Pak Hardian bersama Alva kembali ke restoran Berlian untuk mencari tahu lewat Cctv ruangan. Keduanya datang tak bersamaan karena Alva habis mengantar Bu Shafira dan mereka bertemu di tempat itu."Sialan, siapa yang berani menggangu keluargaku," gumam Pak Hardian dengan masih begitu emosi.Pria itu tak mau tinggal diam melihat anak sambungnya menghilang. Ia pun meminta bantuan beberapa teman yang anggota polisi untuk mengurus kasus hilangnya Berlian. Sudah beberapa jam tapi mereka belum mendapatkan informasi apa pun. Sempat ia mencurigai satu orang, tapi ia pun menepis hal itu."Ada apa Pa?" tanya Alva. Alva baru saja kembali datang setelah mengantar Bu Shafira. Dia adalah salah satu orang yang mencemaskan wanita itu karena memang pernah ada rasa bahkan saat ini sepertinya masih menyimpan hal itu."Entah, Papa tidak mau berpikir negatif.""Ada yang Papa curigai?" "Iya, mungkin Ferdinand. Tapi Papa tidak mau berpikiran buruk."Pak Hardian terdiam sejenak, jika benar pak Ferdinand yang
Setelah Mereka pergi, Berlian memastikan sudah tak ada orang. Pelan ia mengintip dengan membuka mata sedikit, lalu membukanya lebar setelah ia tahu sudah tak ada orang di ruangan kotor itu. Debu yang begitu menyengat di hidung membuatnya tak tahan untuk bersin."Kenapa rasanya begitu sakit. Siapa mereka dan mau apa dariku?" Lagi, Berlian hanya bisa bergumam pelan. Rasa nyeri di perut juga di pinggang membuat dirinya sangat sulit untuk bergerak. Wajahnya juga begitu terasa perih mengingat tadi juga menjadi sasaran tamparan yang sangat menyakitkan. Siapa mereka, hanya pertanyaan itu yang terus berputar di kepala Berlian. Ia merasa aneh, bagaimana bisa dirinya merasa bodoh hingga mau saja ikut dengan mereka. Harusnya ia bertanya pada Pak Hardian sebelum ikut, apa benar mereka EO yang di kirimkan ayahnya. "Aku harus ke luar dari sini Bagaimana pun caranya. Tidak boleh lemah." Berlian mencoba menggesekkan tangannya, ia berharap akan mengendurkan ikatan di tangannya. Akan tetapi, soal
Alea merasa hidupnya hancur setelah kedatangan berlian. Apa yang diinginkannya dan diimpikannya pula hancur seketika setelah wanita itu kembali datang dan hadir di kehidupan Jonathan pria yang pernah menjadi calon tunangannya. Dendam pun kian membara ketika karirnya pun hancur saat dirinya terekspos sedang mempermalukan berlian di tempat umum. Ia ingin membuat berlian kapok, tapi malah ia yang terkena imbasnya.Alea mengambil mobil dan mengendarai menuju gedung di mana tempat berlian di sekap. Ia sudah membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Jonathan saat itu jika tahu wanita yang dicintainya sudah ternoda. Jarak rumah kontrakan mereka tak jauh dari gedung itu. Alea pun sampai dalam beberapa menit. Alea memarkirkan mobil itu jauh dari gedung agar tidak ada yang curiga. Ia pun langsung masuk dan melangkah ke dalam. "Sial kenapa ponselku tertinggal." Beberapa orang lari menghampiri Alea. Mereka adalah anak buah yang di bayar sang ayah untuk menculik Berlian. "Ada apa Nona datang
"Sialan, kenapa dia bisa kabur?" Alea yang terkejut saat melihat ketiga pesuruhnya itu sedang terkapar tak berdaya di tanah apa lagi ia melihat si botak yang terikat dengan tali yang mengikat berlian dan kini sudah tubuhnya."Bodoh, apa bisa kabur?" Salah satu pria yang berjalan dengan pincang akibat tertembak oleh berlian pun menceritakan kejadian semula. Mereka yang awalnya akan menunggu Alea tapi tergiur oleh ucapan si botak dan menjalani misi tanpa bosnya itu.Si botak pun sudah dilepaskan oleh si pincang tertembak kakinya. Alea Kembali menyuruh mereka untuk mencari berlian yang sudah lama kabur. "Cepat cari!" perintah Alea dengan penuh emosi. Harusnya ide itu tak ia jalankan jika akan berujung kesialan seperti ini."Baik bos."Tiga penculik itu kewalahan mencari berlian karena jejak wanita itu begitu cepat menghilang pasca berlian menusuk dan menembak para penculik itu. Pisau dan tembakan itu pun mereka temukan hanya saja berlian tidak mereka temukan. Sementara Alea mengusap w
