Thasia dengan bingung menatap Jeremy, mata pria itu yang tajam dan dingin menatapnya, lalu bibir tipisnya bergerak, "Kamu akhir-akhir ini kelihatannya aneh, sepertinya ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku."Jantung Thasia berdetak dengan lebih kencang, "Nggak ada, memangnya apa yang kusembunyikan?"Jeremy berkata lagi, "Sejak kamu berusaha membantuku mencari wanita itu aku sudah merasa ada yang aneh denganmu, bahkan kamu diam-diam pergi ke rumah sakit!"Thasia menghindari tatapannya. "Aku biasa saja, kamu yang berlebihan.""Kalau begitu sebutkan satu alasan yang bisa membuatku yakin!" Jeremy selama ini merasa Thasia selalu bertindak dengan diam-diam, seakan-akan dia menyembunyikan sesuatu dan takut ketahuan oleh Jeremy.Namun, Jeremy tidak tahu apa yang dia sembunyikan.Hanya bisa menunggu sampai Thasia mengatakannya sendiri.Thasia melipat tangannya untuk menghilangkan rasa gugupnya, lalu dia berkata dengan tenang, "Jeremy, kamu nggak merasa dirimu juga aneh?""Aku aneh?"Setelah
Mereka tidak mengatakan isi hati satu sama lain.Thasia kembali ke kamar untuk membereskan barang-barangnya.Pemakaman Suby sudah selesai, sudah saatnya dia pulang."Thasia."Bianca tiba-tiba berjalan masuk.Gerakan Thasia berhenti, dia pun menoleh. "Ibu."Bianca duduk di samping, dia ingin membicarakan sesuatu dengan putrinya.Thasia juga bisa merasakannya, dia pun duduk di sampingnya. "Ibu, ada apa?""Kali ini Jeremy juga datang ke sini," kata Bianca."Ya."Bianca menoleh padanya. "Bukankah kalian bilang mau bercerai? Dia kali ini datang membantumu, kelihatannya kalian bukan seperti mau bercerai. Kalau hubungan kalian sudah seperti itu, nggak sepatutnya menyusahkan dia."Entah sudah berapa banyak mereka berutang budi pada Jeremy, nanti mereka malah tidak bisa membalasnya.Membiarkannya begini juga tidak baik.Thasia berkata, "Aku nggak pernah memberi tahu Jeremy kalau kita pulang kampung. Nanti aku akan berterima kasih padanya.""Kenapa dia membantumu?"Bianca merasa bingung. "Kalau
Evelyn merasa ragu cukup lama. Dia merasa dirinya tidak boleh membiarkan Suby mati dengan penasaran.Dia tidak bisa membiarkan suaminya mati tanpa penjelasan apa pun."Thasia, kami sudah menerima pembalasan atas tindakan Suby." Evelyn selama berhari-hari ini kelihatannya menjadi lebih tua, rambutnya pun memutih. "Selama beberapa hari ini aku telah berkata kasar padamu, aku minta maaf, memang aku yang nggak bisa berpikir dengan jernih. Saat ini selama bisa menangkap pelaku yang membunuh Suby, aku bersedia melakukan apa pun.""Bibi." Thasia berkata, "Semua itu sudah berlalu, aku juga nggak memasukkannya ke dalam hati. Kehidupan masih berlanjut, kita harus fokus pada masa depan, jangan terus memikirkan masa lalu. Untuk masalah magang Feni, aku akan memikirkan cara untuk membantunya, meski nggak bisa masuk ke PT Okson, dia tetap akan bisa magang."Hal ini merupakan hal yang baik untuk mereka.Koneksi Thasia lebih banyak dari mereka, jadi pihak lawan pasti bisa membantunya."Thasia, terima
Ternyata telepon dari Mami di klub malam.Mami sudah lama tidak menghubunginya, Ella baru saja berpikir untuk memberitahunya kabar baik.Saat menjawab telepon, dia pun berkata dengan senang, "Halo, Mami, sekarang hidupku sudah enak, anakku juga sehat. Aku telah tinggal di rumah yang besar, bahkan ada orang yang melayaniku, calon nenek anak ini juga baik padaku. Ke depannya kehidupanku pasti akan bahagia."Dari seberang telepon terdengar seseorang berkata dengan panik, "Ella, aku meneleponmu karena ingin memberitahumu sesuatu, polisi datang ke sini untuk mencarimu. Apakah kamu melakukan suatu kejahatan?"Mendengar ini, ekspresi Ella berubah. "Polisi sedang mencariku?""Ya, mereka sedang mencari tahu tentangmu, entah apa yang mereka ...."Sebelum kalimat Mami selesai diucapkan, Ella sudah menutup telepon.Semua orang tahu dia tinggal di Kediaman Keluarga Okson.Polisi pasti sebentar lagi akan datang ke sini.Ella tidak akan membiarkan dirinya ditangkap polisi, jadi dia harus meninggalkan
