Saat Berlian datang, Bu Shafira segera menghampiri putrinya yang terlihat begitu lelah. Ucapan nenek Lastri menampar dirinya pada suatu kenyataan, ia menyesal karena selama ini dirinya telah egois dan berpikir jika dengan menjodohkan Alva dan Berlian dapat membuat putrinya bahagia nyatanya semua itu salah justru membuat Berlian tertekan."Bagaimana semuanya?" tanya Bu Shafira.Berlian menaruh plastik putih yang berisi kebutuhan cinta yaitu pampers serta lainnya."Sudah selesai Bu. Administrasi pun sudah Berlian urus, tadi," ungkap Berlian. Berlian menarik kursi agar lebih dekat dengan putrinya itu. Ia memperhatikan Cinta yang masih terlelap akibat efek dari obat yang diberikan. Tangannya menyentuh dari putrinya itu demam Cinta tidak setinggi tadi."Syukurlah," ujar Berlian."Nek, tadi Berlian sekalian membelikan makan. Nenek belum makan 'kan," ungkap Berlian sembari mengeluarkan kotak dari plastik yang tadi dirinya bawa.Berlian nampak sangat menyayangi neneknya itu, terkadang Bu Sha
"Mama, pulang sebentar ya," ujar Berlian.Wanita itu terus mencoba untuk merayu putrinya agar ia diizinkan untuk pulang. Namun, Cinta terus memegangnya tangannya bahkan ia tak memberikan Berlian akses untuk pergi sedikitpun dari dirinya.Cinta menangis membuat kedua orang itu panik bahkan anaknya tersebut sempat menarik-narik infus. Agar berlian tidak jadi pulang dan tetap berada di sampingnya."Iya-iya, Mama di sini," ujar Berlian.Mau tak mau berlian tetap berada di ruangan itu dia tidak jadi pulang. Jika ditinggalkan dalam keadaan menangis itu akan membuat dirinya tak tenang dan percuma pulang pasti dirinya pun tidak akan bisa beristirahat di rumah. Walaupun ada Jonathan anak itu tetap saja ingin ada ibunya di sampingnya. Berlian menatap ke arah Jonathan Ia hanya menaikkan bahunya pertanda dirinya juga tidak bisa melakukan apa-apa."Om, bawa buah tadi. Cinta mau yang mana?" tanya Jonathan.Berlian menggendong Cinta sedangkan Jonathan ia memegangi alat infus putrinya itu karena cint
"Oh, jadi Jo sekarang bersama Berlian?"Pak Ferdinand tak habis pikir dengan anaknya itu. Bisa-bisanya Jonathan semalaman bersama dengan Berlian dan Cinta. Bahkan tanpa memberitahunya sama sekali, tak masuk kerja dan tak izin kepadanya. Iya juga kesal karena berlian tidak dapat menepati janji seperti apa yang diawal dirinya ucapkan jika wanita itu akan pergi dari kehidupan Jonathan, tetapi nyatanya berlian masih berada di sisi Jonathan. Bahkan wanita itu mengganggu konsentrasi putranya dalam bekerja tidak masuk kerja tanpa memberitahu ia sama sekali."Apa yang salah? Jo hanya menemani putrinya yang sakit dan dirawat di rumah sakit," ungkap Arnold.Jika berada di posisi yang sama pun, Arnold memilih untuk menemani anaknya yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit daripada pekerjaan. Jadi menurutnya keputusan Jonathan untuk berada di rumah sakit adalah hal yang tepat, ia tidak ingin jika adiknya merasa menyesal apabila terjadi sesuatu kepada Cinta. Adiknya itu telah kehilangan 5 tahu
Jonathan mengusap wajahnya kasar, dirinya sangat menyesal dengan apa yang sudah ia katakan kepada Berlian sungguh sangat keterlaluan. Namun, apa yang dilakukan ayahnya itu benar-benar di luar batas. Ia tidak menyangka jika ayahnya bisa setega itu memisahkan ia dan juga Cinta. Jonathan masih tak menyangka jika berlian masih mengingat mimpinya sejak dahulu, begitu besar rasa sayang wanita itu terhadapnya. Bahkan ia begitu bodoh dengan berpikiran yang tidak tidak bahkan menuduh sang wanita sebagai wanita materialistis. "Aku memang bermimpi sejak dulu ingin menjadi memimpin perusahan ayah. Hanya saja aku lebih baik kehilangan semua itu jika kita tidak bisa bersama Berlian," papar Jonathan.Ya benar, iya lebih baik kehilangan semua apa yang kini dirinya genggam daripada harus kehilangan Berlian dan juga Cinta. Kedua wanita itu sangat berarti untuknya saat ini bahkan lebih penting daripada nyawanya sendiri. Tanpa berlian semua harta dan kekayaan miliknya takkan berarti apa-apa, setelah ia
