Share

Bab 72. Teman Bicara

‘Duh! Alamat perjuangan masih dilanjutkan,’ bisik hatiku berusaha tetap menunjukkan senyuman. Walaupun aku tidak salah, tapi tempat dan waktu sudah memaksaku menjadi terdakwa. Aku maklum kalau Raya cemburu.

‘Bukankah cemburu tandanya dia cinta? Kira-kira apa ada korelasinya? Semakin cemburu berarti semakin cinta?’

Aku membentangkan senyuman. Masih tidak berbalas, tapi wajahnya sudah tidak sekaku saat marah tadi.

“Kamu masih marah?”

“Sudah tahu kenapa bertanya?” jawabnya terdengar asal.

Bibirnya yang cemberut dan pandangan mata dilemparkan ke arah lain, persis seperti anak yang merajuk. Aku menikmati reaksinya yang unik ini.

“Terus sekarang bagaimana? Aku kan sudah jelaskan kalau hanya ada kamu di hatiku. Apa perlu di otopsi? Pasti di hatiku ada tulisannya. Milik Raya seorang,” jelasku mulai gombal. Kata dibuku, merayu wanita yang sedang marah itu perlu gombalan, tidak perlu penjelasan secara logika.

Sudut bibirnya menciptakan lengkungan, tapi sedikit dan lenyap kembali.

“Gombal! Mana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status