"Nanti aku pikirkan lagi, Ma." Pembicaraan mereka terhenti saat Cinta datang menghampiri. Ia baru saja mandi dengan Nenek Lastri, lalu duduk dan menyapa keduanya. "Ma, Oma.""Hai cantik, kamu sudah mandi?" tanya Bu Shafira."Udah dong Oma. Nenek Lastri yang memandikan aku. Ma, boleh aku bicara apa tidak?" tanya anak itu. Sifatnya sudah sepeti orang dewasa pikir Berlian."Apa sayang." Berlian menatap wajah polos itu, tersirat jelas ada yang ingin di katakan oleh putri kecilnya. Cinta memperhatikan ketiga orang di sekeliling. Lalu lama menatap ibunya. "Cinta mau bicara apa?" tanya Berlian."Hm, apa boleh Cinta bertemu Om Jo?"Sontak Berlian menatap Bu Shafira dan Nenek Lastri. Belum lama Cinta mengatakan benci dengan Jonatan, tapi kini anak itu kembali bertanya tentang pria itu."Cinta kangen sama Om Jo." Lagi , kalimat itu membuat Berlian tak berkutik. Ayah dan anak itu memang memiliki ikatan batin. Melihat cinta, Bu Shafira teringat dirinya saat merindukan Berlian. Sama halnya d
Pak Hardian dan bu Shafira sudah menunggu kedatangan Berlian dan juga Alva. Lagi dan lagi mereka bertemu dengan pak Ferdinand juga keluarga, tentunya ada Jonathan. Berlian berada di sebelah Alva terkejut melihat Jonathan yang masih menatapnya sinis. Ia yakin jika lelaki itu pasti berpikiran buruk tentangnya karena lagi dan lagi bersama Alva.Pak Ferdinand terkesiap saat melihat Berlian berubah menjadi cantik dan datang bersama dengan Alva. Pak Ferdinand membuang muka, ia tak habis pikir kenapa wanita seperti Berlian bisa mendapatkan pria kaya raya.Mereka duduk terpisah oleh meja."Biar Berlian ambilkan, Bu." Berlian mengambil alih untuk bangkit menggantikan ibunya yang hendak mengambil makanan manis.Tidak sengaja Berlian dan pak Ferdinand berpas-pasan saat mengambil makanan. Pak Ferdinand sedikit berbisik pada Berlian."Pantas saja kau melepas anakku, ternyata sudah mendapat pria kaya raya yang baru."Berlian menoleh. Dirinya teringat akan ucapan bu Shafira apabila sekarang dirin
"Pak Ferdinand hanya mengingatkanku agar tidak bertemu dengan Jonathan kembali itu saja tidak lebih dan tidak ada hal lain lagi yang dibahas. Sudahlah aku tidak ingin membahasnya lagi," ungkap Berlian.Berlian menarik kursi lalu duduk ia memilih menatap ke arah yang lebih sepi daripada melihat keramaian. Dirinya seperti semut di antara lautan semut lainnya, apa yang dikatakan oleh pak Ferdinand sepertinya benar semua orang mengira jika ia adalah simpanan pria kaya raya. Mungkin hal itu akan membuat pak Ferdinand semakin membencinya.Saat Berlian menghindari Jonathan. Terlihat jelas amarah dan kekecewaan di wajah sang putra. Pak Ferdinand hanya mengusap bahu Jonathan. "Jangan marah, banyak banyak wanita di luaran sana yang lebih cantik daripada Berlian," ungkap Pak Ferdinand.Bahkan Ferdinand akan mencarikan wanita yang lebih baik untuknya. Namun Jonathan menolak karena ia belum memikirkan masalah wanita. Apalagi saat ini ia mencari keberadaan Cinta, apa Berlian membawanya atau tidak.