Auranya sudah seperti nona besar.Hanya para wanita kaya yang bisa memiliki aura seperti ini.Ella merasa iri padanya. Sungguh beruntung orang yang terlahir dari keluarga kaya.Sedangkan dirinya, walaupun memiliki wajah yang cantik, dia hanya bisa bekerja di klub malam.Lisa menatap Ella melalui kaca, dia tersenyum dan bertanya, "Untuk apa kamu datang mencariku?""Tolong aku, polisi sedang mencariku." Ella saat ini masih merasa panik, dia takut mendengar suara mobil polisi, dia merasa hanya Lisa yang bisa menolongnya sekarang."Siti, kamu keluar dulu. Aku ingin berbicara berduaan dengannya."Siti menjawab, "Baik."Kemudian dia pun berjalan pergi.Seketika di ruangan itu hanya tinggal mereka berdua, serta setumpuk gaun indah.Di sebelahnya ada sebuah balkon.Ella duduk di bangku yang berada di balkon, ada gelas teh yang sudah terisi. Dia memegang teh yang hangat untuk menenangkan hatinya, tapi dia tetap berkata dengan panik, "Aku sekarang sudah nggak punya jalan keluar lagi, aku nggak i
Ella menatap sorot mata Lisa yang sangat berbeda dengan saat pertama kali mereka bertemu.Ekspresinya pun berubah."Kamu memanfaatkanku!"Ella berkata, "Kamu sengaja berkata seperti itu padaku, sengaja membuatku melakukan semua ini, kemudian kamu akan lepas tangan dan nggak memedulikanku. Ternyata yang jahat itu kamu."Lisa sengaja mendekatinya, membelikan baju anak untuknya.Kemudian berkata seperti itu padanya, ingin menggunakannya untuk membasmi Thasia.Lisa ternyata berkata seperti itu bukan demi kebaikannya, wanita itu telah mendorongnya ke dalam jurang.Jika Ella berhasil mengatasi Thasia, lalu dirinya masuk penjara, maka Lisa bisa mengatasi dua masalah dalam sekaligus."Kamu sungguh pandai berakting!" Ella berkata dengan marah, "Kamu berpura-pura suka padaku, bersikap baik, ramah dan dermawan padaku."Lisa masih meminum tehnya dengan tenang. Semua perkataan Ella tadi terdengar seperti pujian baginya."Sekarang kamu bahkan ingin mencelakai anakku." Ella memegang perutnya sambil m
Walau sudah sekarat dia masih punya pemikiran seperti itu.Dia ingin menaikkan derajat hidupnya menggunakan anak ini.Selama ada anak ini, maka dia akan memiliki kedudukan.Dia bisa hidup enak dengan mengharapkan anak ini.Namun, pada akhirnya itu semua hanyalah sebuah khayalan.Setelah selesai berbicara, Ella berhenti bernapas, tapi matanya masih terbuka lebar.Dia mati tanpa menutup matanya.Saat polisi turun ke bawah Ella sudah mati.Mereka pun menutup tempat itu dengan garis polisi.Lisa dibawa turun oleh polisi, rambutnya berantakan, wajahnya terlihat pucat dan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan darah. Dia menangis karena ketakutan, tangannya juga terus bergetar.Polisi sedang menenangkannya, menyuruhnya untuk tidak takut.Air mata Lisa pun perlahan-lahan berhenti mengalir, tapi dia masih terlihat ketakutan.Saat Siti mendekat, Lisa memeluk Siti sambil menangis.Saat mengetahui kabar ini, Thasia segera datang ke tempat kejadian, tidak disangka ternyata semuanya sudah terjadi.Dia ha
Pelaku yang membunuh pamannya sudah meninggal.Sekarang dia sudah tidak perlu memeriksanya dan mencari bukti lagi.Kasus pun segera ditutup."Nona Lisa, semua perkataanmu sudah kami catat, kamu sebaiknya segera mengurusi lukamu," saran polisi.Siti berkata, "Kak Lisa, kamu ini terlalu baik, dirimu saja terluka, bukannya pergi ke rumah sakit dulu, malah datang ke sini untuk membuat laporan dulu."Mata Lisa masih memerah, wajahnya juga terlihat lesu. "Nggak apa-apa, semuanya sudah beres, ayo kita ke rumah sakit."Siti segera menopang tubuh Lisa, dia terlihat sangat lemah dan berusaha untuk bertahan.Kebetulan mereka berjalan melewati Thasia.Lisa melihat ke arah Thasia, lalu berkata, "Kebetulan sekali, di kantor polisi saja masih bisa bertemu denganmu."Thasia menatap luka di tangan Lisa, baju pihak lawan penuh dengan darah. "Sudah terlalu sering terjadi kebetulan, kali ini saja kebetulan ada orang yang mati di tempatmu."Lisa tertegun sejenak, dia pun sengaja bertanya, "Maksudmu wanita