Berlian menyimpan ponselnya di nakas setelah membalas pesan masuk dari Jonathan. Kini ia kembali semringah setelah kehilangan mood pagi ini. Jonathan selalu tahu bagaimana membuat dirinya kembali tersenyum. Tidak seperti awal mereka baru bertemu lagi. Berlian menyenderkan tubuh di kursi, ia kembali teringat pertama kali kembali bertemu dengan pria itu. Sikap dingin dan arogannya membuat dirinya susah. Apalagi saat Jonathan membuat ia selalu kehilangan pekerjaan. Ada saja hal yang membuat dirinya bermasalah di kantor itu. "Dia sudah kembali ke Jonatan yang dulu. Tapi, apa sikapnya sama seperti saat bersama Anggun dulu?" Berlian kembali memikirkannya hal aneh, ia menggeleng untuk menghilangkan apa yang ada di pikirannya. Saat ini, semuanya harus hilang dari pikiran buruknya. Sementara itu, Bu Shafira berada di ruangannya. Wanita itu merenung tentang anak laki-laki yang kini akan mempersunting seorang gadis. Hatinya masih belum bisa menerima, hanya saja dirinya tidak bisa egois karen
Alva bergidik ngeri mendengar Cantika menyebut dirinya ayah dari anaknya. Apa yang baru saja di katakan gadis itu membuat ia muak dan mual. "Idih, ogah." Cantika tersenyum, melihat Alva seperti itu membuat ia semakin senang menggodanya. Cantika sadar, jika semuanya adalah salahnya. Alva hanya korban dari dirinya yang sangat egois."Jangan banyak bicara, kepala aku pusing."Alva langsung menggendong Cantika ke luar dan memasukkannya ke mobil. Agar tidak banyak tawar menawar akhirnya Alva berhasil membawa dia ke rumah sakit."Al, aku bisa naik sendiri." "Jangan banyak bicara aku bilang."Alva langsung mengemudikan mobilnya, sedangkan Cantika yang sejak tadi mengulur-ngulur waktu merasa kesal karena Alva membawanya ke rumah sakit. Rasa malunya memang semakin menjadi, apalagi setelah itu ia sangat lemah. Alva yang melihat kondisi Cantika merasa iba. walau anak itu sangat menyebalkan, tapi ia masih sangat peduli dengan Cantika. Mereka sampai di rumah sakit, Alva langsung membawa Canti
Jonathan semakin membuat Alva kesal, ia pun meminta Berlian menemani Cantika karena ia ingin mencari kopi. Jonathan pun mengikutinya dari belakang, dia pun ingin ke kantin."kenapa kamu ikut Jo?" "Sensi amat, sih. Masa ia aku enggak boleh ngopi?" tanya Jonathan.Alva sedang untuk menghadapi Cantika yang berbicara mulai aneh. Yang ada di kontrak mereka hanyalah sebagai suami Istri palsu. Namun, Alva merasa Cantika terlalu berlebihan dalam bersikap. Apalagi saat gadis itu mengatakan dia adalah Ayah dari bayi yang dia kandung."Harusnya kamu tuh berterima kasih karena berlian lebih memilih menemani calon istri kamu daripada makan malam bersamaku." Jonathan menyandarkan tubuhnya di kursi, sesekali ia melihat kanan kiri.Alva hanya menyunggingkan senyum ia merasa tidak ada yang salah saat ia meminta Berlian untuk datang. Lagi pula, secara mereka adik dan kakak."Ya, aku minta maaf. Tapi aku suntuk banget, kayanya lebih baik dia aku pulangin ke rumah orang tuanya dulu. Ribet ada Cantika di
Jonathan mencolek lengan Berlian, rasanya tidak enak menyebut ayahnya Cantika seperti itu. Seperti sama saja dengan ayahnya Jonathan. "Lian, jangan bicara seperti itu," bisik Jonathan."Kalian jangan bisik-bisik kalau di tanya mau apa tidak , jujur aja enggak ada pilihan." Alva mengulas senyum miring. "Lebih baik kamu selesaikan masalah dengan ayahnya Cantika," ucap Jonathan.Sepertinya benar yang di katakan Jonathan jika dirinya harus meluruskan semuanya. Alva berpikir bagaikan bisa ayahnya datang, apa mungkin Cantika mengabarinya tentang kondisi dirinya yang tengah di rawat. "Kami pulang ya," ucap Jo."Okelah." Terasa berat melepaskan kepergian Jonathan dan Berlian. Apalagi ia harus menghadapi ayahnya Cantika. "Aku tak mau ikut campur. Lebih baik pulang saja, Lian," ungkap Jonathan.Jonathan merasa beruntung karena pak Hardian tidak semenyeramkan ayah dari Cantika. Dirinya juga heran mengapa bisa Alfa berani-beraninya menghamili Cantika dengan memiliki seorang ayah yang seperti
