Dokter setelah memberikan beberapa obat penurun panas serta antibiotik untuk diminumkan kepada Cinta setelah itu ia memilih untuk pamit.Malam telah larut ia meminta kepada suster Cinta dan juga nenek Lastri untuk beristirahat dan membiarkan dirinya yang menjaga Cinta di kamar."Nenek istirahat saja. Mbak juga capekkan. Biar saya yang menjaga Cinta," ungkap Berlian.Nenek Lastri dan juga sang pengasuh memilih untuk kembali ke kamar masing-masing sesuai permintaan dari Berlian.Putrinya itu masih mengigau nama Jonathan. Membuat Berlian bingung apakah ia harus segera mempertemukan Jonathan dan Cinta atau membiarkan dan melihat putrinya seperti itu sakit dalam kerinduan.Berlian masih sangat galau. Cinta tidak berhenti untuk menyebut nama Jonathan dalam tidurnya.Bu Shafira Dan Pak Hardian juga pulang lebih dulu. Keduanya khawatir saat mengetahui jika cucu tersayangnya tengah demam. Memilih untuk menyusul Alva dan berlian yang pulang lebih awal."Pertemukan saja Cinta dan Jonathan," ungk
Berlian merasa tidak bisa seperti itu berduaan dengan Jo membuat hatinya tidak tenang, rasa kantuk pun berubah menjadi was-was. Ia pun gegas bangkit saat melihat Cinta terlelap. Dengan sigap Jonathan menarik tangan Berlian. Dirinya sudah menunggu moment ini untuk dapat berdua dengan Berlian tanpa adanya Alva. Jonathan ini memperjelas semuanya agar hatinya mendapatkan sebuah pencerahan tentang semuanya."Lepas!" Berlian telah berhasil, begitu juga dengan Jonathan. Lelaki itu masih memegangi tangan Berlian. Tangan yang ingin dirinya genggam selama-lamanya kini begitu sulit untuk disentuh."Tetaplah di sini, aku ingin berbicara," ujar Jonathan.Jonathan berharap kali ini Berlian akan menuruti permintaannya karena ia juga merasakan sakit terus seperti ini. Pikirannya terus tertuju pada Berlian. Apalagi hatinya yang selalu terbakar saat melihat Berlian dan Alva bersama. Ia merasakan sebuah kecemburuan, tetapi tidak memiliki hak untuk melarang. Dirinya tidak menyukai saat Alva menyentuh B
"Jo, lebih baik kamu pulang karena Cinta juga sudah tertidur. Terimakasih karena sudah datang," ujar Berlian.Jonathan yang masih kesal pun memilih untuk pulang. Dirinya tak mungkin berlama-lama berada di rumah Alva bisa-bisa ia akan terus-terusan emosi dan tak bisa mengendalikan diri, dirinya hanya takut membuat kekacauan di rumah orang lain dan hatinya pun tak rela jika terus-menerus melihat berlian dan Alva terus bersama. Dia juga hanyalah seorang lelaki biasa yang memiliki hati untuk cemburu dan juga emosi yang meluap-luap saat melihat wanita yang dicintainya dekat dengan orang lain meskipun Berlian sudah mengatakan hal-hal yang tidak pantas untuknya.Jonathan kembali ke kamar Cinta untuk mengambil jas tak lupa Ia juga mencium kening sang Putri dengan lembut."Cepat sembuh Sayang, papa sangat menyayangimu," ujar Jonathan.Setelah berpamitan dengan Cinta tanpa membangunkannya, Jonathan pun segera meninggalkan rumah Alva dengan rasa kesal yang begitu besar.***Bu Shafira kesal kar
Pak Ferdinand geram mendengar Berlian menghubungi Jonathan. Wanita itu sudah berjanji padanya tidak akan menghubungi Jonathan lagi. Namun, justru meminta Jonathan datang. Benar-benar diluar dugaan. Dirinya sangat kesal merasa tertipu dengan Berlian bisa-bisanya wanita itu bermain-main dengannya.Nafsu makanya sudah hilang, ia pun beranjak dan meninggalkan tempat makan. Melihat hal itu sang istri merasa heran."Mas kenapa tidak jadi sarapan?" tanya Bu Santi.Tadi raut wajah suaminya begitu bahagia, tetapi setelah mendengar jawaban Jonathan wajahnya seketika berubah. Pak Ferdinand seolah tidak memedulikan ya, ia langsung melewati sang istri tanpa minat menjawab. Dirinya memilih untuk segera pergi ke kantor. Dirinya sangat kesal karena mendengar jika Berlian sudah berani menghubungi putranya kembali. Ia takut apabila Jonathan kembali mengejar-ngejar Berlian. Semua rencananya akan berujung sia-sia."Papa, kenapa?" tanya Jonathan.Bu Santi mengangkat bahunya, ia tidak tahu apa yang terjad
