Apa yang harus dikatakan oleh Berlian saat sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jonathan. Berlian bingung apa ia harus menjelaskan jika dirinya adalah anak kandung dari bu Shafira. Berlian terus bungkam, dirinya menimang jawaban yang akan Ia berikan kepada Jonathan. Ia heran bagaimana bisa lelaki itu mengetahui akan hal tersebut padahal dirinya sudah menutup rapat semua akses tentang kebenaran itu."Kamu putrinya bu Shafira bagaimana bisa?" tanya Jonathan lagi.Jika tidak menjawab dan terus bungkam sudah pasti Jonathan akan tetap mendesak dirinya. Berlian merasa terpojok, terlebih tak ada celah untuk dirinya pergi. Ia berharap Jonatan berpikir dirinya ada hubungan dengan Alva hingga tinggal di rumah itu. Hanya aja kebenaran lebih cepat terbongkar. Iya masih tak habis pikir bagaimana lelaki itu bisa tahu apabila dirinya adalah putri dari bu Shafira.Jonathan masih menunggu jawaban dari Berlian. Bahkan ia kembali mengulang pertanyaannya tentang dirinya dengan bu Shafira. Kali ini Jo
Arnold terkejut, ia sampai memastikan jika yang terucap dari mulut sang ayah. Pak Ferdinan sedikit kaget karena dia salah bicara. Ia meretuki kesalahannya yang keceplosan mengatakan hal tersebut kepada Arnold."Maksudnya apa, Pa?" tanya Arnold."Apa yang aku dengar itu adalah kebenarannya?" "Jadi benar saat itu apa kata para staf jika Berlian datang dan Papa membuat perjanjian dengannya? Itu sangat tidak adil," papar Arnold.Arnold memang mengetahui jika sang ayah tidak menyukai kehadiran Berlian dan Cinta di dalam kehidupan Jonathan. Namun, dirinya tidak menyangka jika ayahnya akan melakukan hal sejahat itu. Memanfaatkan kekuasaan hanya untuk mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Ia merasa apabila hal ini sangat tidak adil untuk Berlian, bahkan rela untuk dibenci oleh Jonatan.Ia memang tidak percaya apabila sang ayah tiba-tiba mengembalikan seluruh aset milik Jonathan, secara tiba-tiba. Dirinya sudah yakin pasti itu ada hubungannya dengan kedatangan berlian ke ruangan sang ayah se
Arnold pulang ke rumah dengan kekesalan yang membara, ia heran mengapa ayahnya bisa berpikiran sejahat itu kepada berlian. Padahal menurutnya perihal jodoh itu sudah digariskan sejak lahir.Rara yang menunggu kedatangan suaminya heran, saat melihat wajah Arnold yang sudah bermasam. Dia tidak langsung bertanya kepada suaminya tentang apa yang terjadi, wanita itu mengambilkan segelas air minum terlebih dahulu saat Arnold mulai melepaskan pakaiannya dan mengganti pakaiannya itu."Ada apa?" tanya Rara."Benar perkiraan kita," jawab Arnold.Ia menceritakan semuanya kepada sang istri tentang ayahnya yang keceplosan bicara mengenai perjanjian dirinya dan Berlian. Seperti dugaannya jika Rara pun terkejut mendengar hal tersebut, mereka tak menyangka jika pak Ferdinand dapat melakukan hal itu hanya karena tidak menyukai berlian menghalalkan segala cara untuk menjauhkan Jonathan dari perempuan itu."Aku akan segera memberi tahu Jo," ujar Arnold.Rara menggeleng melarang suaminya untuk jangan geg
"Makan siang yang dipilih perusahaan ini memang benar enak kata staf saya kemarin bikin nagih.""Pak, saya bisa meminta nomor restorannya? Siapa tahu cocok untuk event saya."Melihat tanggapan dari beberapa karyawan dan juga rekan kerja yang diundang untuk makan siang bersama di perusahaan Rubia Angkasa. Pak Ferdinan pun merasa bangga, iya senang mendapatkan semua pujian tersebut. Walaupun dirinya tidak mengetahui dari mana asalnya catering itu dipesan, iya sudah menyerahkan hal tersebut kepada Jonathan dan meminta staff yang memesankan makanan tersebut."Baik-baik, nanti saya berikan nomornya," ungkap Pak Ferdinand.Arnold pun sampai saat ini masih menjaga jarak dengan ayahnya tersebut. Jika, bukan perihal masalah pekerjaan maka keduanya tidak akan mengobrol."Ar, nanti ke ruangan ada beberapa pekerjaan yang harus kita bahas," ujar Pak Ferdinand."Baik," ucap Arnold.Pak Ferdinand senang, karena Arnold tidak mengatakan apa yang dirinya dengan kepada Jonathan. Jika anaknya itu sudah m
