Diana menerima minuman itu, dia berkata sambil tersenyum, "Kali ini kalau aku berhasil gajiku pasti akan naik, lalu saat atasan ingin data kantor, begitu Bu Dhita mengumpulkannya, pasti akan terlihat bahwa hasil kerjaku yang paling bagus, maka posisi kepala editor akan menjadi milikku. Nanti aku akan menjadikan kalian sama sepertiku, aku nggak akan lupa memberi kalian imbalan!""Syukurlah, terima kasih Kak Diana!"Kedua wanita itu merasa sangat senang, mereka bisa bertahan atau tidak nanti, semua tergantung pada kenaikan pangkatnya Diana menjadi kepala editor.Diana kali ini sempat menelepon orang PT Okson beberapa kali.Alasan mereka masih sama seperti dulu.Diana sudah tidak ingin menunggu lagi, pada akhirnya juga tidak akan ada hasil.Berdasarkan pengalamannya dulu, dia hanya bisa terus berjuang demi berhasil.Setelah menempuh perjalanan empat jam, mereka pun sampai di depan gedung PT Okson.Diana sedang menyuap satpam penjaga gerbang di depan, lalu berkata lagi untuk memastikan. "K
"Aku dari Stasiun TV Bintang Kejora!"Mendengar Jeremy menjawabnya, Diana merasa senang, dia segera mendorong satpam yang menghalanginya, lalu berjalan ke hadapan Jeremy. "Ini kartu pegawaiku, kamu bisa memeriksanya, aku pernah mewawancarai banyak orang penting. Pak Jeremy, selama kamu mau diwawancarai olehku, aku yakin namamu akan menjadi lebih terkenal ...."Diana terus mengatakan pencapaiannya, bagaimana dia bisa membawa keuntungan untuk Jeremy.Jeremy malah lebih peduli pada stasiun TV tempatnya bekerja.Kalau dia tidak salah ingat Thasia bekerja di sana.Jeremy merasa bingung, Thasia memilih pekerjaan itu, berarti dia harus memulainya dari awal lagi.Thasia sudah bekerja di tempatnya selama bertahun-tahun, hingga bisa mencapai posisi saat ini, wanita itu juga banyak koneksi, dia tidak perlu sampai bekerja di stasiun TV.Sebenarnya Jeremy khawatir Thasia di sana mengalami kesulitan.Thasia saat ini sudah bukan anak muda lagi.Saat melihat ke arah Diana, Jeremy jadi teringat, apakah
"Kak Diana." Wanita satunya lagi sepertinya mendapat ide, dia berkata pada Diana, "Kamu tahu nggak orang baru di kantor itu bekas pegawainya PT Okson?"Diana menoleh. "Siapa?""Wanita yang bernama Thasia itu, aku dengar bosnya dulu adalah Pak Jeremy, mungkin saja dia bisa membantumu."Diana merasa terkejut.Dia tidak pernah tertarik pada latar belakang pegawai di kantor.Karena hal itu tidak berpengaruh pada pekerjaannya, jadi dia tidak mencari tahu akan hal ini.Apalagi dia sudah bekerja di Stasiun TV Bintang Kejora selama empat tahun, tidak ada wartawan yang lebih hebat darinya.Dia bisa mengatasi semua masalah sulit, Dhita juga mengakui kehebatannya, setelah dirinya menyelesaikan tugas kali ini, Dhita pasti akan merasa sangat senang, lalu dirinya bisa naik jabatan tanpa harus pusing.Tidak heran Dhita menyerahkan tugas sesulit ini pada Thasia.Ternyata Thasia dulu pernah bekerja di PT Okson, dirinya terlalu meremehkan wanita itu.--Keesokan harinya, begitu sampai di kantor Diana la
Thasia tidak bodoh.Dia dengar dari orang lain seperti apa sifatnya Diana.Wanita ini selalu ingin menjadi yang terhebat, dia tidak akan membiarkan pendatang baru lebih hebat darinya.Niat Diana malah ketahuan, bahkan disebutkan dengan begitu jelas, dia merasa malu dan marah. "Jangan bertele-tele, kamu harus ikut denganku!"Thasia malah berkata, "Aku ada urusan lain, aku pergi dulu!"Thasia segera melewatinya, dia tidak ingin dipaksa oleh Diana.Diana mengentakkan kakinya karena kesal, lalu berteriak, "Thasia!"Thasia tidak memedulikannya.Orang kantor yang melihat ini tidak berani berkomentar.Thasia orang pertama yang berani melawan perintahnya Diana.Setelah berjalan keluar, Thasia memanggil sebuah taksi, dia mencari alamat panti asuhan itu.Ada alasan kenapa panti asuhan ini mau tutup, lokasinya sangat terpencil, jauh di luar kota, jalanannya juga sulit untuk dilewati, jadi jarang diketahui oleh orang-orang.Setelah sampai, Thasia segera turun. Pintu panti asuhan sudah berkarat, di
