"Bagaimana mungkin aku nggak khawatir? Kamu dirawat di rumah sakit, aku pun sangat mengkhawatirkanmu, aku pikir sama seperti yang waktu itu!" Lisa berkata sambil menangis, "Aku nggak ingin melihatmu terbaring di ranjang rumah sakit lagi, kalau begini aku nggak akan bisa tidur dan makan dengan tenang, juga nggak bisa fokus syuting. Aku lebih baik berada di sisimu untuk menjagamu."Ketika Lisa mengatakan hal ini, Jeremy tiba-tiba teringat pada cedera parahnya dulu.Cedera itu hampir membunuhnya.Lisa yang menyelamatkannya.Sebagai tanggapan, Jeremy hanya menjawab, "Hal itu nggak akan terjadi lagi."Lisa tetap merasa khawatir dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Kamu sudah berjanji bahwa kamu nggak ingin melihatku sedih, kamu harus menjaga dirimu dengan baik agar nggak terluka lagi. Jangan gunakan tubuhmu untuk menghukumku!"Jeremy pernah hampir mati sebelumnya.Saat itu, Lisa menjaganya selama tujuh hari tujuh malam tanpa tidur nyenyak.Kemudian, setiap kali dia terluka, Lisa tidak
"Siti, berhenti bicara." Lisa menyelanya dan berkata kepada Jeremy, "Aku baik-baik saja."Jeremy melirik pergelangan kakinya, dia melihat pergelangan kaki Lisa sedikit memerah, jadi pria itu berkata, "Tony, bawa dia ke dokter.""Baik, Pak Jeremy." Tony segera mendekat.Lisa berkata, "Nggak perlu ke dokter, cukup pakai obat saja sudah cukup, hanya luka kecil saja. Aku juga sering terluka di lokasi syuting, bahkan jauh lebih parah dari ini. Tony, tolong bantu aku membelinya."Tony memandang Jeremy, menunggunya keputusannya.Jeremy berkata dengan tenang, "Kalau begitu, belikan obatnya.""Baik, Pak Jeremy." Tony berjalan keluar.Setelah lama tidak bertemu, Lisa cukup merindukan pria ini, tapi dia selalu menahan diri hanya demi kariernya, juga kesal karena pria ini sudah mempermalukannya karena Thasia.Namun, kali ini sepertinya tidak buruk, setidaknya Jeremy masih mengingatnya.Hal ini membuatnya merasa tenang.Lisa mengambil pisau dan mengupas apel untuknya. "Kamu nggak meneleponku saat t
Thasia mematikan mobil dan menunggu Lisa mendekat.Lisa mengangkat makanan yang dibawanya dan tersenyum dingin. "Kenapa kamu nggak masuk? Kamu pasti kesal melihatku bersama Jeremy mengobrol, bukan?""Ada apa?" Thasia menoleh dan menatap Lisa yang berjalan di depannya."Kamu belum menjawab pertanyaanku."Thasia mengalihkan pandangannya dan berkata dengan tenang, "Terkadang suka ada orang yang berpura-pura dirinya telah mendapatkan apa yang dia inginkan, semakin dia pamer, maka akan semakin sulit untuk mendapatkannya."Thasia tahu bahwa Lisa ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengejeknya.Semua untuk pamer di depannya.Ekspresi Lisa menjadi dingin, dia membencinya yang suka berpura-pura tenang. "Kenapa pasti hanya berpura-pura saja, tapi di hatimu kamu merasa sedih, bukan? Nggak peduli seberapa jauh diriku dari Jeremy, dia akan selalu memikirkanku.""Kamu juga tahu dia telah mendirikan perusahaan entertainment untukku. Aku ingin main film, dia langsung mengatur sebuah peran untukk
Jeremy menolak semua tamu.Tony menghalangi di pintu dan berkata dengan sopan, "Nona Lisa, Pak Jeremy sedang istirahat. Dia bilang Anda nggak perlu mengkhawatirkannya. Anda bisa kembali ke lokasi syuting."Lisa berkata, "Nggak masalah, aku sudah meminta izin, sutradara sudah mengizinkannya. Setelah kembali nanti aku bisa melanjutkan syutingnya."Tony merasa sedikit tertekan sekarang dan berkata dengan bijaksana, "Pak Jeremy perlu istirahat."Lisa melirik ke bangsal dan memahami arti kalimatnya. Dia tidak marah-marah, malah berkata, "Tolong berikan ini pada Jeremy. Aku akan kembali untuk membawakan masakan Bibi nanti.""Baiklah, Nona Lisa."Tony mengambil dokumen itu dan terkejut saat melihat judul dokumennya.Lisa mengucapkan selamat tinggal dan berjalan pergi.Asistennya berkata, "Kak Lisa, kenapa kamu nggak masuk? Kita akhirnya punya kesempatan.""Nggak perlu terburu-buru," Lisa berkata, "Masih banyak peluang di masa depan. Lebih baik kita pulang ke Kediaman Keluarga Okson dulu."Lis
Dia tidak akan membiarkan Thasia pergi, dia ingin menangkapnya lalu membunuhnya."Dasar pembawa sial. Tanpamu kami semua pasti akan baik-baik saja. Kak Santo pasti akan membantuku dan keluarga kita bisa hidup bahagia. Kamulah yang menghalangi kebahagiaan kami, membuat Kak Santo membuang kami. Dasar wanita sialan, aku hajar kamu sampai mati!"Rambut Thasia dijambak olehnya.Dia secara refleks ingin menghindari dan mendorongnya menjauh.Kuku Evelyn cukup panjang, dia bahkan mencakar pipi Thasia, meninggalkan beberapa bekas luka."Bu, kalian sedang di kantor polisi. Dengan tindakanmu ini, kami bisa saja menangkapmu!"Evelyn merasa sangat marah sehingga dia hampir pingsan. "Tangkap saja, tapi aku akan memukulnya sampai mati dulu! Lalu menyeretnya ke neraka juga kalau aku mati!"Evelyn terlihat sangat galak, polisi tidak punya pilihan selain menangkap dan menekannya ke lantai.Wanita itu masih ingin melawan, dia menatap Thasia dengan tatapan marah.Wajah Feni menjadi pucat dan dia menangis.