Bu Shafira pamit menemui Berlian dan Alva. Merasa puas karena Bu Santi pucat oleh omongannya. Melihat kebimbangan di wajah wanita itu membuat dirinya merasa senang. Iya berharap jika bu Santi dapat merubah sikap suaminya Pak Ferdinand untuk bisa menerima Berlian di tengah-tengah keluarga mereka."Bagaimana keadaanmu?" tanya Bu Shafira khawatir. Merasa beruntung karena Alva dengan sigap selalu menolong Berlian dalam kesulitan. Anak sambungnya itu rela berkorban demi putrinya.Ia sangat mengkhawatirkan putrinya sempat berdekatan dengan pak Ferdinand. Takut jika lelaki itu menyakiti putrinya lagi."Aku baik-baik saja," ujar Berlian."Yakin?"Bu Shafira menatap wajah sang putri yang terlihat murung. Dirinya yakin jika pak Ferdinand telah mengatakan sesuatu yang membuat Berlian terlihat murung seperti itu.Bu Safira juga menanyakan kepada Alva tentang apa yang sebenarnya terjadi antara berlian dan pak Ferdinand barusan itu. Alflva juga tidak mengetahui apa yang terjadi sebelum dirinya data
Dokter setelah memberikan beberapa obat penurun panas serta antibiotik untuk diminumkan kepada Cinta setelah itu ia memilih untuk pamit.Malam telah larut ia meminta kepada suster Cinta dan juga nenek Lastri untuk beristirahat dan membiarkan dirinya yang menjaga Cinta di kamar."Nenek istirahat saja. Mbak juga capekkan. Biar saya yang menjaga Cinta," ungkap Berlian.Nenek Lastri dan juga sang pengasuh memilih untuk kembali ke kamar masing-masing sesuai permintaan dari Berlian.Putrinya itu masih mengigau nama Jonathan. Membuat Berlian bingung apakah ia harus segera mempertemukan Jonathan dan Cinta atau membiarkan dan melihat putrinya seperti itu sakit dalam kerinduan.Berlian masih sangat galau. Cinta tidak berhenti untuk menyebut nama Jonathan dalam tidurnya.Bu Shafira Dan Pak Hardian juga pulang lebih dulu. Keduanya khawatir saat mengetahui jika cucu tersayangnya tengah demam. Memilih untuk menyusul Alva dan berlian yang pulang lebih awal."Pertemukan saja Cinta dan Jonathan," ungk
Berlian merasa tidak bisa seperti itu berduaan dengan Jo membuat hatinya tidak tenang, rasa kantuk pun berubah menjadi was-was. Ia pun gegas bangkit saat melihat Cinta terlelap. Dengan sigap Jonathan menarik tangan Berlian. Dirinya sudah menunggu moment ini untuk dapat berdua dengan Berlian tanpa adanya Alva. Jonathan ini memperjelas semuanya agar hatinya mendapatkan sebuah pencerahan tentang semuanya."Lepas!" Berlian telah berhasil, begitu juga dengan Jonathan. Lelaki itu masih memegangi tangan Berlian. Tangan yang ingin dirinya genggam selama-lamanya kini begitu sulit untuk disentuh."Tetaplah di sini, aku ingin berbicara," ujar Jonathan.Jonathan berharap kali ini Berlian akan menuruti permintaannya karena ia juga merasakan sakit terus seperti ini. Pikirannya terus tertuju pada Berlian. Apalagi hatinya yang selalu terbakar saat melihat Berlian dan Alva bersama. Ia merasakan sebuah kecemburuan, tetapi tidak memiliki hak untuk melarang. Dirinya tidak menyukai saat Alva menyentuh B
"Jo, lebih baik kamu pulang karena Cinta juga sudah tertidur. Terimakasih karena sudah datang," ujar Berlian.Jonathan yang masih kesal pun memilih untuk pulang. Dirinya tak mungkin berlama-lama berada di rumah Alva bisa-bisa ia akan terus-terusan emosi dan tak bisa mengendalikan diri, dirinya hanya takut membuat kekacauan di rumah orang lain dan hatinya pun tak rela jika terus-menerus melihat berlian dan Alva terus bersama. Dia juga hanyalah seorang lelaki biasa yang memiliki hati untuk cemburu dan juga emosi yang meluap-luap saat melihat wanita yang dicintainya dekat dengan orang lain meskipun Berlian sudah mengatakan hal-hal yang tidak pantas untuknya.Jonathan kembali ke kamar Cinta untuk mengambil jas tak lupa Ia juga mencium kening sang Putri dengan lembut."Cepat sembuh Sayang, papa sangat menyayangimu," ujar Jonathan.Setelah berpamitan dengan Cinta tanpa membangunkannya, Jonathan pun segera meninggalkan rumah Alva dengan rasa kesal yang begitu besar.***Bu Shafira kesal kar
Pak Ferdinand geram mendengar Berlian menghubungi Jonathan. Wanita itu sudah berjanji padanya tidak akan menghubungi Jonathan lagi. Namun, justru meminta Jonathan datang. Benar-benar diluar dugaan. Dirinya sangat kesal merasa tertipu dengan Berlian bisa-bisanya wanita itu bermain-main dengannya.Nafsu makanya sudah hilang, ia pun beranjak dan meninggalkan tempat makan. Melihat hal itu sang istri merasa heran."Mas kenapa tidak jadi sarapan?" tanya Bu Santi.Tadi raut wajah suaminya begitu bahagia, tetapi setelah mendengar jawaban Jonathan wajahnya seketika berubah. Pak Ferdinand seolah tidak memedulikan ya, ia langsung melewati sang istri tanpa minat menjawab. Dirinya memilih untuk segera pergi ke kantor. Dirinya sangat kesal karena mendengar jika Berlian sudah berani menghubungi putranya kembali. Ia takut apabila Jonathan kembali mengejar-ngejar Berlian. Semua rencananya akan berujung sia-sia."Papa, kenapa?" tanya Jonathan.Bu Santi mengangkat bahunya, ia tidak tahu apa yang terjad
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi