Beranda / Romansa / CAT-CH ME! / Part 16. Pesan

Share

Part 16. Pesan

Penulis: Andp
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kanaya

Aku boleh numpang makanan di kulkasnya Reo nggak?

Ternyata tak butuh waktu lama untuk Sada membalas pesanku. Kelihatannya dia sedang sangat santai.

Arab KW

Tinggal masukin aja ribet banget lo

Pake nanya segala

Wah, sepertinya Sada sedang kerasukan malaikat. Momen langka ini harus aku manfaatkan sebaik mungkin.

Kanaya

Okayyy. Terima kasiihh ^_^

Arab KW

Besok-besok nggak usah tanya hal gak penting kek gini lagi lah

Gue sibuk

Paling males gue ditanyain hal-hal nggak penting gini

Sekarang setannya sudah mengambil alih. Manusia satu ini benar-benar aneh bin ajaib, sangat sulit untuk ditebak. Sering kali aku berpikir mungkin Sada ini berkepribadian ganda karena mood-nya sering berubah-ubah dalam hitungan menit. Tersera

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CAT-CH ME!   Part 17. Selamat Datang Patah Hati

    Aku berangkat ke Delizio dengan kereta yang sepagi ini saja sudah penuh sesak dengan orang-orang yang masih harus berkegiatan di akhir pekan seperti aku ini. Sesaknya membuat tak nyaman, seperti kondisi hatiku saat ini. Kenapa ya? Setelah pulang dari apartment Sada aku merasakan sesuatu yang mengganjal, rasanya aku jadi tidak terlalu bersemangat untuk menjalani hari. Sekelebat ingatan di apartment Sada tadi kembali membayang. Sada kembali dari kamarnya dengan pakaian kasual yang biasa aku lihat, lalu menyuruhku metakkan Reo di atas pantry dapur. Ah iya, wanita cantik tadi juga sudah pergi setelah memakai pakaian yang lebih layak sembari menenteng clutch yang aku tahu harganya sangat fantastis. “Cantik banget. Kamu selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik, ya? Enak banget kalau kaya dan good looking.” Detik berikutnya aku tersadar apa yang aku ucapkan tampaknya telah menyinggung perasaan Sada. Dia menatapku

  • CAT-CH ME!   Part 1. Sial

    Tiga jam aku menunggu di ruangan bernuansa coklat ini bersama beberapa orang lainnya. Aku memeriksa tiap sudut ruangan, ada AC dimana-mana, tapi keringatku tak berhenti mengucur. Ini pertama kalinya aku dipanggil wawancara dan aku tak mengira rasanya akan sama mendebarkan seperti akan ujian nasional. Perasaanku saja atau memang sejak tadi beberapa pelamar silih berganti memperhatikan aku? Memang ada yang salah? "Kanaya." Debaran jantungku semakin jadi saat namaku dipanggil. Ini giliranku untuk wawancara. Semoga lancar, Aamiin. Ketika aku memasuki ruangan interview, pandangan beberapa orang di balik meja juga sama menelisiknya seperti pandangan para pesaingku di luar tadi. Astaga, aku semakin gugup. Setelah aku duduk, pertanyaan pertama yang diajukan adalah, "kamu sudah baca semua persyaratannya?" Aku mengangguk patah-patah. "Sudah semua?" "Sudah, pak." Seorang wanita berkaca mata mencondongkan tubuhnya dan melih

  • CAT-CH ME!   Part 2. Cats and Wibu

    "Mana uang kos lo? Gue nggak ada waktu lama-lama di sini. Urusan gue banyak."Aku menelan ludah gugup "uangnya belum ada, Mas."Dia bersedekap dan menghembuskan nafas panjang, "yaudah kalau gitu lo keluarin bar-"Meoww~~Demi eyeliner firaun! Kenapa Mochi keluar dan ndusel-ndusel kakiku disaat genting seperti ini? Oh lihat matanya yang bulat dan sarat akan permohonan itu. Aku baru ingat aku belum memberi dia makan sejak tadi pagi. Terlalu galau membuat aku melupakan teman kecilku ini.Aku sedikit menunduk dan berbisik padanya "Mochi, jangan minta makan dulu deh. Ini kita lagi terancam terusir nih.”"Itu kucing lo?" Tanya si juragan kos."Iya.""Hmm" dia memperhatikan Mochi dengan seksama "kelihatan terawat dan sehat. Untuk ukuran kucing kampung, kucing lo udah bagus banget."Aku melotot tidak percaya. Setelah body shamming sekarang dia rasis terhadap kucing.Ini benar-benar tidak b

