanfaatkannya.Pria itu tidak merasa kasihan padanya ataupun merasa tertarik sedikit pun.Thasia berjongkok di jalan, dia merasa sangat kecewa, dia memeluk tubuhnya erat-erat dengan kedua tang