Jonathan merasa besar kepala karena Berlian sampai mengorbankan dirinya demi dia tak menjadi miskin. Berarti rasa cinta Berlian padanya sangat besar. Ia sangat senang saat mengetahui pengorbanan sang wanita begitu besar untuk dirinya. Jadi sikap berlian kepadanya selama ini hanyalah sebuah kepura-puraan saja untuk menutupi perjanjian antara dia dan juga ayahnya."Berlian, harusnya kau katakan saja sejak awal. Aku pasti akan membelamu. Aku rela kehilangan semuanya untukmu juga," ungkap Jonathan.Bukan hanya Berlian yang rela kehilangan dirinya, tetapi ia juga rela berkorban untuk wanita itu dan juga putrinya.Berlian malas menjawab semua yang dikatakan Jonathan karena hanya membuat pria itu semakin merasa di cintai. Lalu semakin sombong seperti awal mereka bertemu kembali. Iya sangat tidak menyukai sikap sombong dari Jonathan tersebut, berlian ingin membuktikan jika tanpa Jonathan saja ia mampu bertahan. Dirinya mampu membesarkan cinta seorang diri tanpa bantuan dari lelaki itu. Sifat
Berlian dan ibunya menghabiskan makan siang bersama. Diselingi dengan obrolan tentang kesibukan Berlian dan tentang tujuan wanita itu ke depannya akan seperti apa. Bu Shafira dan Berlian sudah semakin dekat, wanita itu ingin lebih dekat lagi dengan putrinya karena, sang anak masih terlihat canggung berada di dekatnya."Menu ini kamu dapat referensi dari mana?" tanya Bu Shafira. Iya baru pertama kali mencicipi menu yang anaknya ciptakan."Aku hanya melihat dari sosial media yang sedang trend, lalu dimodifikasi sedikit," ungkap Berlian.Bu Shafira merasa bangga ia tidak salah memberikan restoran itu kepada putrinya. Berlian, walaupun belum memiliki pengalaman tetapi ia mampu mudah beradaptasi dengan jabatannya sekarang."Berlian, kalau kamu tak mau berurusan dengan Jonathan lebih baik membuka diri, menikah dengan orang lain agar Jo tak mengganggu kamu lagi," ungkap Bu Shafira.Berlian terkejut mengapa ucapan ibunya itu sama persis seperti apa yang pak Hardian ucapkan. Memintanya untuk m
Untung saja Berlian cepat membawa Cinta ke RS, setibanya di IGD, Cinta mengalami step. Dokter pun langsung menindaknya.Berlian bingung harus menghubungi siapa, ia datang bersama dengan nenek Lastri. Namun, masih saja ia cemas dan kepikiran Jonathan. Bisa-bisanya di saat seperti ini dirinya masih memikirkan lelaki itu. Entahlah sejak dulu Jonathan tak pernah hilang dari pikirannya lelaki itu selain bertahta dalam hatinya juga menguasai pikirannya.Namun, ia mengurungkan niat untuk menghubungi Jonathan. Lalu, ia teringat Alva. Lagi lagi ia tak mau membuat Alva semakin salah paham. Kembali lagi berlian mengurungkan niatnya untuk menghubungi lelaki itu. Setelah sekian lama akhirnya berlian memilih untuk menghubungi bu Shafira dan mengabarkan jika cinta sekarang berada di rumah sakit.Dokter sudah selesai memeriksa Cinta, sang anak pun sudah tidak kejang. Hanya saja Cinta berontak tidak mau diinfus. "Dokternya, mau pinjam tangan Cinta, ya, Nak. Sebentar aja," ujar Berlian.Lagi dan lagi
Saat Berlian datang, Bu Shafira segera menghampiri putrinya yang terlihat begitu lelah. Ucapan nenek Lastri menampar dirinya pada suatu kenyataan, ia menyesal karena selama ini dirinya telah egois dan berpikir jika dengan menjodohkan Alva dan Berlian dapat membuat putrinya bahagia nyatanya semua itu salah justru membuat Berlian tertekan."Bagaimana semuanya?" tanya Bu Shafira.Berlian menaruh plastik putih yang berisi kebutuhan cinta yaitu pampers serta lainnya."Sudah selesai Bu. Administrasi pun sudah Berlian urus, tadi," ungkap Berlian. Berlian menarik kursi agar lebih dekat dengan putrinya itu. Ia memperhatikan Cinta yang masih terlelap akibat efek dari obat yang diberikan. Tangannya menyentuh dari putrinya itu demam Cinta tidak setinggi tadi."Syukurlah," ujar Berlian."Nek, tadi Berlian sekalian membelikan makan. Nenek belum makan 'kan," ungkap Berlian sembari mengeluarkan kotak dari plastik yang tadi dirinya bawa.Berlian nampak sangat menyayangi neneknya itu, terkadang Bu Sha
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi