Thasia mendapatkan apa yang diinginkannya, dia seharusnya merasa sangat senang.Thasia merapatkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa.Melihat suasana mereka cukup tegang, Ella ingin meredakan suasana dan berkata, "Nona Thasia, ayo kita makan malam bersama.""Makanan yang dimasak oleh bibi di sini benar-benar enak, dia bisa memasak apa pun yang kamu inginkan, sungguh luar biasa, bukan? Kamu harus mencobanya nanti!" jelas Ella dengan penuh harap.Pandangan Thasia beralih ke Ella. "Nggak perlu ....""Harus mau," jawab Ella dengan cepat, lalu dia menatap Jeremy, seolah-olah tidak berkata kepada Thasia. "Pak Jeremy, bisakah dia menemaniku makan bersama? Selama ini aku hanya makan sendiri, aku merasa kesepian."Jeremy melirik Thasia di samping dan berkata dengan datar, "Terserah."Setelah mendapatkan jawaban ini, Ella semakin menempel pada Thasia. "Lihat, Pak Jeremy saja setuju."Ella takut kehadiran Jeremy akan membuat Thasia bersikap takut-takut."Baiklah."Thasia tidak menolak lagi dan la
Thasia menoleh padanya, melihat Ella tersenyum seperti orang sedang kasmaran, dia langsung tahu wanita ini sedang jatuh cinta, jadi Ella ingin mencari tahu tentang Jeremy.Ingin menjadi orang yang paling tahu tentang Jeremy."Sedikit." Kemudian Thasia berkata lagi, "Kamu ingin mencari tahu tentangnya dariku?"Ella langsung berkata dengan terus terang, "Ya, aku ingin mengetahui semua hal tentangnya, sehingga nggak akan membuatnya kesal."Thasia berkata, "Kamu ingin mengetahui tentangnya, ingin membuatnya senang, sehingga dia bisa lebih menyukaimu?"Ella pun menjawab dengan wajah memerah dan tidak enak, "Kalau Nona Thasia bisa mengetahuinya, maka Pak Jeremy juga seharusnya tahu bahwa aku menyukainya!"Thasia tidak tahu harus berkata apa, wanita ini terus terang sekali."Tapi tetap saja nggak cukup, dia bisa melihatnya dengan jelas. Kalau aku ingin menyenangkannya, apakah hal itu akan membuat diriku terlihat murahan?" Ella sedang berpikir ingin menjadi orang yang paling penting di hati Je
Jeremy terkejut mendengar ini. "Kenapa kamu baru bilang sekarang?""Karena kamu nggak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya."Thasia ingat bahwa pria ini pergi tanpa menoleh ke belakang waktu itu dan tidak mau mendengarkannya sama sekali.Jeremy ragu sejenak dan bertanya lagi, "Kalau bukan kamu yang membawa Ella ke sini, bagaimana mungkin dia mengenalmu? Saat pertama kali bertemu dengannya, dia memanggilmu dengan begitu akrab. Dia seharusnya sudah mengenalmu."Memang perkataannya dengan kenyataan tidak masuk akal.Untungnya ketika pertama kali bertemu Ella, Thasia tidak menjelaskan banyak hal, jadi wanita itu tidak tahu dirinya sedang mencari pengganti.Hal ini memberinya kesempatan untuk lepas dari masalah ini."Aku memang sempat bertemu dengannya dua kali." Thasia tidak menyangkalnya, "Bukankah Pak Jeremy menyuruhku mencari wanita malam itu? Tentu saja aku mengerjakan tugas yang diberikan padaku dengan serius."Jeremy menemukan ada kesalahan lagi pada kata-katanya. "Kalau dia ngg
Semakin dia memikirkannya, semakin Ella merasa begitu.Thasia tidak jadi menggunakan dirinya pasti karena takut ada wanita lain yang menempel pada Jeremy, lalu memengaruhi posisinya.Tidak heran Thasia berubah.Thasia menyukai Jeremy, jadi dia tidak mau membiarkan wanita lain menyukai pria itu, jadi dia mengatakan hal tadi padanya.Ella berpikir jika dirinya tidak datang sendiri, Jeremy tidak akan pernah mengetahui bahwa Ella adalah wanita yang tidur dengannya malam itu.Thasia pasti akan mencari cara untuk menutupi hal ini dan mengusirnya.Pada awalnya, Ella tidak terlalu memikirkan hal ini. Ella baru pertama kalinya berada dalam situasi seperti itu, dia merasa takut dan gugup, awalnya dia tidak berpikir meminta tanggung jawab pada pihak lawan.Ella tahu bahwa Jeremy sedang mencarinya, dia tidak ingin menimbulkan masalah, jadi dia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal dengan baik-baik.Namun, Jeremy ternyata sangat baik dan lembut padanya, bahkan membiarkannya di sisi pria itu.Memb
