Setidaknya menurut Tony, Jeremy dan Lisa tidak ada hubungan apa-apa.Setiap kali mereka selalu menjaga batas, walau dunia luar sedang heboh bahwa mereka memiliki hubungan.Namun, Tony tidak merasa begitu.Mungkin ada beberapa hal yang tidak Tony ketahui, tapi hubungan antara dua orang itu sudah pasti bukan hubungan antar kekasih.Thasia tersenyum. "Pak Tony, untuk apa kamu mengatakan hal itu padaku, bukankah kamu sudah tahu hubungan kami? Waktu itu kamu juga berada di tempat, aku dan Jeremy cepat atau lambat juga akan cerai."Penjelasan ini sudah tidak ada artinya bagi Thasia.Jeremy membuka perusahaan di dunia hiburan demi Lisa, hal ini sudah menunjukkan bahwa siapa pun tidak bisa menandingi posisi Lisa di hati Jeremy.Tony tahu hal itu, tapi dia merasa pernikahan mereka tidak serentan itu. "Aku ingin menanyakan hal yang lebih privasi, mohon jangan marah. Apakah kamu mau bercerai dengan Pak Jeremy?"Thasia merasa ragu saat ditanyakan seperti ini.Jika dulu mungkin dia tidak ingin berc
Mendengar keputusannya ini Tony merasa terkejut.Selama Thasia bekerja di PT Okson, Tony yang melihatnya berkembang sedikit demi sedikit.Setelah bekerja bersama selama bertahun-tahun, tiba-tiba rekan kerjanya pergi, Tony pun merasa sedikit sedih.Namun, Thasia sendiri yang membuat keputusan.Tony bertanya, "Kamu yakin?"Thasia tersenyum, tatapan matanya terlihat tenang, juga tidak bilang bahwa dia sudah memikirkannya dengan matang.Hanya saja ada beberapa hal yang memang harus dilepaskan, maka dia harus rela melepaskannya.Dia harus memilihnya dengan akal sehat.Manusia memang lebih mencintai dirinya sendiri.Thasia berkata, "Yakin."Thasia menatap ke arah langit, ada beberapa burung yang sedang terbang di atas, dia juga ingin bebas seperti mereka."Aku nggak bisa terus berada di PT Okson, aku juga harus mencari pengalaman di tempat lain."Tony menghormati pilihan Thasia. "Kalau begitu aku berdoa semoga ke depannya hidupmu menjadi lebih bahagia."Thasia menatap Tony, berkata sambil te
Sepertinya pria itu sengaja mencari kesalahannya, tapi tidak terlalu parah.Mungkin Thasia yang berlebihan.Thasia ikut masuk ke dalam mobil.Saat mobilnya melaju, Jeremy sedang memegang tabletnya, dari tadi suasana cukup hening.Thasia juga merasa, setelah kembali dari kampungnya, hubungan mereka menjadi menjauh dan dingin.Jeremy seakan-akan sengaja menjauh darinya.Mungkin pihak lawan bertindak seperti ini demi Lisa.Wajah Jeremy terlihat datar, pria itu hanya fokus melihat ke arah tablet, jarinya panjangnya terus bergerak-gerak di sana, lalu dia berkata, "Sudah malam, sebaiknya aku mengantarmu pulang saja."Saat mereka keluar dari rumah sakit memang sudah malam.Thasia tidak ingin merepotkan Jeremy.Nanti jika Lisa salah sangka pada Jeremy, dirinya juga yang salah.Sebaiknya dia menghindar."Nggak perlu. Mobilku masih di kantor polisi, kamu antar aku ke sana saja, nanti aku akan pulang sendiri ke rumah," tolak Thasia.Bibir tipis Jeremy membentuk satu garis, tatapan matanya juga me
"Pak Jeremy, Anda lupa kalau hari ini adalah hari perceraian Anda dengan Bu Thasia? Bukankah Anda harus ke sana untuk mengurus perceraiannya?" tanya Tony."..."Setelah mendengar ini, Jeremy pun terdiam!Jeremy melihat ke arah kalender, hari ini memang pas tiga tahun mereka menikah.Juga merupakan batas waktu kontrak mereka habis.Waktu berjalan dengan sangat cepat.Dalam sekejap mereka sudah menikah selama tiga tahun.Namun, Tony sangat mengerti.Jeremy melepas ikatan dasinya dengan kesal, lalu dia menatap ke arah Tony dan berkata, "Thasia yang bilang hal ini padamu?"Tony merasa nada bicara Jeremy terdengar kesal, membuatnya ketakutan, tapi dia hanya bisa menjawab, ".... Ya.""Kamu dekat sama Thasia? Sehingga dia bisa memberitahumu masalah ini," tanya Jeremy.Tony pun merasa tegang. "Kamu hanya sesama teman kantor saja, jadi terkadang akan mengobrol sebentar, tapi nggak ada hubungan apa-apa di antara kami."Tony merasa tatapan Jeremy padanya seperti sedang melihat saingan cinta, dia