Setelah mengetahui keadaannya, Thasia berjalan keluar, dia melihat seorang anak perempuan yang berusia tiga sampai empat tahun duduk di bawah pohon bambu, tangannya sedang memegang permen dari Thasia tadi, dia terus melihat permen itu tanpa memakannya.Melihat ini Thasia segera berjalan mendekatinya, lalu duduk di sebelahnya."Kak Thasia," sapa anak itu sambil menatap Thasia dengan mata bulatnya.Thasia bertanya padanya, "Kenapa nggak dimakan?"Anak itu menunduk, masih memegang permennya sambil menggelengkan kepala. "Nggak tega makannya.""Kenapa?"Anak itu berkata, "Aku tadi mendengar mereka bilang permen ini sangat enak, permen ini bahkan permen paling enak yang pernah mereka makan! Setelah aku memakannya, maka permennya akan habis, jadi aku ingin menyimpannya. Kalau aku menjilatnya sedikit demi sedikit, maka aku bisa menyimpannya sampai sangat lama."Anak itu dengan hati-hati menjilatnya.Mendengar perkataannya ini membuat Thasia merasa sangat sedih.Baginya permen ini adalah makana
Meski berkata seperti itu, tetap perilakunya sangat aneh. PT Okson memang sempat melakukan kegiatan amal, tapi Jeremy tidak perlu datang sendiri seperti sekarang ini. Thasia berkata lagi, "Bukan begitu, hanya saja begitu aku ke sini, kamu juga ke sini, bahkan memberikan banyak barang, hal ini kebetulan sekali jadi aku merasa curiga. Kalau bukan, maka aku nggak akan bertanya lagi."Thasia masih banyak kerjaan, dia tidak bisa terus berdebat dengan Jeremy.Apalagi pria itu sepertinya tidak suka melihat dirinya.Alis Jeremy sedikit berkerut saat melihat Thasia tidak peduli. Thasia sudah melakukan banyak hal yang membuatnya kecewa, sekarang bahkan bersikap cuek padanya."Paman, Paman!"Seketika Thasia melihat beberapa anak berlari ke sini.Mereka berlari dengan sangat cepat, sepertinya tidak takut akan jatuh.Thasia tahu yang mereka panggil adalah Jeremy.Thasia pun menoleh.Dia melihat anak-anak memeluk depan mobil, sorot mata mereka terlihat penasaran dan penuh rasa syukur, lalu mereka be
Melihat ini, ekspresi Jeremy pun berubah, dia tidak mengerti apa yang telah dirinya lakukan.Thasia segera memeluk dan menenangkan mereka. "Sudah, sudah. Paman itu bukan serigala, dia orang baik, bukannya tadi dia memberi kalian barang? Jangan takut, anak yang menangis sama sekali nggak keren."Mereka menghapus air mata mereka, berusaha menahan tangisnya. "Jangan menangis, kita ini anak pemberani, jadi nggak boleh menangis!"Namun, saat melihat Jeremy mereka malah ingin menangis lagi, mungkin karena ketakutan.Jeremy menatap Thasia, sikap wanita itu sangat lembut terhadap anak-anak.Jeremy terbatuk sebentar, lalu berjalan ke arah anak-anak.Mereka merasa ketakutan, jadi mereka segera bersembunyi di belakang Thasia.Wajah Jeremy terlihat tidak senang, dia tidak menyangka anak-anak akan begitu penakut, melihatnya seperti melihat hantu saja."Kalian cepatlah masuk, kalau masih di luar, nanti akan ada serigala yang masuk!"Begitu mendengar ini mereka segera berlari masuk.Thasia berjalan d
"Kalau begitu kami pamit dulu," kata Thasia."Baiklah, aku harap lain kali kita bisa bertemu lagi," kata Gita.Jeremy melihat ke arah anak-anak, sebelum pergi dia tidak lupa bertanya, "Ingat nggak panggil kami apa?""Kakak!" jawab anak-anak dengan serempak.Mereka sangat sopan.Jeremy berkata lagi, "Kalau nggak mau memanggil kakak, harus memanggil apa?""Paman dan bibi!" Anak-anak terlihat sangat pintar.Dia mengajarkan mereka panggilan ini sudah lebih dari sepuluh kali.Jadi mereka mengingatnya.Thasia menatap Jeremy, perkataan anak-anak itu sepertinya sangat memengaruhi suasana hatinya, wajah pria itu bahkan terlihat tersenyum."Paman, Bibi, kalian harus bahagia, ya!" kata anak-anak dengan serempak lagi.Thasia merasa terkejut, lalu menatap mereka. "Maksud kalian?""Tadi Paman itu bilang kalau kalian sudah menikah, jadi nama panggilannya harus sesuai. Kalau nggak mau memanggil kakak, maka harus memanggil paman dan bibi, nggak boleh satu paman yang satunya kakak," jelas anak-anak pada