Ini adalah hari pertama petugas kebersihan dan pesuruh mengenakan atribut baru yang diberikan Darell. Bagi mereka hal ini adalah sebuah perintah atasan yang harus dilaksanakan. Namun bagi Darell hal ini semacam jalan ninja.
"Kamu yang bernama Yuni?" tegur Darell pada seorang wanita paruh baya yang baru saja memilah sampah.
"I ... Iya Pak."
Darell memandang wanita di hadapannya dengan tegas. Membuat petugas di depannya merasa gugup.
"Sudah dipilah sampah kertasnya?" tanya Darell.
"Su ... Sudah Pak," jawab wanita ini gugup.
Darell memandang sekeliling, dan melihat seorang petugas kebersihan laki-laki yang bayu keluar dari toilet. Pakaiannya masih hitam dan putih, sepertinya baru saja direkrut sebagai karyawan.
"Kamu ... Ke sini sebentar!" panggil Darell pada petugas laki-laki itu.
Pet
Seketika mood Darell berubah. Pria tampan ini menunjukkan wajah masam kala Yuni dan seorang lagi masuk sambil membawa kotak berisi kertas yang tak beraturan."Ini mau diletakkan dimana Pak?" tanya Yuni."Taroh saja di situ!" kata Darell menunjuk lantai di depan mejanya.Sejenak Yuni dan rekannya yang masih berseragam putih hitam mengamati ruangan Kirana yang penuh dengan kertas kusut berserakan. Mungkin dalam pikiran mereka, dua atasannya ini sedang kurang kerjaan atau berniat menambah pekerjaan mereka."Terima kasih," jawab Kirana singkat begitu kedua staf ini selesai melakukan permintaan Darell.Pria gagah itu pun berdiri menyusul Yuni, saat wanita patuh baya itu mulai mendekati pintu. Ditepuknya bahu wanita yang bertubuh subur di depannya.
Kirana tak menjawab pertanyaan Darell, namun mendorong kepala pria itu mendekat pada dadanya. Membiarkan Darell menghirup aromanya.Pria yang sudah piawai di atas ranjang ini pun melingkarkan lengannya pada punggung Kirana. Mencari pengait penutup dada yang dikenakan pasangannya dan menghempaskan ke lantai.Gunungan yang ranum dan lembut itu dihujani oleh bibir Darell. Pria casanova ini terlihat sangat buas memainkan bibir da as lidahnya di sana. Sesolah ingin mengukuhkan kalau wanita ini adalah miliknya, hanya miliknya.Sementara tangan kirinya menyingkap rok yang dipakai Kirana. Merobek pantyhose tipis warna kulit yang membungkus kaki Kirana dengan kasar. Tak sabar ingin merasakan surga diantara paha Kirana yang mulus."Kamu sudah basah?" tanya Darell mesra."Ssssh!" desah Kirana menjawab Darell.Pria berpengalaman itu cu
Kirana menghela napas panjang kemudian memijat pelipisnya. Yang dilewati hari ini sungguh melelahkan.Apa yang didengar dari staf, penemuan nota dari tumpukan sampah sungguh membuatnya tak habis pikir. Membayangkan bagaimana nanti reaksi calon mertuanya."Kenapa?" tanya Darell penuh perhatian sambil mengemudi."Cuma kepikiran aja sih Mas, gimana reaksi Dad kalau tahu soal penemuan kita. Aku nggak nyangka aja ada yang berbuat seperti itu.""Yah, gitulah. Saat seseorang sudah dikuasai oleh uang, tak lagi mempedulikan akal sehat mereka.""Hemm," jawab Kirana.Gadis itu kembali memandang ke jendela mobil Darell. Memainkan kalung yang sudah lama melekat di lehernya. Kalung pemberian almarhum Ibu."Mas," kata Kirana tiba-tiba."Kenapa?" tanya Darell sambil membelokkan mobil ke arah jalana
Aroma espresso yang kuat tak juga mampu menghentikan pikiran Louis yang kacau. Jebakan dari Celline, perasaan bersalah pada Kirana dan pesan yang tiba-tiba dikirimkan padanya."Aku harus bagaimana ini," gumanya.Pria ini kemudian mengetikkan ungkapan perasaannya. Hanya pesan whatsapp yang bisa dilakukannya saat ini. Karena jarak Jakarta-Paris yang tak dekat.[Kabarku baik, hanya sedikit kacau belakangan ini. Aku mencintaimu Kirana, bisakah kita lebih dari sekedar teman biasa?] tulis Louis, tapi belum sempat dikirim pesan itu dihapus olehnya."Tidak, aku tak bisa melakukannya. Kirana milik Darell."Baru saja Louis melihat story whatsapp Darell yang mengunggah foto Kirana. Walaupun foto yang diunggah adalah saat gadis itu meninjau proyek dengan caption yang menerangkan proses pembangunan hotel. Namun pria itu merasa ada maksud tersendiri dari Darell.