Thasia pun berkata, "Bukannya kamu tahu aku sudah mengundurkan diri?""Pak Jeremy masih belum setuju kamu keluar, di sini juga masih belum ada orang baru yang menangani pekerjaanmu, jadi kamu masih harus ke kantor," kata Tony. "Bu Thasia sebaiknya kamu langsung ke kantor sekarang."Thasia merasa tidak berdaya.Tidak jadi cerai.Dirinya malah masih harus bekerja.Namun, memang dirinya yang teledor.Seharusnya dia keluar saat sudah ada yang menggantikan posisinya, sehingga orang lain tidak akan berkomentar.Thasia bertanya lagi, "Kalau ada orang baru yang menggantikan posisiku, aku sudah bisa keluar?""Seharusnya bisa.""Baiklah, kalau begitu aku akan menyuruh Bagian Personalia mencari pegawai baru."Setelah itu Thasia langsung menutup panggilannya.Tony pun menghela napas lega, akhirnya dia berhasil menyelesaikan tugas yang begitu sulit.Jeremy juga mendengarkan percakapan mereka dengan fokus, saat tahu Thasia tidak mati-matian ingin bercerai sekarang dan juga belum bisa mengundurkan di
Tatapan Thasia jatuh pada dokumen itu, dia pun berkata, "Aku masih punya tanggung jawab, sedangkan Pak Jeremy juga butuh seorang sekretaris, jadi aku harus memilihkannya dengan teliti."Mendengar ini Jeremy merasa tidak senang.Thasia berbuat seperti ini demi meninggalkannya."Kapan Pak Jeremy ada waktu luang?" tanya Thasia. "Kita masih harus mengurus perceraian, kontrak kita sudah habis, jadi kita harus mengurus perceraian. Pak Jeremy masih ingat pada kata-katamu, bukan?"Jeremy hanya diam.Thasia menoleh lagi padanya. "Aku harap Pak Jeremy menepati kata-katamu, hal ini baik untuk kita ...."Tiba-tiba Jeremy berkata dengan keras, "Tony, keluar dari sini!"Teriakannya itu membuat Thasia terkejut.Tony pun segera keluar, di ruangan kecil itu hanya tersisa mereka berdua, seketika Thasia merasa sedikit sulit bernapas.Thasia menatap tatapan Jeremy, dia bisa merasakan firasat buruk.Thasia tidak merasa perkataannya ada yang salah.Bukankah pria ini juga sudah tidak sabar ingin bercerai den
Thasia tersenyum dengan dingin, dia menatap Jeremy dengan tatapan yang sangat dingin.Thasia memberi tahu dirinya sendiri semua ini tidak ada apa-apanya.Dalam pernikahan ini dirinya juga mendapat untung.Sebenarnya Thasia merasa sangat terluka, tapi dia hanyalah alat bagi Jeremy.Terkadang ada hal yang hanya bisa disimpan di dalam hati, Thasia juga tidak perlu mempermasalahkannya, bagaimanapun dirinya juga mendapat untung.Jadi Thasia harus terlihat menyedihkan.Jeremy mengerutkan keningnya, lalu bertanya dengan nada dingin, "Sejak kapan kamu tahu?""Memangnya penting?" Thasia berkata, "Kamu hanya perlu tahu, aku tahu semuanya dan aku nggak ingin meneruskan pernikahan ini lagi?"Wajah Jeremy terlihat dingin, dia memegang tangan Thasia dengan erat dan berkata, "Bagaimana kalau aku nggak mau?""Nggak mau? Kenapa kamu nggak mau?" Thasia sedikit mengamuk. "Kamu yang membuat peraturan ini, aku sudah mematuhinya, menyelesaikan bagianku, seharusnya kamu melepaskanku. Jeremy, aku nggak ingin
Tangan Jeremy memukul pantat Thasia.Rasanya sakit."Aku rasa hukumanmu masih belum cukup!" kata Jeremy.Setelah beberapa saat.Thasia pun tidak tahan menerima hukumannya, dia masih sangat polos, mulut mengeluarkan suara dengan bergetar, "Nggak ... sudah cukup ... aku mohon, lepaskan aku ...."Jeremy menatap Thasia yang terlihat lemas di atas meja, rambutnya berantakan, wajahnya memerah, di atas dahinya terdapat keringat.Kemejanya sedikit terbuka hingga bagian pinggang, stockingnya sudah di robek oleh Jeremy, roknya juga sudah terangkat hingga ke bagian atas pahanya.Air mata Thasia terus mengalir, hidungnya sudah memerah karena menangis, badannya meringkuk, terlihat sangat kasihan seperti baru dianiaya.Jeremy pun merasa tidak tega, dia segera memeluk pihak lawan dengan posisi duduk.Kepala Thasia sudah tidak bisa berpikir dengan jelas, dia menangis dengan tersedu-sedu, tenggorokannya terasa serak, pandangan matanya juga menjadi pudar.Thasia seperti boneka yang hancur di pelukan Jer