"Kau akan ke perusahaan, Evelyn?" Ethan mencoba menyusul Evelyn saat dirinya tengah sarapan dan melihat Evelyn melengos begitu saja dengan wajah wanita itu tanpa Ekspresi. Dengan map di dalam dekapan, Evelyn pun menjawab, "ya…!" Dia segera menuju pintu keluar. Dari semalam, Evelyn mendiamkan pria kasar itu. Membuat Ethan semakin menggila ketika Evelyn yang ceria kini berubah dingin. 'Bagaimana konsepnya terbalik? Harusnya aku yang dingin. Kenapa harus wanita itu?' Ethan membatin kesal. Ethan berlari menyusul Evelyn saat Evelyn hendak menaiki mobil yang sudah ada supir di dalam mobil tersebut."Biar pergi bersamaku." Ethan menahan handle pintu mobil. Hening, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Evelyn. Dengan hati-hati, Ethan yang merasa cukup bersalah pun menuntut tangan Evelyn. Membawa tangan itu ke mobilnya. Sesampainya di samping mobil, Ethan membuka pintu mobil tersebut kepada Evelyn. Evelyn menaiki mobil dengan wajah yang masih tetap sama dingin walau mentari pagi begit
"Siang!" Seru para anggota yang hadir dalam meeting. Evelyn, menatap satu per satu wajah orang-orang yang berada di meja panjang itu dengan tatapan penuh penekanan. "Aku tidak ingin membuang waktuku. Mungkin dari kalian sudah mengetahui siapa aku. Ya, aku wanita yang berasal dari sebuah perkampungan yang bekerja sebagai pemerah sapi," ucap Evelyn. Hening, tidak ada yang mencela ucapan Evelyn saat mendengar suara wanita itu terdengar begitu menekan. "Dengar, aku wanita yang begitu teliti dalam melihat situasi. Aku tidak peduli dengan pandangan kalian terhadapku seperti apa. Jadi, sebagai atasan kalian, aku tentu harus tegas dalam mendisiplinkan bawahanku! Ku harap, tidak ada yang bermain-main dalam melakukan pekerjaan," ucap Evelyn. Ruangan itu menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Awalnya mereka mengira jika Evelyn adalah wanita yang culun dan tentu memiliki tampang Idiot. Namun dugaan mereka salah. Evelyn terlihat lebih mirip seperti Setan betina yang memiliki aura ketegasan. E
Ethan kini duduk di kursi yang dingin, mata tajamnya menatap pria yang terikat di hadapannya. Pria di hadapan Ethan adalah Anak buah Antonio. Antonio, adalah pria yang pernah berhubungan dengan Alice. Dia adalah kunci di pengadilan nanti. Sudah sangat lama Ethan mencari keberadaan pria tersebut. Namun pria ini bukan sembarang pria."Katakan padaku, dimana Antonio?" tanya Ethan dengan suara rendah namun tegas.Pria itu menatapnya dengan mata yang penuh ketakutan. "Aku tidak bisa memberitahumu. Mereka akan membunuhku jika aku melakukannya."Ethan tersenyum sinis. "Oh, jangan khawatir. Jika kamu tidak memberitahuku, aku akan memastikan mereka tidak akan pernah menemukanmu."Pria itu tergagap-gagap, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Antonio sudah pergi! Dia adalah bagian dari organisasi Underground Black Scorpion. Antonio hanya ingin menghancurkan hidupmu, Ethan. Dia ingin melihatmu hancur!"Ethan merenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. "Hancur? Alasannya? berikan semua
"Bella! Apa yang terjadi?" Evelyn diserang kepanikan yang luar biasa, saat melihat sekretarisnya itu kini, sudah terbaring tak sadarkan diri bersama dengan beberapa petugas keamanan yang berjaga di depan pintu ruangan Evelyn. Evelyn menatap Alice yang berjalan di samping tubuhnya. "Apa yang kau lakukan kepada mereka?" Evelyn menyentak. Dengan memainkan kukunya acuh, Alice menjawab, "untuk apa kau memikirkan orang lain? Pikirkan dulu dirimu yang sebentar lagi akan ku lempar ke jurang!" "Heh, siapa yang ingin kau lempar, Alice?" Ethan dan Hubert berjalan dengan tegap bersama pihak petugas kepolisian yang mendampingi mereka. Alice yang menyadari kehadiran Ethan, segera berlari dan memeluk tubuh pria yang begitu dia rindukan. "Hubby, akhirnya! Kau datang bersama Polisi. Aku sungguh merindukanmu!" seru manja Alice. Evelyn tersenyum sinis melihat pemandangan itu. Pemandangan delapan tahun lalu. Benar-benar menyayat hati Evelyn. Ethan mendorong tubuh Alice. "Menjauhlah! Jangan lancan