Bungkam seribu bahasa, Berlian tak mau menjawab hubungannya dengan sang ibu hingga bisa tinggal di rumah besar Alva. Berlian memilih untuk menyembunyikan statusnya sebagai anak kandung dari Bu Shafira, dirinya tidak ingin mempublikasikan hal tersebut kepada Jonathan ataupun orang lain. Ia takut justru keberadaannya akan membuat Bu Shafira atau pun pak Hardian terganggu dengan kehadirannya di tengah-tengah mereka."Ber, jawab!"Jonathan terus memaksa, ia ingin menemukan sebuah jawaban yang keluar dari mulut sang wanita. Dirinya penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan Berlian sehingga wanita itu bisa berubah drastis. Jonathan kesal karena berlian terus bungkam, mungkinkah kebukamannya itu adalah suatu kebenaran jika Berlian seperti apa yang dia pikirkan selama ini. Wanita materialistis dan hanya mengincar para pria kaya saja. "Berlian, jangan seperti ini. Jawablah aku butuh sebuah jawaban bukan kebungkamanmu itu," papar Jonathan.Selama ini dirinya sudah pusing memikirkan tentang
Berlian kaget mendengar pertanyaan pak Hardian, ia sama sekali tak menyangka akan mendapat pertanyaan itu. Berlian takut jika jawabannya akan merubah sikap pak Hardian terhadap dirinya."Eh."Pak Hardian tersenyum melihat reaksi dari Berlian, ia memahami kekagetan dari Berlian. Ia sudah tahu dari sang istri jika anak sambungnya itu tidak memiliki perasaan. Dirinya juga tahu jika Berlian memiliki hati yang baik. Wajar saja jika putranya menyukai wanita itu, bukan sekadar parasnya saja yang cantik, tetapi hatinya pun sangat baik."Aku tidak mau menyakiti siapa pun apalagi Alva, untuk mencoba-coba dalam suatu hubungan," ungkap Berlian.Berlian masih sangat trauma untuk mencoba membangun suatu hubungan kembali. Pengalaman dan pembelajaran dari hubungannya dan juga Jonathan begitu sangat rumit, banyak cobaan dan rintangan hingga akhirnya mereka pun berpisah. Entah kesalahan apa yang telah dirinya perbuat sehingga seakan sulit untuk mendapatkan suatu kebahagiaan yang nyata perihal pasangan.
Sepulang dari rumah Arnold, Jonathan segera mandi berharap jika kesegaran tubuhnya dapat kembali dan pikirannya menjadi fresh lagi. Dirinya sudah melakukan kesibukan hanya saja rasa rindu dengan sang Putri tak dapat lagi dihindarkan pikirannya selalu terbayang akan cinta yang selalu mengigau dirinya karena sakit."Ahh." Karena tak sanggup menahan rindu, Jonathan menghubungi Berlian dan ingin mengatakan jika ia akan menemui Cinta. Namun, Berlian tak menerima panggilan masuk darinya. Panggilan telepon darinya hanya terlewatkan begitu saja bahkan ia sudah mencobanya hampir 7 kali. Wanita itu tidak membalas pesan ataupun menjawab panggilannya."Sudahlah." Ia mengambil kunci mobil dan jaket dirinya segera keluar dari kamar."Jo, mau ke mana?" tanya Bu Santi yang berada di ruang keluarga untuk menunggu kepulangan suaminya."Mencari angin Ma, pusing kepala Jo soal pekerjaan yang tak ada habisnya setiap hari," jawab Jonathan.Jonathan tidak mengatakan yang sebenarnya, dirinya takut jika sang
Apa yang harus dikatakan oleh Berlian saat sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jonathan. Berlian bingung apa ia harus menjelaskan jika dirinya adalah anak kandung dari bu Shafira. Berlian terus bungkam, dirinya menimang jawaban yang akan Ia berikan kepada Jonathan. Ia heran bagaimana bisa lelaki itu mengetahui akan hal tersebut padahal dirinya sudah menutup rapat semua akses tentang kebenaran itu."Kamu putrinya bu Shafira bagaimana bisa?" tanya Jonathan lagi.Jika tidak menjawab dan terus bungkam sudah pasti Jonathan akan tetap mendesak dirinya. Berlian merasa terpojok, terlebih tak ada celah untuk dirinya pergi. Ia berharap Jonatan berpikir dirinya ada hubungan dengan Alva hingga tinggal di rumah itu. Hanya aja kebenaran lebih cepat terbongkar. Iya masih tak habis pikir bagaimana lelaki itu bisa tahu apabila dirinya adalah putri dari bu Shafira.Jonathan masih menunggu jawaban dari Berlian. Bahkan ia kembali mengulang pertanyaannya tentang dirinya dengan bu Shafira. Kali ini Jo