Alea kembali ke rumahnya dengan membawa Berlian yang sudah pingsan. Dirinya senang karena takdir masih berpihak kepadanya. Berlian kembali lagi padanya, ladang uangnya. Dengan bersusah payah dirinya kembali menemukan berlian, ia tidak akan melepaskannya lagi dengan mudah.Pak Ibnu kaget melihat sasaran utama mereka ke rumah. Padahal yang ia tahu Berlian ada di gedung tidak jauh dari kontrakan mereka. Dirinya heran mengapa Alea membawa wanita itu ke rumahnya?"Pa, bantu berat," ujar Alea. Ia tengah memapah Berlian.Pak Ibnu segera membantunya, ia berada di sisi kiri Berlian ikut memapahnya menuju kursi. Tak lupa keduanya juga segera mengikat Berlian. Tak ingin jika kesalahan Alea terulang kembali.Alea juga segera mengambil lakban untuk menutup mulut Berlian, berjaga-jaga jika nanti wanita itu sadar takut membuat keributan. Itu sangat membahayakan mereka berdua nantinya.Pak Ibnu masih heran pada Alea, mengapa Berlian bersamanya? Dan dibawa ke kontrakan mereka?"Bagaimana bisa Berlian
Alva memperhatikan anting itu lagi, jika itu memang bukan milik Berlian. Ia sangat yakin akan hal itu. Dirinya mematahkan spekulasi dari Jonathan."Ini bukan anting Berlian, Berlian tak menggunakan anting seperti ini," ujar Alva.Jonathan menoleh, ia kembali melihat anting tersebut. Birunya begitu familiar dengan anting itu.Jonathan terus memperhatikannya, tetapi dirinya yakin jika pernah melihat anting seperti itu sebelumnya. Namun, ia tak mengingatnya. "Aku pernah melihatnya," ujar Jonathan. Ia sangat yakin tidak mungkin dirinya salah, jika bukan milik Berlian lantas milik siapa benda itu?Jonathan terus memperhatikan benda itu, ia seperti mengenalinya, tetapi lupa di mana."Coba kau ingat-ingat lagi siapa tahu itu adalah jalan kita untuk menemukan Berlian," ujar Alva. Alva meminta Jonathan mengingat kali saja bisa tahu di mana keberadaan Berlian. Kini mereka benar-benar buntu tidak menemukan petunjuk apapun selain anting dan ponsel milik Berlian.Jonathan mendapat telepon dari p
"Kita cari sarapan dulu keluar," ujar Jonathan.Semalaman juga dirinya tidak bisa tidur, bahkan beberapa kali pak Hardian menelponnya karena Cinta yang terus merengek menanyakan keberadaan ibunya. Mungkin dirinya tertidur karena terlalu lelah hanya sekitar 2 sampai 3 jam saja setelahnya ia mencoba mencari informasi mengenai keberadaan Berlian lewat sosial media siapa tahu dari mereka ada yang melihatnya.Masih dengan pakaian yang sama, mereka hanya mandi lalu memakai baju yang kemarin lagi. Memang tak ada niatan untuk menginap jadi mereka tidak membawa baju ganti."Ayo."Kali ini Alva yang membawa mobil. Sudah seharian penuh kemarin Jonathan membawa mobil untuk mencari keberadaan Berlian.Pagi hari ini mereka mencari makan sembari mencari kembali keberadaan Berlian. Siapa tahu keajaiban datang dan membawa mereka bertemu dengan Berlian. Mereka sarapan di tukang bubur ayam. Setelah sarapan keduanya kembali berdiskusi lagi mengenai Berlian yang belum diketahui posisinya."Aku ingin menc
Jonathan mengikat mereka bertiga, lalu berbicara di luar dengan Alva. Ia bingung harus melakukan apa untuk ketiga preman itu. Tenaganya sudah terkuras habis untuk menjatuhkan mereka semua. Memang tidak membutuhkan waktu cukup lama, tetapi cukup menguras tenaga mereka berdua.Alva masih mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan, badan mereka semua cukup besar. Untuk mendudukkan mereka dan mengikatnya saja sangat sulit."Aku harus apa? Langsung bertanya tentang siapa yang membayar mereka saja?" tanya Jonathan.Alva setuju ia mengangguk, dirinya sangat penasaran tentang siapa dalang dari semua ini. Apakah pak Ferdinand ataukah ada pihak lainnya. Tak akan segan-segan untuk memberikan perhitungan yang setimpal kepada dalang dari penculikan Berlian tersebut."Pasti mereka akan membuka mulut jika kita kasih uang atau bisa kita ancam akan habisi saja mereka bertiga," ujar Alva. Biasanya para preman itu mereka melakukan suatu kriminal atas perintah orang, yang mereka sebut dengan bos yang bera