Thasia baru mengerti. "Ternyata dia sudah tahu cukup lama."Thasia tidak pernah menceritakan hal ini, sedangkan Jason bisa mengetahui semuanya.Sabrina menatapnya sambil tersenyum. "Jadi nggak semua orang bisa mempertahankan cinta pertamanya, Thasia, kamu seharusnya merasa puas."Thasia terdiam.Dia pikir dirinya selalu merasa puas.Mereka berdua mengobrol cukup lama baru Sabrina berjalan keluar.Jason masih berdiri di depan pintu, saat melihat Sabrina berjalan keluar, dia bertanya, "Apakah dia sudah merasa lebih baik?""Kamu selalu saja memikirkan Thasia." Sabrina berkata, "Sudah mendingan, tenang saja, dia bisa berpikir dengan terbuka. Dia dari awal sudah tahu akhir dari pernikahan mereka akan seperti ini, kalau beruntung mungkin mereka bisa bersama sampai tua, hanya saja terkadang kita harus menerima kenyataan yang ada."Jason terdiam, wajahnya terlihat cemas.Selama bertahun-tahun ini Thasia juga pasti merasa menderita.Sabrina berjalan mendekat, dia memegang pegangan di koridor. "
"Aku nggak sedih.""Aku tahu." Thasia menjawab, "Aku bilang diriku, tapi Jason, aku harus memberitahumu dulu, aku masih belum kepikiran untuk menjalin hubungan baru.""Aku kira ada apa." Jason tersenyum, "Jangan meremehkanku, aku mengakui kalau aku egois, tapi aku lebih ingin membantumu, di luar dari perasaanku padamu, aku juga berpikir bahwa kamu adalah teman baikku.""Apa baiknya dariku?" Thasia merasa tidak mengerti kenapa pria ini bisa menyukainya selama bertahun-tahun.Jason terdiam sejenak, dia tidak berkata panjang lebar. "Karena kamu sangat baik."Thasia tersenyum lagi.Jason terus menemaninya, sampai dia tertidur.Jarak mereka cukup dekat, Jason menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Thasia.Namun, alis wanita itu berkerut, saat tidur saja Thasia masih merasa khawatir. Tangan Jason segera bergerak menghilangkan kerutan itu.Jason bergerak lebih dekat, dia menunduk ke arah telinga Thasia. "Thasia, aku nggak pernah berharap kamu membalas perasaanku, karena semua milikku saa
Thasia merasa tidak tenang, dia mengganti bajunya dan berpikir untuk pergi mencari Karen.Sebelum dia pergi, dia melihat Karen yang baik-baik saja berjalan masuk. "Thasia, lihat aku bawa apa untukmu, aku membawakan sayur sawi putih asam manis untukmu, lalu ada sup ikan mas yang kamu suka.""Bibi."Thasia akhirnya merasa tenang, dia segera memeluk Karen.Karen yang melihat tindakannya ini segera meletakkan barang bawaannya. "Kenapa? Sudah besar kenapa masih bersikap gegabah!"Thasia melepaskan pelukannya, dia menatap Karen dengan lekat. "Apakah kamu terluka? Kepalamu nggak kena batu, 'kan?"Karen menurunkan tangannya. "Apa? Kenapa bisa kena batu? Kamu lupa aku ini siapa? Siapa yang berani menyiksaku?"Dia memutarkan bola matanya."Kamu nggak lihat berita? Salon kecantikanmu telah dihancurkan orang, mana mungkin aku nggak mengkhawatirkanmu," kata Thasia dengan sangat khawatir.Karen segera duduk, menyilangkan kakinya, mengeluarkan sekantong kuaci dari saku, dan mulai memakannya. "Biarkan
Hal yang dia khawatirkan selalu terjadi.Hal ini tidak hanya memengaruhi Karen, tapi juga memengaruhi perusahaan.Jeremy menonton videonya.Video itu direkam dari pintu.Kalau bukan direkam secara diam-diam oleh seseorang, maka ada orang di tempat kejadian yang merekamnya.Saat itu hanya ada beberapa orang, mereka tidak mungkin merekam hal ini, hanya saja Jeremy melewatkan seseorang.Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka."Pikirkan cara untuk menurunkan berita ini," kata Jeremy. "Kalian harus membuat kerugiannya sekecil mungkin."Karen sebagai orang luar sudah terbiasa hidup dengan bebas, dia jarang sekali mengurusi masalah-masalah di internet.Kekuatan para netizen itu sangat menakutkan.Jeremy tidak ingin kehidupan Karen terganggu."Baik, Pak Jeremy."Mereka harus kerja lembur untuk menurunkan berita ini.Jeremy berjalan keluar dari ruang rapat, setelah masalah di agensi selesai diurusi, dia baru pergi.Jeremy tidak beristirahat, dia langsung pergi ke rumah sakit.Thasia dan Karen
