"Aku siap dengan konsekuensi yang akan terjadi, tapi apa dia siap jika kehilangan dirimu?" Wajah itu penuh percaya diri saat menatap sang kakak. Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Jonathan, Arnold yakin jika sang adik sudah memikirkan hal yang akan di lakukannya dengan matang.Tidak mungkin seorang Jonathan tidak memikirkan hal baik dan buruk yang akan terjadi nanti. Apalagi terlihat jelas di wajahnya yang penuh percaya diri."Aku percaya kamu akan melakukan yang terbaik." Arnold menepuk pundak adiknya. "Terima kasih, Ka. Tidak semudah yang mereka bayangkan untuk memaksa aku menikahi wanita yang sama sekali tidak membuat aku jatuh cinta," papar Jonathan lagi. Tidak sia-sia Jonatan mengulur waktu, ia tak menyangka jika usaha itu akan berguna saat ini karena pada saat awal mengetahuinya, ia masih santai. Namun, ia mencoba mengukur waktu juga dan pernah berusaha untuk mencintai Alea. Akan tetapi, hal itu tidak muncul juga. Tidak ada perasaan atau hal yang membuat Jonathan me
"Apa yang di maksud Nunung itu Jonathan?" Berlian bergumam sendiri, ia sebentar ingin tahu siapa yang di maksud oleh Nunung. Hanya saja ia takut dan gengsi untuk bertanya. Akan tetapi, ia tak sabar akhirnya mengetik pertanyaan yang dia kirim ke Nunung."Bos Jo?" Jemari itu akhirnya mengirimkan pesan pada Nunung. Hatinya merasa cemas menunggu jawaban dari teman lamanya itu. Namun, ia berpikir untuk apa ia seperti itu jika dirinya nanti sore akan bertemu dengan Jonathan."Apa tidak sebaiknya aku bertanya langsung padanya?" Lagi, Berlian terus bergumam sendiri."Bertanya pada siapa?" tanya Nenek Lastri yang tidak sengaja lewat."Eh, itu Nek."Berlian menceritakan apa yang sedang ia pikirkan. Sang nenek tersenyum melihat tingkah aneh Berlian yang mengatakan tak cinta tapi terlihat begitu cemas saat tahu ada yang akan tunangan."Aku sih biasa aja. Tapi yang aku heran, kalau dia mau tunangan, untuk apa dia ke rumah aku. Apa dia mau membuat aku malu dengan mengajak ke cara penting dia Nek?
"Jangan macam-macam, kamu mau berbuat apa sampai mengajak aku dan Cinta?" tanya Berlian. "Itu urusan aku, kamu diam saja. Aku kita pergi," ajak Jonathan. Jonathan masuk menemui Nenek Lastri untuk pamit dan mengajak Cinta. Lalu, ia menarik tangan Berlian saat wanita itu masih bergeming di depan pintu. Sebuah pemaksaan pikir Berlian pada Jonatan. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya. Melihat sang anak begitu gembira, ia hanya bisa membiarkan saja. Berlian berpikir bagaimana nanti perasaan Cinta saat semua orang tahu jika anak itu adalah anak Jonathan. Mereka semua akan menatap beda karena Cinta adalah anak yang lahir di luar pernikahan. "Kita akan ke salon dulu, merapikan penampilan kamu. Belum sempurna bagiku." "Terserah."Di dalam mobil, keduanya hanya saling diam. Cinta tiba-tiba saja tertidur karena dia tak tidur siang. Suasana begitu kaku sampai tiba di sebuah salon kecantikan. "Aku mau kamu terlihat sempurna.""Harusnya aku tampil apa adanya, tidak usah memak
"Rin, jaga bicara kamu." Bu Agnia menarik anaknya menjauh dari Alea yang sudah terlihat begitu kesal. Keduanya tak pernah akur, apalagi Rina yang selalu iri dengan keberhasilan Alea di bidang permodelan dan Tv. Keduanya kerap bertengkar hebat hingga membuat pusing kepala Bu Agnia."Ya, aku bicara sesungguhnya. Aku tahu kok sebenarnya Jonathan itu kaya enggak tertarik, buktinya kalau mau menikah dan tunangan, pasti mereka mengurus semua," ujar Rina. Bu Agnia meminta Rina untuk diam karena jika Alea menikah dengan Jonathan mereka pun akan kebagian rezeki. Hampir satu tahun ini keuangan mereka sedang tak baik-baik saja. Bu Agnia dan Pak Ibnu hanya mengandalkan uang dari anak mereka saja."Ouh, jadi sasaran sekarang adalah Jonathan. Hmm, asal enggak salah sasaran aja kaya mama. Target orang kaya, malah harta kita habis," ucap Rina. Bu Agnia tak memungkiri jika semua yang di katakan Rina adalah benar. Dirinya meninggalkan suami pertama karena pria itu struk dan malah tega menjual rumahn
