"Aku mau pulang." Rara mencoba turun dari ranjang. Dirinya tidak bisa terus-terusan bersama dengan mantan suaminya di sini, bersama dengan Arnold justru membuat perasaannya semakin sakit dan hancur saja. Lagi dirinya tidak ingin kita sampai Rania mengetahui hal ini dan akan terjadi kesalahpahaman di antara mereka lagi. Dirinya sangat mengetahui bagaimana rasanya sakit hati, itu tidak mau jika sampai ada orang lain yang merasakan hal yang sama seperti apa yang sudah ia rasakan.Namun Arnold mencegahnya. Lelaki itu tidak mengizinkan Rara untuk turun dari ranjang apalagi sejak tadi mantan istrinya menuntut ingin segera pergi dari ruangan ini. Padahal Rara baru saja sadar. Arnold benar-benar merasa begitu khawatir dalam keadaan mantan dari istrinya tersebut.Arnold menahan tubuh Rara agar ia tidak turun dari ranjang tempat tidur rumah sakit. Dirinya tidak mau jika sampai Rara kenapa-kenapa apalagi tadi saat wanita itu pun sendirinya sudah benar-benar merasa begitu khawatir.Rara menatap t
Arnold memeluk tubuh Rara ia begitu rindu padanya walau Rara menolak untuk dipeluk olehnya. Lelaki itu tidak mau pedulikan tolakan demi tolakan dari sang wanita, yang terpenting adalah dirinya yang benar-benar begitu sangat mencintai Rara. Seharusnya saat ini mereka berdua Tengah berbahagia karena mendapatkan kabar itu yang memang sudah mereka rencanakan. Namun, Ia tidak menyangka jika ternyata hadirnya Rania justru.Rara terus saja memberontak di dalam pelukan Arnold, ia benar-benar tidak mau lagi disentuh oleh lelaki itu walaupun sekarang dirinya memang masih benar-benar tidak percaya jika ia tengah berbadan dua dan ternyata dirinya mengandung anak dari arnol lelaki yang saat ini berada di hadapannya dan benar-benar dirinya benci.Rara merasa begitu lega karena Arnold mau melepaskan pelukannya. Wanita itu dapat bernafas dengan bebas ada, lalu ia memilih untuk menjaga jarak dari arnol walaupun lelaki itu masih tetap saja bersikukuh mendekatinya.Arnold memilih untuk memegang tangan R
Arnold dan Rara saling berpandangan setelah Berlian mengatakan jika kemungkinan Mischa sedang merindukan mereka. Dahulu memang keluarga mereka adalah keluarga yang paling harmonis dan sangat bahagia, ekonomi mereka yang begitu mapan, serta keduanya yang selalu tampil romantis di khalayak umum dan dokumen tiba-tiba saja terkena bom perpisahan yang benar-benar membuat keduanya tidak bisa untuk mempertahankan hubungan ini dan sekarang justru anak merekalah yang menjadi korbannya.Bisa jadi karena Mischa dulu sangat dekat dengan keduanya sebelum badai menghantam rumah tangga mereka. Arnold pun langsung menyadari tentang apa yang dikatakan oleh Berlian, rumah tangganya dahulu yang begitu bahagia sekarang sudah hancur berkeping-keping hanya karena ulah dari Rania wanita yang benar-benar tidak memiliki hati nurani itu. Rara langsung menunduk dan berpaling ke arah Mischa. Apa yang dikatakan oleh adik iparnya memang ada benarnya, Mischa sebelumnya tidak pernah jauh dari dirinya bahkan setiap
Sejak tadi Arnold sudah mengabaikan telepon masuk dari Rania. Bibir tipis itu tersenyum saat membayangkan begitu frustasinya Rania karena saat ini dirinya tak ada kabar. Wanita itu pikir dengan menikahinya dirinya akan menjadi luluh dan menjadi wanita satu-satunya di hidup Arnold. akan tetapi, Rania tak tahu jika ternyata bayangannya saja tak Sudi bersama wanita itu. Berlian ke luar dari kamar Misca, lalu menghampiri Jonatan dan Arnold."Rara sudah tidur. Biarkan saja dia menginap di sini."Arnold mengangguk lalu menghempaskan tubuh di sofa. "Rara pucat sekali. Tadi aku suruh makan menggeleng eh malah muntah. Kenapa dia, Ka?" tanya Berlian. Jonatan menatap Arnold. Seketika sang Kakak mengangguk tanda memperbolehkan sang adik bercerita tentang keadaan Rara. "Rara sedang hamil."Berlian menutup mulutnya tak percaya. Apa yang didengarnya sebuah kejutan yang tak disangka olehnya. Setelah perceraiannya, apa mereka bisa rujuk atau tidak, pikir Berlian. Arnold mengembuskan napas kasar,