Alberto begitu murka saat mendengar bahwa Ethan memenjarakan anaknya, Alice. Dengan kekuasaannya dan kemarahan yang membara, dia bergerak cepat untuk membebaskan Alice dan menuntut Ethan karena berani melawannya. Alberto tidak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarganya tanpa konsekuensi.Dengan langkah mantap, Alberto memasuki kantor polisi tempat Alice ditahan. Ekspresi marah terpancar dari wajahnya, menunjukkan tekad yang kuat untuk melindungi anaknya. Dia tidak akan mengizinkan keadilan dirampas oleh kekuasaan orang lain.Alberto dengan suara tegas bertanya. "Di mana Alice? Aku ingin melihatnya sekarang juga!""Siapa Anda, Pak?" tanya pria berseragam."Apa kau buta? Aku Alberto, ayahnya Alice! Segera bawa dia ke sini atau Anda akan menghadapi konsekuensi yang serius!" ucap Alberto dengan suara meninggi."Ba-baik, Pak Alberto. Aku akan segera memanggilnya." jawab petugas itu sedikit gugup.Tak lama kemudian, Alice muncul di hadapan Alberto, Alice terlihat lemah dan takut. Alberto
"Tuan, aku punya kabar baik. Kita telah menemukan tempat persembunyian musuh yang membawa Nyonya Evelyn."David datang dengan napas terengah-engah, wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Dia segera melaporkan kepada Ethan bahwa mereka telah menemukan tempat persembunyian musuh yang membawa Evelyn."Di mana tempat itu?" Ethan bertanya panik."Tempat itu terletak di tengah hutan lebat, di sebuah bangunan. Kita harus segera melakukan tindakan, Tuan."Ethan terlihat serius dalam gelisah. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk menyelamatkan Evelyn. Apapun yang terjadi, Ethan harus segera bergerak."Aku tidak bisa membiarkan Evelyn berada dalam bahaya lebih lama lagi." gumam Ethan dengan rasa gelisah yang kini meraja. "Segera Siapkan alat tempurku. Kita akan menuju ke sana!" titah Ethan. "Baik, Tuan. Aku juga akan memberitahu tim lain dan memastikan semuanya siap. Kita harus bergerak cepat.""Benar, karena setiap detik sangat berharga. Kalian, harus berhati-hati dan memastikan kembali den
"Mati, mati! Kau keparat!" Evelyn terengah-engah saat dirinya berhasil menumbangkan Antonio dengan guci. Setelahnya, Evelyn meraih sebuah lampu hias di atas nakas dengan rasa geram, Evelyn menghantam lampu itu berulang kali membabi buta di kepala Antonio hingga pria itu tidak sadarkan diri."Aaaargh! Kenapa aku selalu terjebak dalam situasi seperti ini! Aku hanya ingin tenang! Bisakah aku damai walau hanya sebentar?" Evelyn menjerit frustasi.Tubuh Evelyn lunglai terduduk di atas lantai dengan tangis. Beruntung, bawahan Antonio kini telah pergi saat mereka selesai memasang kamera. Ruangan yang hanya cahaya remang-remang dari bulan yang masuk melalui celah-celah jendela yang pincang. Membuat Evelyn beringsut duduk di pojok ruangan, ketakutan yang melingkupinya membuat tangisnya pecah dalam keheningan malam.Di luar, suara tembakan menggelegar, mengguncang dinding-dinding bangunan. Membuat Evelyn merasa hatinya semakin berdebar, dia tahu bahaya yang ada di luar sana semakin dekat deng
"Nenek, tadi Rai dihukum oleh Guru." Raizel duduk dengan gelisah, sambil menunggu kedatangan orang tuanya, Raizel menemani Diana dan Rosalie di dapur. Entah sejak kapan dua nenek itu akur. Tapi Rosalie tidak melakukan apa-apa. Dia hanya duduk melihat Diana yang terlihat sedang memilih-milih sayuran dengan beberapa pelayan yang lain. "Heh, kenapa Rai dihukum?" tanya Rosalie dengan wajah yang sudah terlihat marah. Marah kepada gurunya Raizel.Diana yang sedang sibuk pun melayangkan pertanyaan. "Rai nakal, ya, di Sekolah?" "Bukan, Nek, Eyang! Bukan karena Rai, tapi temannya Rai," ucap Raizel dengan memainkan sumpit sambil menopang dagunya diatas meja. "Kenapa dengan temanmu sampai kamu bisa dihukum? Biar Eyang temui teman dan guru kamu!" kesel Rosalie. "Haaah…!" Raizel membuang nafas panjang. "Jadi begini, Nek, Eyang! Teman Rai itu, kalau sudah jam 12 siang, dia pasti selalu ketiduran!" jelasnya. Rosalie dan Diana menyimak dengan penuh keseriusan. "Terus?" kata mereka hampir bersama
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama