Ternyata telepon dari Mami di klub malam.Mami sudah lama tidak menghubunginya, Ella baru saja berpikir untuk memberitahunya kabar baik.Saat menjawab telepon, dia pun berkata dengan senang, "Halo, Mami, sekarang hidupku sudah enak, anakku juga sehat. Aku telah tinggal di rumah yang besar, bahkan ada orang yang melayaniku, calon nenek anak ini juga baik padaku. Ke depannya kehidupanku pasti akan bahagia."Dari seberang telepon terdengar seseorang berkata dengan panik, "Ella, aku meneleponmu karena ingin memberitahumu sesuatu, polisi datang ke sini untuk mencarimu. Apakah kamu melakukan suatu kejahatan?"Mendengar ini, ekspresi Ella berubah. "Polisi sedang mencariku?""Ya, mereka sedang mencari tahu tentangmu, entah apa yang mereka ...."Sebelum kalimat Mami selesai diucapkan, Ella sudah menutup telepon.Semua orang tahu dia tinggal di Kediaman Keluarga Okson.Polisi pasti sebentar lagi akan datang ke sini.Ella tidak akan membiarkan dirinya ditangkap polisi, jadi dia harus meninggalkan
Auranya sudah seperti nona besar.Hanya para wanita kaya yang bisa memiliki aura seperti ini.Ella merasa iri padanya. Sungguh beruntung orang yang terlahir dari keluarga kaya.Sedangkan dirinya, walaupun memiliki wajah yang cantik, dia hanya bisa bekerja di klub malam.Lisa menatap Ella melalui kaca, dia tersenyum dan bertanya, "Untuk apa kamu datang mencariku?""Tolong aku, polisi sedang mencariku." Ella saat ini masih merasa panik, dia takut mendengar suara mobil polisi, dia merasa hanya Lisa yang bisa menolongnya sekarang."Siti, kamu keluar dulu. Aku ingin berbicara berduaan dengannya."Siti menjawab, "Baik."Kemudian dia pun berjalan pergi.Seketika di ruangan itu hanya tinggal mereka berdua, serta setumpuk gaun indah.Di sebelahnya ada sebuah balkon.Ella duduk di bangku yang berada di balkon, ada gelas teh yang sudah terisi. Dia memegang teh yang hangat untuk menenangkan hatinya, tapi dia tetap berkata dengan panik, "Aku sekarang sudah nggak punya jalan keluar lagi, aku nggak i
Ella menatap sorot mata Lisa yang sangat berbeda dengan saat pertama kali mereka bertemu.Ekspresinya pun berubah."Kamu memanfaatkanku!"Ella berkata, "Kamu sengaja berkata seperti itu padaku, sengaja membuatku melakukan semua ini, kemudian kamu akan lepas tangan dan nggak memedulikanku. Ternyata yang jahat itu kamu."Lisa sengaja mendekatinya, membelikan baju anak untuknya.Kemudian berkata seperti itu padanya, ingin menggunakannya untuk membasmi Thasia.Lisa ternyata berkata seperti itu bukan demi kebaikannya, wanita itu telah mendorongnya ke dalam jurang.Jika Ella berhasil mengatasi Thasia, lalu dirinya masuk penjara, maka Lisa bisa mengatasi dua masalah dalam sekaligus."Kamu sungguh pandai berakting!" Ella berkata dengan marah, "Kamu berpura-pura suka padaku, bersikap baik, ramah dan dermawan padaku."Lisa masih meminum tehnya dengan tenang. Semua perkataan Ella tadi terdengar seperti pujian baginya."Sekarang kamu bahkan ingin mencelakai anakku." Ella memegang perutnya sambil m
Walau sudah sekarat dia masih punya pemikiran seperti itu.Dia ingin menaikkan derajat hidupnya menggunakan anak ini.Selama ada anak ini, maka dia akan memiliki kedudukan.Dia bisa hidup enak dengan mengharapkan anak ini.Namun, pada akhirnya itu semua hanyalah sebuah khayalan.Setelah selesai berbicara, Ella berhenti bernapas, tapi matanya masih terbuka lebar.Dia mati tanpa menutup matanya.Saat polisi turun ke bawah Ella sudah mati.Mereka pun menutup tempat itu dengan garis polisi.Lisa dibawa turun oleh polisi, rambutnya berantakan, wajahnya terlihat pucat dan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan darah. Dia menangis karena ketakutan, tangannya juga terus bergetar.Polisi sedang menenangkannya, menyuruhnya untuk tidak takut.Air mata Lisa pun perlahan-lahan berhenti mengalir, tapi dia masih terlihat ketakutan.Saat Siti mendekat, Lisa memeluk Siti sambil menangis.Saat mengetahui kabar ini, Thasia segera datang ke tempat kejadian, tidak disangka ternyata semuanya sudah terjadi.Dia ha