"Kalau menurutmu makanan yang dimasak oleh bibi enak, maka kamu makan saja yang banyak."Thasia meletakkan cangkirnya di atas meja, dia tidak berniat menemani Ella lagi.Dia ingin pergi, Jeremy juga tidak ada di sini. Ella takut jika beberapa hal tidak ditanyakan sekarang, maka tidak akan ada kesempatan lagi di lain waktu. Jadi sebelum Thasia pergi, dia berkata, "Jawabannya untuk pertanyaan yang biasanya nggak dijawab seharusnya sudah ada. Kamu pasti menyukai Pak Jeremy! Kalimatmu di dapur tadi padaku, pasti karena kamu takut kehadiranku mengganggu posisimu, bukankah kamu terlalu egois? Sebenarnya kamu nggak ingin aku muncul karena aku pernah tidur dengan Pak Jeremy, sehingga membuatmu nggak senang!Thasia mengerutkan kening dan berbalik.Ella menatap Thasia dengan penuh percaya diri, dia sudah tidak seperti gadis pemalu yang pertama kali ditemui Thasia.Pada awalnya Ella masih gadis pemalu. "Percaya diri sekali kamu?" Thasia bertanya dengan pelan, "Kamu yakin telah tidur dengan Pak Je
Orang yang masuk melihat kartu nomornya jatuh ke lantai, seketika dia terlihat bingung. Dia merasa terkejut melihat Thasia muncul sepagi ini di rumah sakit.Pria itu membungkuk dan mengambil kartu nomornya yang jatuh.Thasia melihatnya, pupil matanya sedikit menegang, dia hendak merebutnya.Namun, jarak pria itu lebih dekat dan dengan cepat memegang kartu nomor itu."Kamu nggak enak badan?"Pria itu melihat kartu nomornya, di sana tertulis untuk USG.Melihat itu saja sudah membuatnya ragu.Thasia merasa bingung, seolah-olah pria itu akan menemukan rahasianya yang mengejutkan. Dia segera mengambil kartu itu dan memasukkannya ke dalam saku, kemudian berkata dengan berusaha tenang, "Hanya untuk memeriksa saja."Jeremy memusatkan pandangannya ke wajah Thasia dan bertanya, "Kalau perutmu nggak enak, kenapa harus USG?"Thasia mengepalkan tangannya, dia tidak berani menatap pria itu. "Bukankah aku sudah bilang hanya untuk memeriksa saja."Jeremy memasukkan satu tangan ke dalam sakunya, dia ti
Hal Ini membuat Thasia terkejut.Tidak peduli dia dulu sesakit apa, pria ini tidak pernah peduli padanya.Bahkan karena urusan bekerja, pria itu selalu mengabaikan perasaan Thasia.Di saat Thasia tidak perlu ditemani, pria itu malah bersikeras menemaninya.Hal ini sedikit memusingkan.Jeremy melihat orang lain hendak memasuki lift. "Masuk dulu, kita bicarakan lagi nanti."Mereka berdiri di tengah-tengah lift cukup lama.Thasia setidaknya harus masuk ke lift bersamanya lagi.Thasia memasukkan tangannya ke dalam sakunya, memegang erat kertas nomornya, seketika dia merasa tangannya panas.Kenapa dirinya harus bertemu Jeremy hari ini.Jeremy berdiri di lift, dia menatap lurus ke depan, tapi karena mengkhawatirkan Thasia, dia pun bertanya, "Kamu sudah sarapan?"Thasia tidak menjawab, dia masih memikirkan cara untuk melarikan diri.Melihat wanita itu tidak menjawab, Jeremy pun menoleh pada Thasia yang sedang mengerutkan keningnya, wajahnya terlihat serius, seolah-olah sedang memikirkan sesua
Thasia merasa sedikit bingung dan dengan sopan berseru, "Halo, Pak Victor."Tatapan Pak Victor terlihat terkejut, dia belum pernah mendengar masalah ini, lalu dia tertawa dengan gembira. "Hebat juga kamu sudah menikah, kapan kamu menikah? Kamu dan kakekmu sama saja, masalah seperti ini bukannya memberitahuku, sampai-sampai sekarang aku baru bertemu istrimu."Pak Victor dan Kakek Okson adalah rekan seperjuangan ketika masih muda.Persahabatan mereka sangat erat.Mereka berjuang di medan perang, melakukan perbuatan baik, lalu meraih banyak prestasi.Namun, mereka melakukan pilihan yang berbeda untuk masa depan mereka.Pak Victor terjun dalam dunia politik dan Kakek Okson dalam dunia bisnis. Mereka mengambil jalan yang berbeda dan jarang berinteraksi satu sama lain.Pak Victor memandang Thasia dengan saksama, lalu mengangguk. "Dia kelihatannya wanita yang baik, Jeremy, hebat juga kamu memilih cewek."Jeremy berkata, "Pernikahan kami diadakan secara sederhana, kami juga nggak mengumumkanny