"Siapa yang mengatakan hal itu, Berlian mengadu padamu, iya?" Pak Ferdinand benar-benar kesal. Ia berasumsi jika Berlian lah yang mengadu kepada Jonathan tentang perjanjian tersebut. Dirinya berpikir jika wanita itu begitu licik telah menghianati perjanjian dan kini justru semakin mendekati Jonathan.Jonathan justru tersenyum, ayahnya benar-benar manipulatif."Dia melakukan itu untuk mengadu domba kita. Agar kamu membenci papamu ini, Jo," ungkap Pak Ferdinand. Pak Ferdinand seolah cuci tangan atas semua kesalahan yang telah dirinya perbuatan. Ia menyalahkan berlian yang telah menuduhnya. Dirinya ingin membuat wanita itu menjadi lebih buruk lagi di mata sang anak."Wanita murahan tak tahu diri berani-beraninya memfitnah saya," ungkap Pak Ferdinand. Ia berharap bisa dapat kembali mendapatkan kepercayaan dari Jonathan. Dirinya berusaha untuk memutarbalikkan fakta yang ada.Jonathan geram karena papanya terus saja menghina dan memojokkan Berlian. Sudah jelas jika papanya di sini yang sal
Bu Shafira bertemu dengan Alva di restoran, pria itu memeriksa beberapa bahan makanan yang hampir habis. Sementara berlian fokus kepada kesehatan Cinta, sekarang ialah yang menggantikan tugas wanita itu. Agar restoran tidak terjadi masalah apa-apa dan terus terpantau oleh dirinya ataupun bu Shafira.Alva duduk pada meja yang biasanya ditempati oleh Berlian, begitu juga dengan bu Shafira Ia datang untuk melihat pekerjaan anaknya itu."Berlian mengabari jika Cinta pulang hari ini," ungkap Bu Shafira.Alfa hanya mengangguk, lalu dirinya kembali fokus mencatat bahan-bahan yang telah habis."Apa kamu tidak mau ikut menjemputnya?" tanya Bu Shafira."Sudah ada Jonathan Ma, maka karena itu juga aku tidak datang ke rumah sakit. Jonathan sudah ada di sana," ungkap Alva.Alva teringat pagi-pagi dia datang ingin mengantar makanan. Semalaman dirinya terlalu sibuk, mengurus pekerjaan yang tak ada habisnya dan tidak bisa ditinggal. Maka dari itu untuk menebus kesalahannya ia berniat untuk membawakan
Setelah mengatakan itu, Jonathan memilih pamit untuk pergi ke kamar Cinta. Meninggalkan Alva yang masih dengan kekecewaannya, serta rasa sakit hatinya karena kalah dari Jonathan."Wah, sedang apa Cinta," ujar Jonathan.Cinta tengah menikmati nasi kuning buatan sang nenek. Anak itu juga memamerkan boneka Boba yang dibelikan oleh bu Shafira. Cinta nampak jauh lebih segar daripada kemarin, bahkan suhu tubuhnya pun sudah normal. Putrinya itu tidak merengek seperti di rumah sakit, ternyata benar jika rumah adalah tempat ternyaman untuk beristirahat.Berlian memilih untuk membereskan barang bawaan Cinta. Serta ia menyiapkan obat-obatan yang harus putrinya minum.Bu Shafira merasa senang, karena Cinta dapat berkumpul dengan orang tuanya. Namun, ia juga merasa kasihan kepada Alva yang kini tengah patah hati karena sepertinya Jonathan dan Berlian telah berbaikan."Om Jo, cobain deh. Enak pakai tempe," ujar Cinta.Jonathan membuka mulutnya, ia menerima suapan dari putrinya itu dengan sepenuh ha
Di rumah keluarga Ferdinand, pria itu masih sangat emosi. Ia menunggu Jonathan pulang, tetapi sang anak tak kunjung datang. Pak Ferdinan terlihat begitu kesal, wajahnya sudah bermuram durjana. Mengapa kedua anaknya tak ada yang bisa diajak berkompromi dalam hal ini, mereka semua seolah menyalahkan dirinya. Padahal Ia melakukan apa yang menurutnya terbaik untuk menjaga harkat dan martabat keluarganya."Mau kopi?" tanya Bu Santi.Pak Ferdinan menggeleng, beberapa kali ia melihat ke arah raya ponselnya. Dan lelaki itu bergumam tak jelas seperti tengah memaki seseorang.Bu Santi memperhatikannya sejak tadi. Ada apa dengan suaminya. Terlihat gelisah dan penuh amarah. Iya sangat heran mengapa sepulang kerja suaminya itu terlihat sangat muram. Ia sudah menawarkan kopi dan beberapa camilan. Namun, ditolak mentah-mentah oleh pak Ferdinand.Bu Santi memilih untuk duduk di sebelah suaminya, ia merasa tak enak apakah dirinya memiliki salah sampai suaminya itu bersikap seperti itu."Ada apa, Mas?"
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi