"Makan siang yang dipilih perusahaan ini memang benar enak kata staf saya kemarin bikin nagih.""Pak, saya bisa meminta nomor restorannya? Siapa tahu cocok untuk event saya."Melihat tanggapan dari beberapa karyawan dan juga rekan kerja yang diundang untuk makan siang bersama di perusahaan Rubia Angkasa. Pak Ferdinan pun merasa bangga, iya senang mendapatkan semua pujian tersebut. Walaupun dirinya tidak mengetahui dari mana asalnya catering itu dipesan, iya sudah menyerahkan hal tersebut kepada Jonathan dan meminta staff yang memesankan makanan tersebut."Baik-baik, nanti saya berikan nomornya," ungkap Pak Ferdinand.Arnold pun sampai saat ini masih menjaga jarak dengan ayahnya tersebut. Jika, bukan perihal masalah pekerjaan maka keduanya tidak akan mengobrol."Ar, nanti ke ruangan ada beberapa pekerjaan yang harus kita bahas," ujar Pak Ferdinand."Baik," ucap Arnold.Pak Ferdinand senang, karena Arnold tidak mengatakan apa yang dirinya dengan kepada Jonathan. Jika anaknya itu sudah m
Jonathan merasa besar kepala karena Berlian sampai mengorbankan dirinya demi dia tak menjadi miskin. Berarti rasa cinta Berlian padanya sangat besar. Ia sangat senang saat mengetahui pengorbanan sang wanita begitu besar untuk dirinya. Jadi sikap berlian kepadanya selama ini hanyalah sebuah kepura-puraan saja untuk menutupi perjanjian antara dia dan juga ayahnya."Berlian, harusnya kau katakan saja sejak awal. Aku pasti akan membelamu. Aku rela kehilangan semuanya untukmu juga," ungkap Jonathan.Bukan hanya Berlian yang rela kehilangan dirinya, tetapi ia juga rela berkorban untuk wanita itu dan juga putrinya.Berlian malas menjawab semua yang dikatakan Jonathan karena hanya membuat pria itu semakin merasa di cintai. Lalu semakin sombong seperti awal mereka bertemu kembali. Iya sangat tidak menyukai sikap sombong dari Jonathan tersebut, berlian ingin membuktikan jika tanpa Jonathan saja ia mampu bertahan. Dirinya mampu membesarkan cinta seorang diri tanpa bantuan dari lelaki itu. Sifat
Berlian dan ibunya menghabiskan makan siang bersama. Diselingi dengan obrolan tentang kesibukan Berlian dan tentang tujuan wanita itu ke depannya akan seperti apa. Bu Shafira dan Berlian sudah semakin dekat, wanita itu ingin lebih dekat lagi dengan putrinya karena, sang anak masih terlihat canggung berada di dekatnya."Menu ini kamu dapat referensi dari mana?" tanya Bu Shafira. Iya baru pertama kali mencicipi menu yang anaknya ciptakan."Aku hanya melihat dari sosial media yang sedang trend, lalu dimodifikasi sedikit," ungkap Berlian.Bu Shafira merasa bangga ia tidak salah memberikan restoran itu kepada putrinya. Berlian, walaupun belum memiliki pengalaman tetapi ia mampu mudah beradaptasi dengan jabatannya sekarang."Berlian, kalau kamu tak mau berurusan dengan Jonathan lebih baik membuka diri, menikah dengan orang lain agar Jo tak mengganggu kamu lagi," ungkap Bu Shafira.Berlian terkejut mengapa ucapan ibunya itu sama persis seperti apa yang pak Hardian ucapkan. Memintanya untuk m
Untung saja Berlian cepat membawa Cinta ke RS, setibanya di IGD, Cinta mengalami step. Dokter pun langsung menindaknya.Berlian bingung harus menghubungi siapa, ia datang bersama dengan nenek Lastri. Namun, masih saja ia cemas dan kepikiran Jonathan. Bisa-bisanya di saat seperti ini dirinya masih memikirkan lelaki itu. Entahlah sejak dulu Jonathan tak pernah hilang dari pikirannya lelaki itu selain bertahta dalam hatinya juga menguasai pikirannya.Namun, ia mengurungkan niat untuk menghubungi Jonathan. Lalu, ia teringat Alva. Lagi lagi ia tak mau membuat Alva semakin salah paham. Kembali lagi berlian mengurungkan niatnya untuk menghubungi lelaki itu. Setelah sekian lama akhirnya berlian memilih untuk menghubungi bu Shafira dan mengabarkan jika cinta sekarang berada di rumah sakit.Dokter sudah selesai memeriksa Cinta, sang anak pun sudah tidak kejang. Hanya saja Cinta berontak tidak mau diinfus. "Dokternya, mau pinjam tangan Cinta, ya, Nak. Sebentar aja," ujar Berlian.Lagi dan lagi