Dirinya kira sang ayah hanya akan membahas pekerjaan atau kira-kira ayahnya itu akan mengatakan jika dia sudah setuju agar dirinya menikah dengan Berlian, tetapi apa yang baru saja Jonatan dengar sangat memancing emosinya bisa-bisanya sang ayah mengatakan hal tersebut hal yang sangat mustahil untuk dirinya lakukan. Mengapa ayahnya itu tidak mau berhenti saja mengganggu urusannya, mengapa ayahnya itu selalu menghalang-halangi niat baiknya kepada Berlian. Apa yang salah dari Berlian, wanita itu tidak banyak menuntut. Bahkan ayahnya yang selalu menuntut berlian untuk menjadi wanita yang sempurna saat berlian tidak memiliki apa-apa perihal status yang dipermasalahkan karena mereka tidak satu level.Sekarang setelah berlian menjadi seorang wanita karir dan anak dari Pak Hardian tetap saja ayahnya tidak mau memberikan restu.Jonathan sangat emosi, kenapa masih saja mengganggu pernikahan yang sudah hampir mendekati hari H."Pa, sudah cukup pernikahanku dan Berlian sudah mendekati hari h jad
Bukan berita hoax tentang skandal Jonathan. Anggun sangat syok. Karena kabar jika Jonathan tengah memiliki anak sudah diketahui banyak orang, hanya dirinya saja yang tidak mengetahui akan hal itu. Bahkan Anggun sampai mencari tahu dari beberapa staf di perusahaan Jonathan dan pastinya mereka adalah orang-orang terpercaya tak mungkin berbohong tentang berita itu."Aku yakin pasti Jonathan itu dijebak oleh Berlian sampai-sampai wanita itu memiliki anak," ungkap Anggun.Dirinya tidak menyangka jika Jonathan memiliki selera yang begitu rendah. Apa hebatnya wanita itu sampai-sampai Jonathan bisa memiliki anak darinya. Berlian terlihat biasa saja menurutnya, bahkan dirinya yakin jika Berlian itu wanita miskin. Mungkin saja berlian menggunakan berbagai macam cara agar bisa memikat Jonathan."Anggun, kau sudah mengetahui jika Jonathan telah memiliki seorang anak bahkan Jonathan akan segera menikahi wanita itu. Jadi aku hanya ingin mengingatkan kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh yang aka
"Tentang Alva lagi?" Pak Hardian pun sudah menduganya. "Iya, Pa. Alva hari ini tidak pulang karena menemani Cantika di rumah sakit, kata Berlian Cantika terus menerus muntah-muntah," ucap Bu Shafira.Pak Hardian sejak tadi mendengarkan dengan tenang apa yang di katakan oleh sang istri. Ia sudah lebih stabil dalam mengambil keputusan dan tenang menghadapi masalah Alva saat ini. "Lalu, kenapa Ma kalau Alva menemani Cantika?" "Ya, enggak baik aja. Alva hari ini sudah enggak ke restoran, masa dia mengurusi Cantika doang. Apa enggak ada keluarga yang menemani dia?""Salahnya di mana?" Pak Hardian kembali bertanya.Bi Sahfira sedikit heran kenapa suaminya tidak marah dan malah biasa saja. Padahal ia ingin sekali mendengar suaminya berkomentar, apalagi marah dengan Alva. Akan tetapi, nyatanya semua di luar dugaan."Pa, masa ia belum menikah saja sudah menyusahkan." Lagi, Bu Shafira berkomentar. "Ma, biarkan saja. Toh itu anak Alva yang di kandung Cantika. Dia harus bertanggung jawab, jan
"Boleh kan berharap?" Cantika langsung menutup mulutnya saat Alfa sontak dan letaknya dengan tajam. Alva benar-benar murka dengan apa yang di katakan oleh Cantika. Ia menggeleng, dan berpikir mana mungkin ia bisa suka dengan Cantika. Lagi pula, dirinya tidak gila menyukai anak di bawah umur. Hanya sebuah ketidaksengajaan saja yang membuat dirinya masuk ke sebuah rekayasa gadis itu Alva memilih tidur di sofa dan mencoba memejamkan mata. Pikirannya kacau, hanya karena menutupi perasaannya yang galau karena Berlian, ia pun mengambil keputusan menikah dengan Cantika. Ia tahu resiko apa yang akan di terimanya. Niat awal ia hanya ingin mencari wanita untuk sementara, tapi malah ia terperangkap dalam sebuah pernikahan. Alva membuka mata dan menoleh ke arah Cantika, gadis itu sudah terlelap sepertinya. Akhirnya ia pun memilih kembali memejamkan mata. Ia tidak membayangkan hari-harinya nanti bersama dengan gadis itu.Pukul 05.00 Alva terbangun, ia pun duduk sembari mengucek mata. Pesan mas