Rania benar benar tak bisa berkata apa pun. Satu hal yang ingin dia katakan adalah, Arnold tak boleh mengabaikannya. Lagi, Rania berpikir anak kecil itu akan menjadi penghalang jika dirinya tak bisa menyingkirkannya atau membuat luluh anak sambungnya. Jika dirinya tidak bisa mendapatkan perhatian dari sang anak sambung, bisa saja justru Mischa yang menjadi penghalang hubungan diantara mereka, tetapi jika dirinya bisa merebut hati putri dari Arnold itu kemungkinan besar dirinya akan dengan mudah bisa mendekati Arnold dan memanfaatkan keadaannya.Akan tetapi, bertemu dengan putri dari suaminya itu saja dirinya tidak pernah. Apalagi ia sangat yakin jika putri dari suaminya itu sama seperti Arnold sangat sulit untuk didapatkan. Pasti sikap anak sambungnya itu akan sama seperti ayahnya.Rania benar-benar pusing, jika harus menghadapi situasi seperti ini ia kira setelah dirinya menikah dengan Arnold yang akan mudah merebut hati lelaki itu tentang kamu tetapi nyatanya begitu sulit karena. B
Rania mengusap wajah kasar, apa yang di maksud Rara dengan mengatakan menjenguk adiknya Mischa. Dirinya benar-benar merasa seperti orang bodoh saja, apakah Rara tengah mempermainkannya. Mana mungkin wanita itu tengah hamil padahal sudah jelas-jelas mereka berdua sudah berpisah. "Kalian sudah bercerai, mana mungkin Rara hamil anak kamu, Ar." Suara Rania terdengar frustasi. Dirinya sudah merasa begitu sangat bahagia karena Rara membenci Arnold, tetapi sekarang justru wanita itu pusing mendapatkan ingin menggunakan anak dari lelaki itu, tetapi justru dirinya dikejutkan dengan kedatangan Rara yang mengatakan akan menjenguk adik dari Mischa hal yang benar-benar di luar dugaan padahal dirinya sudah mempersiapkan ini semua dengan matang-matang dia kira rencananya akan dengan mudah berhasil, tetapi sayangnya ternyata Arnold tidak semudah yang ia kira lelaki itu sangat sulit untuk ditaklukan. "Enggak, itu bukan anak kamu, percaya sama aku. Itu anak pria lain, atau dia bohong?" Rania mencoba
"Jadi mereka ke dokter kandungan bersama?" tanya Berlian.Jonathan yang terlambat bangun pun menanggapi ucapan sang istri. Mimik wajah Berlian sangat menggemaskan saat bertanya itu. Memang semalam kakaknya itu sudah mengatakan akan lebih memeriksakan lanjut mengenai kehamilan istrinya itu. Melihat wajah kakaknya yang sekarang nampak lebih bahagia membuat Jonatan merasa ikut bahagia juga, menurutnya dengan kehamilan Rara ini pasti hubungan mereka akan jauh lebih baik daripada sebelumnya."Hmmm."Wanita yang sangat cantik walau hanya dengan baju tidur tipis itu pun gegas menghampiri sang suami karena Jonathan hanya menjawab dengan jawaban yang benar-benar membuat dirinya sangat pusing. Apa sulitnya menjawab iya atau tidak daripada menjawab seperti itu, dirinya tidak bisa berkata apa-apa.Berlian kembali bertanya, " Apa mereka akan rujuk?" Semalam juga dirinya tidak bisa bertanya langsung. Karena memang Rara tengah menghabiskan waktu bersama dengan putrinya. Maka dari itu pagi ini dirin
p"Bagaimana dengan Rania?" Kalimat itu yang terlontar di mulut Rara, tapi tidak dengan hatinya. Ia tidak akan memikirkan hati Rania karena kembali datang ke mantan suami adalah suatu hal yang diniatkan untuk merebutnya. Dirinya tidak menyangka jika ternyata Rania sudah benar-benar berhasil menipunya, membuat rumah tangganya hancur membuat anak dan dirinya tersiksa serta Arnold juga.Awalnya ia pikir akan melihat Arnold pun hancur, tapi dengan sebuah rekaman yang menyebutkan jika Rania memang sengaja membuat dirinya cerai dari Arnold adalah sesuatu yang jahat. Dirinya tidak akan membiarkan wanita itu hidup bahagia dan menyenangkan, masalah siapa dia yang memulai api permasalahan lebih dulu. Padahal Ia tidak pernah mencari masalah dengan siapapun juga, tetapi mengapa Rania tiba-tiba datang dan menghancurkan semua kebahagiaan yang ia miliki.Sikap Arnold pun padanya sangat terlihat jika dia tertekan jika rumah tangga barunya. Rumah tangga mereka berdua di rusak oleh kehadiran dirinya y
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi