Darell langsung menghempaskan tubuhnya pada kursi di hadapan Kirana.
"Aku masih nggak menyangka kenapa kamu memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana mungkin orang-orang seperti mereka bisa kita andalkan. Kau tahu kan Ki pekerjaan mereka seperti apa," kata Darell meremehkan.
Meskipun ia menjadi CEO di usia muda pada perusahaan ayahnya sendiri bukan berarti Darell berpangku tangan dan tidak berusaha. Darell harus bisa meraih prestasi akademik, dan sudah dilibatkan sejak masih remaja di perusahaan Ayahnya.
Kebiasaan ini membuat Darell berpikir kalau orang-orang yang kurang beruntung dalam pekerjaannya itu karena mereka malas. Bagi pria blasteran ini, kemiskinan bukan alasan untuk tidak bisa hidup lebih baik. Menurut kacamata Darell, banyak sekali mereka yang berasal dari keluarga kurang beruntung namun memiliki karir cemerlang.
"Mas jangan suka meremehkan orang lain," kata Kiran
Kembali pria peranakan Australia itu mengamati seluruh staf yang diminta berkumpul. Tak satupun dari mereka yang berani menunjukkan wajah mereka di hadapan Darell.Entah, rasa rendah diri karena pekerjaan mereka yang selalu dianggap sepele. Atau karena takut mendapatkan kemarahan dari Bos mereka.Seorang wanita paruh baya yang bertemu Kirana di lift sempat melirik sekilas. Namun kemudian menunduk lagi.Perempuan kepercayaan James Maxwell itu perlahan bangkit dari kursinya. Menyentuh lengan Darell lembut, kemudian melirik CEO Maxwell.Mungkin lirikan dan sentuhan Kirana terasa menyejukkan bagi Darell. Hingga membuat pemuda itu duduk dengan tenang dan mempersilakan Kirana melanjutkan."Terima kasih rekan-rekan. Kami berdua memanggil kalian karena memang membutuhkan bantuan kalia
Jenny duduk termenung di dalam kamar kos nya yang baru. Sebuah ruangan yang sedikit lebih kecil dibanding apartemennya dulu. Hanya berukuran 3x4 meter, dengan sekat yang memisahkan ruangan untuk tidur dan tempat menerima tamu.Sebenarnya kamar kos Jenny ini masih tergolong bagus. Masih memiliki fasilitas lengkap, dengan AC, TV, Kamar mandi dalam ruangan. Sementara ruang duduk dilengkapi karpet dan di teras terdapat dua buah kursi dan satu meja."Huh, tempatnya kecil banget," keluh Jenny yang sudah terbiasa hidup dalam kemewahan.Namun kekecewaan itu segera ditepiskan olehnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.Tubuh dan harga dirinya sudah rusak, namun seiring napas yang masih diberikan oleh Sang Pemberi Hidup membuatnya tersdar. Artinya ia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Di tem
Ini adalah hari pertama petugas kebersihan dan pesuruh mengenakan atribut baru yang diberikan Darell. Bagi mereka hal ini adalah sebuah perintah atasan yang harus dilaksanakan. Namun bagi Darell hal ini semacam jalan ninja."Kamu yang bernama Yuni?" tegur Darell pada seorang wanita paruh baya yang baru saja memilah sampah."I ... Iya Pak."Darell memandang wanita di hadapannya dengan tegas. Membuat petugas di depannya merasa gugup."Sudah dipilah sampah kertasnya?" tanya Darell."Su ... Sudah Pak," jawab wanita ini gugup.Darell memandang sekeliling, dan melihat seorang petugas kebersihan laki-laki yang bayu keluar dari toilet. Pakaiannya masih hitam dan putih, sepertinya baru saja direkrut sebagai karyawan."Kamu ... Ke sini sebentar!" panggil Darell pada petugas laki-laki itu.Pet
Seketika mood Darell berubah. Pria tampan ini menunjukkan wajah masam kala Yuni dan seorang lagi masuk sambil membawa kotak berisi kertas yang tak beraturan."Ini mau diletakkan dimana Pak?" tanya Yuni."Taroh saja di situ!" kata Darell menunjuk lantai di depan mejanya.Sejenak Yuni dan rekannya yang masih berseragam putih hitam mengamati ruangan Kirana yang penuh dengan kertas kusut berserakan. Mungkin dalam pikiran mereka, dua atasannya ini sedang kurang kerjaan atau berniat menambah pekerjaan mereka."Terima kasih," jawab Kirana singkat begitu kedua staf ini selesai melakukan permintaan Darell.Pria gagah itu pun berdiri menyusul Yuni, saat wanita patuh baya itu mulai mendekati pintu. Ditepuknya bahu wanita yang bertubuh subur di depannya.