"Ki, kamu mau ngapain?" tanya Darell mendekat. Sejenak menunda keinginannya untuk berenang."Lagi mau bikin juice mas. Kenapa?" kata Kirana sambil mencuci strawberry."Bikinin buat aku sekalian donk!" pinta Darell dijawab dengan anggukan Kirana."Mau juice apa?" tanya Kirana sambil menoleh ke arah Darell yang berdiri tepat di belakang Kirana.Mereka berdua terlihat begitu serasi. Tubuh Darell yang tinggi dan tegap sangat cocok dengan Kirana yang sedikit mungil.Bulu kuduk Kirana serasa berdiri saat merasakan hembusan napas Darell di sana. Jantungnya pun mulai berdebar lebih kencang."Iya Mas, nanti saya antar ke kolam renang ya," jawab Kirana sedikit gugup."Ok, kamu nggak mau berenang juga?""Nggak Mas."Berdua mereka semoat beradu pandang. Saling menatap
Lamborghini Huracan itu membelah jalanan ibukota. Kali ini tujuannya bukanlah ke kantor melainkan toko bangunan.Dua sejoli ini berniat menyelidiki harga bahan bangunan. Kali ini mereka memainkan peran sebagai suami istri yang berniat untuk membangun rumah.Dengan melingkarkan tangan pada siku Darell, Kirana pun memasuki sebuah toko besar yang ada di Ibukota. Toko bangunan terlengkap yang juga menyediakan aneka produk keramik dan porselen.Seorang penjaga toko nampak mendekat ke arah mereka berdua."Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas."Mmm ya, begini kami bermaksud untuk membangun rumah, dan bermaksud melihat-lihat keramik dan juga granit untuk rumah kami," kata Darell."Sayang, nanti kita pilih warna-warna yang cocok dengan warna pastel ya," kata Kirana merajuk, mencoba mendalami perannya sebagai seorang istri.
"Telepon dari siapa Ki?" tanya Darell begitu gadisnya mengakhiri panggilan.Pria cassanova ini sedikit khawatir dan mungkin juga cemburu. Takut kalau Louis yang kembali menelepon Kirana dan mencoba mencuri gadisnya.Darell pun mendongak dan memperhatikan wajah Kirana yang memerah. Gadis itu mulai berkaca-kaca dan saat itulah kekhawatirannya berubah.Putra sulung Maxwell ini segera bergeser tempat duduk. Berpindah dari seberang ke samping Kirana. Merangkul dan mengusap pundak gadisnya lembut."Ki, kamu kenapa? Kenapa menangis?" tanya Darell khawatir."Ada yang menyakitimu?" tanyanya lagi.Kirana menggeleng lemah, kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak Darell tanpa sadar. Darell yang tengah dirundung kecemasan pun merapatkan tubuhny
Seorang pria berwajah licin mengetuk pintu sebuah kamar kos. Kemudian dari dalam, nampak seorang perempuan tengah mengintip dari balik jendela."Ada apa Pak?" tanya si pemilik kamar dengan tubuh diantara pintu dan kusen.Perempuan itu berbicara dengan nada yang lembut dan tak berani menatap tamunya lama-lama. Memilih untuk menunduk menjadi hal bijak baginya saat ini."Kamu sudah tidak usah khawatir tentang Aldo dan videomu lagi," kata pria berwajah licin itu.Wajah gadis yang menunduk itu perlahan terangkat dan menatap laki-laki di hadapannya dengan sumringah. Senyum yang biasanya manis mulai dimunculkan kembali."Benarkah itu, Pak?""Iya, kamu nggak usah khawatir, semua sudah teratasi dengan baik. Kamu sudah bisa memulai aktivitasmu seperti biasa."Masih tak percaya, ia pun keluar dan menutup pintu. Mempersi