Pelaku yang membunuh pamannya sudah meninggal.Sekarang dia sudah tidak perlu memeriksanya dan mencari bukti lagi.Kasus pun segera ditutup."Nona Lisa, semua perkataanmu sudah kami catat, kamu sebaiknya segera mengurusi lukamu," saran polisi.Siti berkata, "Kak Lisa, kamu ini terlalu baik, dirimu saja terluka, bukannya pergi ke rumah sakit dulu, malah datang ke sini untuk membuat laporan dulu."Mata Lisa masih memerah, wajahnya juga terlihat lesu. "Nggak apa-apa, semuanya sudah beres, ayo kita ke rumah sakit."Siti segera menopang tubuh Lisa, dia terlihat sangat lemah dan berusaha untuk bertahan.Kebetulan mereka berjalan melewati Thasia.Lisa melihat ke arah Thasia, lalu berkata, "Kebetulan sekali, di kantor polisi saja masih bisa bertemu denganmu."Thasia menatap luka di tangan Lisa, baju pihak lawan penuh dengan darah. "Sudah terlalu sering terjadi kebetulan, kali ini saja kebetulan ada orang yang mati di tempatmu."Lisa tertegun sejenak, dia pun sengaja bertanya, "Maksudmu wanita
"Tony, bawa dia ke rumah sakit!""Baik, Pak Jeremy." Mendengar ini Tony langsung mengiakannya.Lisa menatap Jeremy. "Kamu nggak ikut?"Jeremy berkata, "Aku masih ada urusan di sini, setelahnya baru aku menyusul."Mendengar nanti Jeremy akan pergi menyusul, Lisa pun baru merasa tenang. "Baiklah, aku akan menunggumu, aku ke rumah sakit dulu."Setelah itu dia menatap ke arah Thasia lagi.Thasia hanya diam saja. Dia sudah sering melihat Jeremy begitu perhatian pada Lisa.Kali ini Lisa terluka dengan begitu parah, aneh jika pria itu tidak khawatir.Jadi Thasia hanya bisa melihatnya dalam diam."Kamu nggak kenapa-napa, 'kan?" tanya Jeremy dengan tiba-tiba pada Thasia.Thasia memasukkan kedua tangannya ke saku, dia berkata dengan datar, "Saat aku ke sana Ella sudah meninggal. Kata polisi kalau nggak ada tersangka lain lagi, maka kasus pamanku akan ditutup.""Jadi benar itu perbuatan Ella?"Thasia mengangguk. "Ya, tapi orangnya sudah mati, jadi sudah nggak bisa melakukan apa-apa lagi."Amarahn
"Di kantor masih ada kerjaan. Setelah mengurus masalah pamanmu, sebaiknya jangan menunda urusan pekerjaan terlalu lama."Perkataannya terdengar tegas.Thasia masih memiliki status lain, yaitu sekretarisnya Jeremy.Setelah menyelesaikan masalah kehidupan, dia masih harus bekerja.Bagi Thasia, dia juga tidak akan bekerja lama lagi, hari ini mungkin hari terakhirnya bekerja.Dia harus menyelesaikan pekerjaannya bulan ini dengan baik, bagaimanapun dia butuh uang.Jika dia tidak pergi bekerja, gajinya juga akan dipotong.Setelah pulang kampung selama beberapa hari, jatah cutinya pun sudah terpakai habis.Nanti setelah berhenti kerja dari PT Okson, dia akan memulai kehidupan baru di tempat kerja yang baru, dia harus membuat perencanaan dengan matang.Setelah ragu-ragu sejenak, Thasia pun mengiakannya."Baik, Pak Jeremy."Mendengar jawaban seperti yang diinginkannya, Jeremy pun menoleh ke depan.Thasia mengikutinya dari belakang.Hubungan mereka masih sama seperti dulu, terlepas dari hubungan
Jeremy mengerutkan keningnya, dia bertanya lagi dengan nada dingin, "Bukankah kalian sempat dorong-mendorong selama belasan menit, memangnya selama itu nggak ada orang yang masuk? Kenapa Ella bisa nggak sengaja jatuh ke bawah?"Siti mengingat kembali kejadian waktu itu, dia berkata dengan suara kecil, karena takut disalahkan oleh Jeremy, "Di ruangan itu hanya sisa mereka berdua, aku pikir mereka hanya mengobrol saja, seharusnya nggak akan ada masalah. Mengenai para satpam, kebetulan Kak Lisa menyuruh mereka pergi."Sebagai asistennya Lisa, di saat genting seperti ini dirinya malah tidak ada."Siapa yang lapor polisi?" tanya Jeremy. "Bagaimana bisa polisi datang dengan begitu cepat."Berdasarkan kecepatan polisi bertindak, seharus polisi bukan baru dipanggil saat tahu terjadi sesuatu pada Lisa.Pasti sebelumnya sudah ada yang lapor polisi.Asisten itu merasa bingung, dia pun terdiam.Dirinya juga tidak tahu siapa yang lapor polisi, polisi tiba-tiba datang sendiri.Siti saja baru tahu te