Kirana tak menjawab pertanyaan Darell, namun mendorong kepala pria itu mendekat pada dadanya. Membiarkan Darell menghirup aromanya.Pria yang sudah piawai di atas ranjang ini pun melingkarkan lengannya pada punggung Kirana. Mencari pengait penutup dada yang dikenakan pasangannya dan menghempaskan ke lantai.Gunungan yang ranum dan lembut itu dihujani oleh bibir Darell. Pria casanova ini terlihat sangat buas memainkan bibir da as lidahnya di sana. Sesolah ingin mengukuhkan kalau wanita ini adalah miliknya, hanya miliknya.Sementara tangan kirinya menyingkap rok yang dipakai Kirana. Merobek pantyhose tipis warna kulit yang membungkus kaki Kirana dengan kasar. Tak sabar ingin merasakan surga diantara paha Kirana yang mulus."Kamu sudah basah?" tanya Darell mesra."Ssssh!" desah Kirana menjawab Darell.Pria berpengalaman itu cu
Kirana menghela napas panjang kemudian memijat pelipisnya. Yang dilewati hari ini sungguh melelahkan.Apa yang didengar dari staf, penemuan nota dari tumpukan sampah sungguh membuatnya tak habis pikir. Membayangkan bagaimana nanti reaksi calon mertuanya."Kenapa?" tanya Darell penuh perhatian sambil mengemudi."Cuma kepikiran aja sih Mas, gimana reaksi Dad kalau tahu soal penemuan kita. Aku nggak nyangka aja ada yang berbuat seperti itu.""Yah, gitulah. Saat seseorang sudah dikuasai oleh uang, tak lagi mempedulikan akal sehat mereka.""Hemm," jawab Kirana.Gadis itu kembali memandang ke jendela mobil Darell. Memainkan kalung yang sudah lama melekat di lehernya. Kalung pemberian almarhum Ibu."Mas," kata Kirana tiba-tiba."Kenapa?" tanya Darell sambil membelokkan mobil ke arah jalana
Aroma espresso yang kuat tak juga mampu menghentikan pikiran Louis yang kacau. Jebakan dari Celline, perasaan bersalah pada Kirana dan pesan yang tiba-tiba dikirimkan padanya."Aku harus bagaimana ini," gumanya.Pria ini kemudian mengetikkan ungkapan perasaannya. Hanya pesan whatsapp yang bisa dilakukannya saat ini. Karena jarak Jakarta-Paris yang tak dekat.[Kabarku baik, hanya sedikit kacau belakangan ini. Aku mencintaimu Kirana, bisakah kita lebih dari sekedar teman biasa?] tulis Louis, tapi belum sempat dikirim pesan itu dihapus olehnya."Tidak, aku tak bisa melakukannya. Kirana milik Darell."Baru saja Louis melihat story whatsapp Darell yang mengunggah foto Kirana. Walaupun foto yang diunggah adalah saat gadis itu meninjau proyek dengan caption yang menerangkan proses pembangunan hotel. Namun pria itu merasa ada maksud tersendiri dari Darell.
"Ki, kamu mau ngapain?" tanya Darell mendekat. Sejenak menunda keinginannya untuk berenang."Lagi mau bikin juice mas. Kenapa?" kata Kirana sambil mencuci strawberry."Bikinin buat aku sekalian donk!" pinta Darell dijawab dengan anggukan Kirana."Mau juice apa?" tanya Kirana sambil menoleh ke arah Darell yang berdiri tepat di belakang Kirana.Mereka berdua terlihat begitu serasi. Tubuh Darell yang tinggi dan tegap sangat cocok dengan Kirana yang sedikit mungil.Bulu kuduk Kirana serasa berdiri saat merasakan hembusan napas Darell di sana. Jantungnya pun mulai berdebar lebih kencang."Iya Mas, nanti saya antar ke kolam renang ya," jawab Kirana sedikit gugup."Ok, kamu nggak mau berenang juga?""Nggak Mas."Berdua mereka semoat beradu pandang. Saling menatap