"Aku tidak tahu harus bagaimana, bukan takut Ma. Hanya saja aku tidak terbiasa dengan kemewahan, apalagi membalas kejahatan seseorang," papar Berlian. "Mama tidak menyuruh kamu membalas kejahatan, tapi hanya ingin yang terbaik. Kalau kamu masih cinta, katakan saja."Perkataan Bu Shafira membuat Berlian berpikir sejenak, entah harus mengikuti atau tidak. Yang ia pikirkan adalah, perkataan yang terlontar dari mulut Jonathan sangat menyakitkan. Berlian menarik napas, bukankah itu yang ia inginkan jika Jonathan membencinya. Lagi, tarikan napas Berlian membuat Bu Shafira cemas. "Mungkin aku harus melupakannya dia. Kita tidak sejalan," paparnya. "Iya sudah, terserah kamu. Mama selalu mendukung apa yang menjadi keputusan kamu. Mama mau masuk dulu," ujar Bu Shafira. Berlian masih berada di halaman, ia terus saja memutar otak untuk membuat dirinya tak merasa sakit hati. Namun, tetap saja perkataan Jonathan membuatnya menitikkan air mata."Lebih baik aku masuk."Berlian masuk ke dalam kama
"Dia pingsan saja."Keduanya berjongkok dan memastikan keadaan pak Ibnu hanya pingsan tidak mati. Membuat keduanya bernapas lega. Jika sampai mati mereka pasti akan berurusan dengan kantor polisi dan menjadi tersangka."Kita harus pergi dari sini," ujar Bu Agnia.Rani setuju, jika mereka tetap di sini saat pak Ibnu sadar keduanya tidak mungkin akan selamat untuk itu mereka harus menyelamatkan diri.Bu Agnia dan Rani gegas berlarian mengambil beberapa barang penting dan langsung pergi dari rumah itu karena tak mau mendapat perlakuan kasar lagi. Meninggalkan pak Ibnu yang masih pingsan."Tutup pintunya."Keduanya melangkah seperti biasa dan memesan taksi takut ada orang yang melihat dan curiga jika mereka melangkah terburu-buru.Bu Agnia sempat menyapa beberapa tetangga yang menyapa. Karena dulu Alea seorang artis yang tengah naik daun banyak orang juga yang mengenal dirinya.Rani dan bu Agnia segera masuk saat taksi itu sudah sampai. Keduanya bernapas dengan lega dan harus segera pergi
"Nanti aku pikirkan lagi, Ma." Pembicaraan mereka terhenti saat Cinta datang menghampiri. Ia baru saja mandi dengan Nenek Lastri, lalu duduk dan menyapa keduanya. "Ma, Oma.""Hai cantik, kamu sudah mandi?" tanya Bu Shafira."Udah dong Oma. Nenek Lastri yang memandikan aku. Ma, boleh aku bicara apa tidak?" tanya anak itu. Sifatnya sudah sepeti orang dewasa pikir Berlian."Apa sayang." Berlian menatap wajah polos itu, tersirat jelas ada yang ingin di katakan oleh putri kecilnya. Cinta memperhatikan ketiga orang di sekeliling. Lalu lama menatap ibunya. "Cinta mau bicara apa?" tanya Berlian."Hm, apa boleh Cinta bertemu Om Jo?"Sontak Berlian menatap Bu Shafira dan Nenek Lastri. Belum lama Cinta mengatakan benci dengan Jonatan, tapi kini anak itu kembali bertanya tentang pria itu."Cinta kangen sama Om Jo." Lagi , kalimat itu membuat Berlian tak berkutik. Ayah dan anak itu memang memiliki ikatan batin. Melihat cinta, Bu Shafira teringat dirinya saat merindukan Berlian. Sama halnya d
Pak Hardian dan bu Shafira sudah menunggu kedatangan Berlian dan juga Alva. Lagi dan lagi mereka bertemu dengan pak Ferdinand juga keluarga, tentunya ada Jonathan. Berlian berada di sebelah Alva terkejut melihat Jonathan yang masih menatapnya sinis. Ia yakin jika lelaki itu pasti berpikiran buruk tentangnya karena lagi dan lagi bersama Alva.Pak Ferdinand terkesiap saat melihat Berlian berubah menjadi cantik dan datang bersama dengan Alva. Pak Ferdinand membuang muka, ia tak habis pikir kenapa wanita seperti Berlian bisa mendapatkan pria kaya raya.Mereka duduk terpisah oleh meja."Biar Berlian ambilkan, Bu." Berlian mengambil alih untuk bangkit menggantikan ibunya yang hendak mengambil makanan manis.Tidak sengaja Berlian dan pak Ferdinand berpas-pasan saat mengambil makanan. Pak Ferdinand sedikit berbisik pada Berlian."Pantas saja kau melepas anakku, ternyata sudah mendapat pria kaya raya yang baru."Berlian menoleh. Dirinya teringat akan ucapan bu Shafira apabila sekarang dirin
"Pak Ferdinand hanya mengingatkanku agar tidak bertemu dengan Jonathan kembali itu saja tidak lebih dan tidak ada hal lain lagi yang dibahas. Sudahlah aku tidak ingin membahasnya lagi," ungkap Berlian.Berlian menarik kursi lalu duduk ia memilih menatap ke arah yang lebih sepi daripada melihat keramaian. Dirinya seperti semut di antara lautan semut lainnya, apa yang dikatakan oleh pak Ferdinand sepertinya benar semua orang mengira jika ia adalah simpanan pria kaya raya. Mungkin hal itu akan membuat pak Ferdinand semakin membencinya.Saat Berlian menghindari Jonathan. Terlihat jelas amarah dan kekecewaan di wajah sang putra. Pak Ferdinand hanya mengusap bahu Jonathan. "Jangan marah, banyak banyak wanita di luaran sana yang lebih cantik daripada Berlian," ungkap Pak Ferdinand.Bahkan Ferdinand akan mencarikan wanita yang lebih baik untuknya. Namun Jonathan menolak karena ia belum memikirkan masalah wanita. Apalagi saat ini ia mencari keberadaan Cinta, apa Berlian membawanya atau tidak.
