"Siapa yang mengatakan hal itu, Berlian mengadu padamu, iya?" Pak Ferdinand benar-benar kesal. Ia berasumsi jika Berlian lah yang mengadu kepada Jonathan tentang perjanjian tersebut. Dirinya berpikir jika wanita itu begitu licik telah menghianati perjanjian dan kini justru semakin mendekati Jonathan.Jonathan justru tersenyum, ayahnya benar-benar manipulatif."Dia melakukan itu untuk mengadu domba kita. Agar kamu membenci papamu ini, Jo," ungkap Pak Ferdinand. Pak Ferdinand seolah cuci tangan atas semua kesalahan yang telah dirinya perbuatan. Ia menyalahkan berlian yang telah menuduhnya. Dirinya ingin membuat wanita itu menjadi lebih buruk lagi di mata sang anak."Wanita murahan tak tahu diri berani-beraninya memfitnah saya," ungkap Pak Ferdinand. Ia berharap bisa dapat kembali mendapatkan kepercayaan dari Jonathan. Dirinya berusaha untuk memutarbalikkan fakta yang ada.Jonathan geram karena papanya terus saja menghina dan memojokkan Berlian. Sudah jelas jika papanya di sini yang sal
Bu Shafira bertemu dengan Alva di restoran, pria itu memeriksa beberapa bahan makanan yang hampir habis. Sementara berlian fokus kepada kesehatan Cinta, sekarang ialah yang menggantikan tugas wanita itu. Agar restoran tidak terjadi masalah apa-apa dan terus terpantau oleh dirinya ataupun bu Shafira.Alva duduk pada meja yang biasanya ditempati oleh Berlian, begitu juga dengan bu Shafira Ia datang untuk melihat pekerjaan anaknya itu."Berlian mengabari jika Cinta pulang hari ini," ungkap Bu Shafira.Alfa hanya mengangguk, lalu dirinya kembali fokus mencatat bahan-bahan yang telah habis."Apa kamu tidak mau ikut menjemputnya?" tanya Bu Shafira."Sudah ada Jonathan Ma, maka karena itu juga aku tidak datang ke rumah sakit. Jonathan sudah ada di sana," ungkap Alva.Alva teringat pagi-pagi dia datang ingin mengantar makanan. Semalaman dirinya terlalu sibuk, mengurus pekerjaan yang tak ada habisnya dan tidak bisa ditinggal. Maka dari itu untuk menebus kesalahannya ia berniat untuk membawakan
Setelah mengatakan itu, Jonathan memilih pamit untuk pergi ke kamar Cinta. Meninggalkan Alva yang masih dengan kekecewaannya, serta rasa sakit hatinya karena kalah dari Jonathan."Wah, sedang apa Cinta," ujar Jonathan.Cinta tengah menikmati nasi kuning buatan sang nenek. Anak itu juga memamerkan boneka Boba yang dibelikan oleh bu Shafira. Cinta nampak jauh lebih segar daripada kemarin, bahkan suhu tubuhnya pun sudah normal. Putrinya itu tidak merengek seperti di rumah sakit, ternyata benar jika rumah adalah tempat ternyaman untuk beristirahat.Berlian memilih untuk membereskan barang bawaan Cinta. Serta ia menyiapkan obat-obatan yang harus putrinya minum.Bu Shafira merasa senang, karena Cinta dapat berkumpul dengan orang tuanya. Namun, ia juga merasa kasihan kepada Alva yang kini tengah patah hati karena sepertinya Jonathan dan Berlian telah berbaikan."Om Jo, cobain deh. Enak pakai tempe," ujar Cinta.Jonathan membuka mulutnya, ia menerima suapan dari putrinya itu dengan sepenuh ha
Di rumah keluarga Ferdinand, pria itu masih sangat emosi. Ia menunggu Jonathan pulang, tetapi sang anak tak kunjung datang. Pak Ferdinan terlihat begitu kesal, wajahnya sudah bermuram durjana. Mengapa kedua anaknya tak ada yang bisa diajak berkompromi dalam hal ini, mereka semua seolah menyalahkan dirinya. Padahal Ia melakukan apa yang menurutnya terbaik untuk menjaga harkat dan martabat keluarganya."Mau kopi?" tanya Bu Santi.Pak Ferdinan menggeleng, beberapa kali ia melihat ke arah raya ponselnya. Dan lelaki itu bergumam tak jelas seperti tengah memaki seseorang.Bu Santi memperhatikannya sejak tadi. Ada apa dengan suaminya. Terlihat gelisah dan penuh amarah. Iya sangat heran mengapa sepulang kerja suaminya itu terlihat sangat muram. Ia sudah menawarkan kopi dan beberapa camilan. Namun, ditolak mentah-mentah oleh pak Ferdinand.Bu Santi memilih untuk duduk di sebelah suaminya, ia merasa tak enak apakah dirinya memiliki salah sampai suaminya itu bersikap seperti itu."Ada apa, Mas?"