Yasmin berkata dengan cepat, "Jadi sudah pernah bertemu, baguslah kalau begitu. Lisa, gadis ini adalah Ella.""Dia adalah Lisa."Ella memandang Lisa dengan saksama dan tiba-tiba mengerti, wajahnya pun terlihat tidak senang. "Bibi, mungkinkah dia ini ... pujaan hati Kak Jeremy?"Ella awalnya berpikir jika Yasmin menerima anaknya, pasti dirinya juga diterima.Tanpa diduga, ternyata dirinya yang terlalu berlebihan.Lisa merasa senang mendengar gelar ini, dia pun berkata dengan santai, "Halo, Bibi sudah memberitahuku tentang ceritamu, katanya kamu sedang mengandung anaknya Jeremy, rawatlah bayi itu dengan baik."Ella merasa khawatir, tanpa sadar dia memegangi perutnya, takut mereka akan menyakiti anaknya.Lisa juga menyadari isi pikir gadis itu, dia pun berkata, "Kamu nggak perlu takut. Karena anak itu adalah anak Kak Jeremy, tentu saja aku akan memperlakukannya dengan baik. Kamu nggak perlu khawatir, saat kamu melahirkan nanti, hidupmu pasti akan menjadi lebih baik."Ella merasa tidak yak
Jika Lisa tidak menerimanya, Bibi tetap akan menerimanya.Lisa tidak bisa melawan keinginannya.Lisa juga tidak ingin menjadi orang jahat di mata orang lain.Setelah beberapa saat.Ada suara ketukan di pintu.Ella ada di dalam kamar. Ketika mendengar suara itu, dia bertanya, "Siapa?""Ini aku, Lisa."Ella ragu-ragu sejenak, tapi dia tetap pergi membukakan pintu.Lisa berdiri di depan pintu, memegang semangkuk sup di tangannya, lalu tersenyum padanya. "Kamu nggak turun, jadi aku membawakanmu sup buatan Bibi, supnya wangi sekali."Ella berkata, "Aku nggak nafsu makan."Lisa meletakkan mangkuk sup di atas meja, menatapnya dan bertanya, "Kamu nggak nafsu makan karena melihatku datang?"Ella berkata dengan cepat, "Bukan begitu, jangan berpikir sembarangan.""Baguslah kalau bukan." Lisa memegang tangan Ella dengan erat. "Kamu masih muda, jadi kamu bisa memanggilku Kak Lisa mulai sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja padaku. Selama aku bisa membantu, aku akan membantumu."Sikap ram
Hal ini terlintas di hati Ella.Thasia menyukai Jeremy, bagaimana mungkin wanita itu ingin bercerai?Dulu Thasia sempat menasihatinya untuk tidak menyukai Jeremy, tapi pada akhirnya wanita itu juga menyukai Jeremy.Ella sedang mengandung seorang anak, Thasia mungkin akan mencelakainya suatu saat nanti.Ella memegangi perutnya, dia merasa waspada. Dia tidak boleh membiarkan Thasia menyakiti anaknyaLisa mengamati ekspresinya Ella, dia pun berhenti membahas hal ini. "Kamu harus istirahat dan ingat makan supnya, aku akan keluar dulu."Setelah itu, Lisa keluar dengan mencibir.Kalimat Lisa tadi membuat Ella gelisah.Dia harus melakukan sesuatu.Ella tiba-tiba teringat pada bibi dan sepupunya Thasia, entah apa yang terjadi pada mereka....Thasia baru saja keluar dari kantor polisi setelah memberikan pengakuannya."Thasia!"Suara Suby terdengar di depan pintu.Pria itu sama sekali tidak mirip dengan Santo. Usianya hampir lima puluh tahun, dengan kulit pucat dan sedikit keriput. Pria itu mem