Bu Shafira pamit menemui Berlian dan Alva. Merasa puas karena Bu Santi pucat oleh omongannya. Melihat kebimbangan di wajah wanita itu membuat dirinya merasa senang. Iya berharap jika bu Santi dapat merubah sikap suaminya Pak Ferdinand untuk bisa menerima Berlian di tengah-tengah keluarga mereka."Bagaimana keadaanmu?" tanya Bu Shafira khawatir. Merasa beruntung karena Alva dengan sigap selalu menolong Berlian dalam kesulitan. Anak sambungnya itu rela berkorban demi putrinya.Ia sangat mengkhawatirkan putrinya sempat berdekatan dengan pak Ferdinand. Takut jika lelaki itu menyakiti putrinya lagi."Aku baik-baik saja," ujar Berlian."Yakin?"Bu Shafira menatap wajah sang putri yang terlihat murung. Dirinya yakin jika pak Ferdinand telah mengatakan sesuatu yang membuat Berlian terlihat murung seperti itu.Bu Safira juga menanyakan kepada Alva tentang apa yang sebenarnya terjadi antara berlian dan pak Ferdinand barusan itu. Alflva juga tidak mengetahui apa yang terjadi sebelum dirinya data
Dokter setelah memberikan beberapa obat penurun panas serta antibiotik untuk diminumkan kepada Cinta setelah itu ia memilih untuk pamit.Malam telah larut ia meminta kepada suster Cinta dan juga nenek Lastri untuk beristirahat dan membiarkan dirinya yang menjaga Cinta di kamar."Nenek istirahat saja. Mbak juga capekkan. Biar saya yang menjaga Cinta," ungkap Berlian.Nenek Lastri dan juga sang pengasuh memilih untuk kembali ke kamar masing-masing sesuai permintaan dari Berlian.Putrinya itu masih mengigau nama Jonathan. Membuat Berlian bingung apakah ia harus segera mempertemukan Jonathan dan Cinta atau membiarkan dan melihat putrinya seperti itu sakit dalam kerinduan.Berlian masih sangat galau. Cinta tidak berhenti untuk menyebut nama Jonathan dalam tidurnya.Bu Shafira Dan Pak Hardian juga pulang lebih dulu. Keduanya khawatir saat mengetahui jika cucu tersayangnya tengah demam. Memilih untuk menyusul Alva dan berlian yang pulang lebih awal."Pertemukan saja Cinta dan Jonathan," ungk
Berlian merasa tidak bisa seperti itu berduaan dengan Jo membuat hatinya tidak tenang, rasa kantuk pun berubah menjadi was-was. Ia pun gegas bangkit saat melihat Cinta terlelap. Dengan sigap Jonathan menarik tangan Berlian. Dirinya sudah menunggu moment ini untuk dapat berdua dengan Berlian tanpa adanya Alva. Jonathan ini memperjelas semuanya agar hatinya mendapatkan sebuah pencerahan tentang semuanya."Lepas!" Berlian telah berhasil, begitu juga dengan Jonathan. Lelaki itu masih memegangi tangan Berlian. Tangan yang ingin dirinya genggam selama-lamanya kini begitu sulit untuk disentuh."Tetaplah di sini, aku ingin berbicara," ujar Jonathan.Jonathan berharap kali ini Berlian akan menuruti permintaannya karena ia juga merasakan sakit terus seperti ini. Pikirannya terus tertuju pada Berlian. Apalagi hatinya yang selalu terbakar saat melihat Berlian dan Alva bersama. Ia merasakan sebuah kecemburuan, tetapi tidak memiliki hak untuk melarang. Dirinya tidak menyukai saat Alva menyentuh B