"Ma, jawab jangan diam saja. Apa kamu kenal dengan wanita yang di bawa Jonathan?" Pak Ibnu terus saja bertanya, tapi sang istri malah diam. "Enggak kenal," jawab Bu Agnia.Berlian tersenyum miris mendengar ucapan Bu Santi. "Anda enggak kenal dengan saya? Asal kalian tahu, ayahku meninggal karena sakit memikirkan rumah yang ia miliki di jual dia! Berengsek!" Berlian mengamuk dan mengguncangkan tubuh Bu Agnia. Harusnya hari ini adalah hari bahagia bagi Alea, tapi hancur begitu saja. Ia merasa luar biasa malunya apalagi dengan adanya fakta mengejutkan dari Berlian."Cukup! Pergi kalian dari sini! Pergi!" Alea berteriak frustasi. Pak Ibnu Bimbang harus mengurus yang mana, akhirnya ia membiarkan istrinya bersama dengan Rani dan ia pun menenangkan Alea. Pak Ibnu tak bisa banyak bicara apalagi saat pak Ferdinand meminta penjelasan.Harusnya pak Ibnu marah dan mengamuk pada Berlian. Hanya saja ia tak mau Berlian semakin membuat aib keluarganya di bongkar."Jo, bawa wanita itu pergi. Saya
"Permintaan yang mana, ya Kak?" tanya Berlian."Permintaan untuk datang ke acara yang akan di langsungkan Alea. Kamu tahu kan sebelumnya kalau kamu akan hadir ke acara itu?" tanya Rara."Awalnya aku tidak tahu, tapi akhirnya tahu. Mau menolak, Jonathan terus memaksa dan mengancam akan mengambil hak asuh Cinta," ujar Berlian.Rara mengernyitkan kening, lalu menggeleng. Ia tak habis pikir Jonatan bisa melakukan hal seperti itu padahal ia sama sekali tak ada kontribusi mengurus Cinta. Mana bisa langsing mengambil walau Rara yakin pasti Jonathan akan menang jika masuk ranah hukum."Tidak usah kamu pikirkan, tapi ya kalian masih cocok kok." Rara kembali menggoda Berlian."Biasa aja Ka, anakku sudah tahu ayahnya saja sudah bersyukur. Hanya saja aku terganggu kalau Jonathan yang selalu datang dengan tiba-tiba dan memaksa." Berlian menarik napas panjang. Rara bisa paham jika adik iparnya itu memang suka memaksa. Apalagi jika berhubungan dengan Cinta anaknya, Jonathan akan melupakan yang haru
"Asal kamu tahu, sebelum menikah dengan Papa kamu dia mengaku sebagai pengusaha besar. Lalu, saat itu dia meminta saya meminjamkan uang untuk menyogok sutradara," ujar Bu Agnia."Itu enggak benar, kan Pa?" tanya Alea."Sayangnya itu benar, Alea," ujar Rani. Sejak tadi Rani sudah begitu emosi, apalagi mendengar Ibunya di maki oleh kakak sambungnya."Kalian enggak usah sok suci. Semua punya dosa masa lalu, kamu juga jangan merasa teraniaya. Harusnya kamu menyalahkan Jonathan, bukan Mamaku." Alea merasa harusnya ia yang di kasihani, bukan malah seolah-olah semua ini adalah kesalahan dirinya."Papa kamu penipu, untungnya keluarga Jonathan enggak jadi besanan. Kalau enggak habis kali harta mereka sama kaya harta mama aku," papar Rani yang tak kalah emosi dari Alea. "Rani, sudah," pinta Bu Agnia."Kalian bikin aku frustasi!" Alea berteriak kencang lalu ia masuk kembali ke kamar dengan membanting pintu."Aku meminta kamu menjelaskan semua ini, bukan menghina dan membuka aib masa lalu. Dan
"Mama sudah aku beritahu. Dia sejak tadi meminta aku informasi," ujar Arnold."Jadi dia berpihak sama siapa?" tanya Jonathan. "Aku melihatnya setengah-setengah." Arnold tertawa setelah berbicara hal itu. Arnold begitu senang melihat adiknya yang kini berada di depannya. Sudah pasti akan ada masalah setelah ini.Jonathan menyesap rokok dan meniupkan asap ke udara. Apa yang ia lakukan hari ini akan membuat dunia menjadi gempar. "Kita lihat besok, apa saham kita akan naik atau turun," ujar Arnold sembari menepuk pundak adiknya.Arnold pamit ke dalam, sedangkan Jonatan masih berada di teras rumah Arnold. Ia kembali menyesap rokok sembari membayangkan perubahan Berlian saat di salon."Ke salon untuk apa lagi sih? Apa kurang make up aku, kurang tebal atau kurang cantik?" tanya Berlian saat di mobil. "Mama enggak jelek, tapi mungkin kata Papi Jo Mama kurang make up-nya. Kan kata Papi kita mau ke acara teman kantor Papi," ujar Cinta. "Nah, anak kamu saja tahu. Masa kamu enggak paham Lian.