Saat Berlian datang, Bu Shafira segera menghampiri putrinya yang terlihat begitu lelah. Ucapan nenek Lastri menampar dirinya pada suatu kenyataan, ia menyesal karena selama ini dirinya telah egois dan berpikir jika dengan menjodohkan Alva dan Berlian dapat membuat putrinya bahagia nyatanya semua itu salah justru membuat Berlian tertekan."Bagaimana semuanya?" tanya Bu Shafira.Berlian menaruh plastik putih yang berisi kebutuhan cinta yaitu pampers serta lainnya."Sudah selesai Bu. Administrasi pun sudah Berlian urus, tadi," ungkap Berlian. Berlian menarik kursi agar lebih dekat dengan putrinya itu. Ia memperhatikan Cinta yang masih terlelap akibat efek dari obat yang diberikan. Tangannya menyentuh dari putrinya itu demam Cinta tidak setinggi tadi."Syukurlah," ujar Berlian."Nek, tadi Berlian sekalian membelikan makan. Nenek belum makan 'kan," ungkap Berlian sembari mengeluarkan kotak dari plastik yang tadi dirinya bawa.Berlian nampak sangat menyayangi neneknya itu, terkadang Bu Sha
"Mama, pulang sebentar ya," ujar Berlian.Wanita itu terus mencoba untuk merayu putrinya agar ia diizinkan untuk pulang. Namun, Cinta terus memegangnya tangannya bahkan ia tak memberikan Berlian akses untuk pergi sedikitpun dari dirinya.Cinta menangis membuat kedua orang itu panik bahkan anaknya tersebut sempat menarik-narik infus. Agar berlian tidak jadi pulang dan tetap berada di sampingnya."Iya-iya, Mama di sini," ujar Berlian.Mau tak mau berlian tetap berada di ruangan itu dia tidak jadi pulang. Jika ditinggalkan dalam keadaan menangis itu akan membuat dirinya tak tenang dan percuma pulang pasti dirinya pun tidak akan bisa beristirahat di rumah. Walaupun ada Jonathan anak itu tetap saja ingin ada ibunya di sampingnya. Berlian menatap ke arah Jonathan Ia hanya menaikkan bahunya pertanda dirinya juga tidak bisa melakukan apa-apa."Om, bawa buah tadi. Cinta mau yang mana?" tanya Jonathan.Berlian menggendong Cinta sedangkan Jonathan ia memegangi alat infus putrinya itu karena cint
"Oh, jadi Jo sekarang bersama Berlian?"Pak Ferdinand tak habis pikir dengan anaknya itu. Bisa-bisanya Jonathan semalaman bersama dengan Berlian dan Cinta. Bahkan tanpa memberitahunya sama sekali, tak masuk kerja dan tak izin kepadanya. Iya juga kesal karena berlian tidak dapat menepati janji seperti apa yang diawal dirinya ucapkan jika wanita itu akan pergi dari kehidupan Jonathan, tetapi nyatanya berlian masih berada di sisi Jonathan. Bahkan wanita itu mengganggu konsentrasi putranya dalam bekerja tidak masuk kerja tanpa memberitahu ia sama sekali."Apa yang salah? Jo hanya menemani putrinya yang sakit dan dirawat di rumah sakit," ungkap Arnold.Jika berada di posisi yang sama pun, Arnold memilih untuk menemani anaknya yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit daripada pekerjaan. Jadi menurutnya keputusan Jonathan untuk berada di rumah sakit adalah hal yang tepat, ia tidak ingin jika adiknya merasa menyesal apabila terjadi sesuatu kepada Cinta. Adiknya itu telah kehilangan 5 tahu
Jonathan mengusap wajahnya kasar, dirinya sangat menyesal dengan apa yang sudah ia katakan kepada Berlian sungguh sangat keterlaluan. Namun, apa yang dilakukan ayahnya itu benar-benar di luar batas. Ia tidak menyangka jika ayahnya bisa setega itu memisahkan ia dan juga Cinta. Jonathan masih tak menyangka jika berlian masih mengingat mimpinya sejak dahulu, begitu besar rasa sayang wanita itu terhadapnya. Bahkan ia begitu bodoh dengan berpikiran yang tidak tidak bahkan menuduh sang wanita sebagai wanita materialistis. "Aku memang bermimpi sejak dulu ingin menjadi memimpin perusahan ayah. Hanya saja aku lebih baik kehilangan semua itu jika kita tidak bisa bersama Berlian," papar Jonathan.Ya benar, iya lebih baik kehilangan semua apa yang kini dirinya genggam daripada harus kehilangan Berlian dan juga Cinta. Kedua wanita itu sangat berarti untuknya saat ini bahkan lebih penting daripada nyawanya sendiri. Tanpa berlian semua harta dan kekayaan miliknya takkan berarti apa-apa, setelah ia