"Papa yang mengatakan itu?" tanya Jonathan."Iya, semalaman papa menunggu kamu pulang, sambil marah terus," jawab Bu Santi.Dirinya tidak menyangka jika sang ayah benar-benar pandai untuk memanipulatif keadaan yang ada. Kini kepada sang ibu ia mengatakan jika Berlian lah yang mengadu domba antara Jonathan dan juga pak Ferdinand. Dia tidak menyukai dengan sikap ayahnya yang seperti itu.Sama halnya dengan Jonathan yang hanya tersenyum, Arnold justru tertawa. Membuat bu Santi Bingung tentang sikap anak-anaknya itu.Jonathan menceritakan semuanya, tentang Berlian yang datang dan rela memohon untuk pak Ferdinand agy tidak membuat dirinya miskin. Lalu pak Ferdinand setuju dengan syarat harus meninggalkan Jonathan. Jonathan pun menceritakan sedetail-detailnya agar ibunya tidak salah paham kepada Berlian.Bu Santi terkesiap, ternyata Berlian tak seburuk yang ia kira. Sama halnya dengan Rara yang sudah menduga hal itu. Ia juga sudah yakin jika berlian tidak mungkin seperti itu. Seperti apa ya
Ucapan sang nenek terngiang di telinganya. Benar, harusnya ia tak merasa takut dengan pak Ferdinand karena ada ayah sambungnya juga Jonathan. Sekarang dirinya tidak sendiri, akan ada orang yang membelanya bahkan membantunya jika pak Ferdinand melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Jonathan pun terlihat begitu sangat menyayangi Cinta, tak mungkin lelaki itu rela jika terjadi sesuatu kepada putrinya. Bu Shafira pun pasti akan menjadi garda terdepan untuk membelanya dari pak Ferdinand."Cinta tidur, ya," ujar Berlian.Seperti biasa jika telah meminum obat putrinya akan terlelap. Kata dokter Cinta harus banyak beristirahat, dan menjaga asupan yang masuk ke dalam tubuhnya. Serta anak itu harus lebih banyak minum air putih. Memang selama ini Cinta sangat sulit untuk minum jika tidak dipaksa dia tidak akan minum."Ma, om Jo kok gak jenguk Cinta lagi?"Berlian bingung anaknya selalu menyebut nama Jonathan setiap waktu dia sampai pusing untuk mencari alasan lagi. Entahlah mengapa Cinta begit
Berlian terkesiap saat Jo mintanya menikah dengannya. Bahkan menganggap Jo bercanda karena tak memikirkan perasaannya saat ini. Iya heran mengapa Jonathan bisa berpikiran secepat itu untuk mengejarnya menikah. Padahal, sudah sangat jelas jika pak Ferdinand belum memberikan mereka restu."Bercandamu tidak lucu, Jo," ujar Berlian.Entah apa yang dipikirkan lelaki itu sampai buru-buru mengajaknya menikah. Padahal berlian membayangkan saja tidak pernah untuk dapat menikah dengan Jonathan, seperti hal yang mustahil keduanya dapat bersatu dalam ikatan pernikahan sedangkan untuk saat ini saja mereka bersama sangat sulit."Aku serius. Aku ingin menikahimu," ungkap Jonathan.Jonathan memikirkan apa yang Arnold ucapkan. Jika, dirinya berlama-lama membiarkan Berlian sendiri tanpa mengambil keputusan. Ia takut justru Berlian akan menerima lamaran orang lain dan dirinya hidup dengan penyesalan karena terlambat untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada Berlian. Apalagi sekarang sang ibu s
Pak Hardian sangat heran melihat sikap pak Ferdinand, rekan bisnisnya itu seperti sangat senang. Tanpa bertanya tentang siapa putrinya dan nama putrinya, pak Ferdinand sudah membahas perihal perjodohan. Padahal orang yang dimaksud pak Ferdinand adalah berlian, wanita yang dirinya hina dan dirinya memalukan saat acara itu. Ya sudah mengetahui semuanya tentang ayah dari Jonathan tersebut, orang yang hanya memikirkan tentang kekuasaan dan jabatan saja. Iya saja sebagai pembisnis, tidak menggilai harta. Dirinya membebaskan Alfa ingin menikah dengan siapa saja mau kalangan atas hingga kalangan bawah pun tidak masalah untuknya, yang lebih terpenting adalah kebahagiaan anaknya tersebut.Pak Hardian hanya tidak ingin menjadi orang tua yang egois, yang mementingkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan perasaan anaknya. Ia juga pernah muda, rasa cinta itu tidak bisa dipaksakan. Serta kebahagiaan itu diciptakan oleh diri sendiri. Dirinya hanya tidak ingin melihat anaknya tertekan dengan segal