"Benarkah? Apakah beritanya akurat?"Mendengar perkataan Diana, mereka langsung bertanya."Benar, aku juga sudah siap-siap berjaga di sini sepanjang malam, aku sudah menempatkan orang di depan dan belakang pintu rumah sakit, sekali Lisa keluar, walau hanya mendapat foto punggungnya saja tetap akan membawa keuntungan!" kata Diana pada mereka."Kalau begitu kami juga akan berjaga di sini, aku nggak percaya mereka nggak akan keluar!"Mereka sudah berjaga di sini seharian, dengan tujuan ingin mendapat berita tentang Lisa.Tidak ada salahnya berjaga di sini.Pengikut Diana malah berkata, "Kak Diana, kita benaran mau menunggu terus di sini?"Diana juga sedang berpikir, bagaimana caranya dia bisa bertemu Lisa, meski hanya mendapat foto punggung juga tidak masalah. "Kita nggak bisa hanya menunggu diam saja."Dia melihat suster di depan, seketika dia mendapat ide.Dia menyerahkan barang bawaannya pada pengikutnya. "Kalian tunggu di sini, aku lihat keadaan di dalam dulu.""Kak Diana, ada orang y
Lisa menatap ke arah asistennya, dia merasa asing padanya. "Kamu ... kamu siapa? Aku nggak kenal kamu. Jeremy, dia siapa? Mereka siapa?"Setelah mendengar ini semua orang tertegun.Asisten itu terlihat terkejut. "Kak Lisa, kamu nggak ingat padaku? Aku adalah asistenmu, Siti."Lisa mendorongnya. "Sana pergi. Jeremy, aku kenapa? Kenapa aku nggak bisa mendengar suara kalian? Cepatlah ke sini, aku sangat takut!"Karen tertegun melihat reaksinya ini, dia berkata, "Kemarin tuli, sekarang amnesia, kalau kamu syuting film sedih pasti akan terlihat sangat kasihan!"Jeremy berjalan mendekat.Lisa segera memegang baju pria itu, dia seakan-akan telah memegang penolongnya, lalu bersembunyi di belakang Jeremy. "Jeremy, mereka siapa? Kenapa mereka menatapku dengan galak? Suruh mereka pergi, aku sangat takut.""Kalian keluarlah," kata Jeremy.Karen yang melihat sikap Jeremy ini merasa kesal. "Jeremy, kamu percaya pada bualannya? Kamu ini ada otak atau nggak?" Namun, Jeremy langsung berkata lagi dengan
Lisa terlihat terkejut. "Sebenarnya apa kesalahan yang telah kulakukan? Kenapa aku jadi tuli? Apakah aku sakit?""Nggak." Asistennya segera menenangkannya.Jeremy berdiri di samping, dia sedang mengamati keadaan Lisa.Semua tindakan Lisa saat ini terlihat sama seperti dulu, sepertinya dia memang amnesia.Jeremy menatapnya cukup lama, lalu mengetik lagi. "Di luar banyak wartawan, mereka ingin mewawancaraimu, kamu mau diwawancarai?"Lisa segera menolak. "Aku nggak mau."Begitu siuman, Lisa sudah kehilangan ingatan, dia saat ini sedang menjadi korban sepenuhnya.Sedangkan masalah video itu, Jeremy tahu pelakunya adalah Siti.Setelah ditanyakan mengenai hal ini, Siti berkata dengan galak, "Memang aku yang menyebarkan video itu, Kak Lisa telah dianiaya, nggak ada yang membelanya, maka biarkan saja netizen yang menilai. Karena nggak ada yang mau melindunginya, biarkan para penggemar yang melindunginya, aku juga salah satunya. Pak Jeremy, kalau ingin menghukum maka hukum saja aku, tapi hal in
"Maksudmu kasus perdagangan manusia itu?"Zack menjawab, "Seingatku kasus itu merupakan kasus kriminal yang parah, aku juga pengacara yang mengatasinya."Waktu itu masalah ini tidak dilakukan di persidangan umum.Ada banyak hal tidak terpuji yang terlibat.Zack mengingatnya."Hmm."Zack sangat mengetahui masalah itu, jadi Jeremy membahas hal ini dengannya. "Pada saat itu Lisa juga tiba-tiba pergi ke luar negeri."Zack berkata lagi. "Mungkin kebetulan saja, Lisa hanya gadis kecil, mana mungkin dia ada hubungannya dengan kasus besar itu."Kalau sampai ada hubungannya, maka akan melibatkan lebih banyak orang lagi.Berarti Lisa bukanlah orang yang bisa dianggap remeh.Zack jarang berhubungan dengan Lisa, dia lebih dekat dengan Jeremy, dirinya bertemu dengan Lisa hanya beberapa kali saja.Dia juga tidak berpikir untuk berhubungan dengan Lisa."Semoga saja."Jeremy hanya bisa berkata seperti itu. "Tapi kamu juga tahu walau kasus ini sudah dipecahkan, dalang di baliknya masih belum tertangkap