  • CAT-CH ME!   Part 3. Chef

    Sambil mengiris wortel sesekali aku memperhatikan Sada yang sangat gesit memasak dengan alat masak yang sangat-sangat seadanya. Dia tampak lihai dan akrab dengan kegiatan ini, yang membuat aku paling tercengang adalah aksinya menggiling cabai secara manual, alias diuleg sendiri. Beberapa menit yang lalu Mas Lukman datang dengan sekantong plastik penuh bahan masakan. Sepertinya Sada meminta pria itu membawa semua bahan masakan di rumahnya, lengkap dengan ulekan cabai. Jadilah dia chef dadakan di dapurku yang sangat minimalis. Katanya dia akan memasak sop ayam. Tapi sejujurnya, aku sanksi dengan rasa masakannya. Terlihat lihai belum tentu hasilnya enak, 'kan? "Gue nggak percaya lo cuma punya wajan, panci, spatula, dan cutter karatan." "Masih mending dari pada nggak ada." "Gue juga nggak percaya lo masih bisa bertahan hidup dengan kemampuan masak nol besar kayak gini. Masak itu adalah basic skill buat survive."

  • CAT-CH ME!   Part 4. Lucky

    Aku sedang menjemur Mochi dan Reo di luar saat Ranti datang menghampiriku. Dia datang dengan wajah tertekuk lalu menatapku dengan puppy eyes andalannya. Oh tidak bisa. Aku tidak akan luluh lagi dengan mata bulat yang cantik itu."Keykey, kok kamu marahnya lama banget?""Nggak usah panggil aku pakai nama itu deh Ran. Geli aku dengarnya.""Iya aku nggak akan panggil kamu gitu lagi asal kamu maafin aku, ya?""Nggak.""Ayo dong. Aku beneran nyesel, nggak akan aku ulangi. Janji.""Ya memang nggak seharusnya kamu ngulang perbuatan itu. Baik ke aku atau ke siapa pun.""Aku harus lakuin apa biar kamu maafin aku?""Nggak tau. Aku lagi males mikir, lagi pengen sendiri."Mata bulat yang penuh permohonan tadi berubah menjadi delikan tajam. Kan sudah kuduga raut sedih tadi hanya kepura-puraan agar aku luluh."Tega banget sih kamu ngusir aku lagi. Nggak, kali ini aku nggak bakal pergi sampai kamu maafin aku. Aku udah b

  • CAT-CH ME!   Part 5. Lucky 2

    Setelah selesai buang air kecil, aku bercermin untuk melihat penampilanku. Ewh aku sangat terganggu melihat minyak di wajahku ini. Aku menghidupkan air kran dan membasuh wajah dan memoles liptint kembali. Setidaknya ini akan sedikit membantu penampilanku agar tak terlihat terlalu lusuh. "Mbak, majikannya baik banget ya." Aku menoleh ke kiri, melihat ke arah seorang perempuan remaja yang aku perkirakan baru lulus SMA. Dia terseyum ramah padaku. "Maksudnya gimana?" Tanyaku tak paham. "Aku lihat mbak tadi makan sama majikan mbak. Aku kesini juga sama majikan aku, dia artis, tapi baik banget. Asik ya mbak punya majikan baik, ditraktir makan yang enak-enak terus." "Hah?" "Sesekali coba ikut majikannya perawatan deh mbak. Aku udah dua kali dibawa ke salon, jadinya wajah aku jadi lebih bersih dan sehat gini. Walaupun kita nggak cantik dan nggak putih, tapi kalau wajah terawat jadi lebih mendingan. Terus coba upgr

  • CAT-CH ME!   Part 6. Kejutan!

    Sesuai arahan Sada, aku pergi ke alamat yang dia kirim pada siang hari ini. Ternyata dia mengirim aku ke salah satu restoran terbaik di kota ini, yang seumur hidup aku tak pernah membayangkan akan masuk ke dalamnya. Delizio, adalah salah satu restoran bintang lima yang sering kali dikunjungi atau di-review oleh artis maupun foodvloger ternama. Tampilan luarnya saja sudah menjanjikan kemewahan, kenikmatan, dan tentu saja kemahalan untuk kantongku yang tidak pernah sehat ini.Akan bekerja sebagai apa aku disini? Tukang cuci piring kah? Atau tukang bersih-bersih?Aku mematut tampilan diriku di depan jendela restoran ini yang sangat berkilau dan bebas debu. Jika dilihat dari penampilanku, diterima sebagai petugas bersih-bersih saja rasanya sudah sangat bersyukur.Omong-omong dari mana Sada punya link untuk memasukkan aku ke restoran ini ya? Memang siapa Juna Juna itu? Sedekat apa mereka? Kalau aku benar-benar bisa diterima disini karena re

  • CAT-CH ME!   Part 7. Wild

    Alarm sialan yang lupa aku non-aktifkan mengacaukan rencana leha-lehaku hari ini. Karena bunyinya yang sangat berisik, aku jadi tidak bisa tidur lagi. Mungkin memang sudah seharusnya aku bangun, karena sekarang sudah hampir jam sebelas. Setelah peregangan sebentar, aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tanpa mandi. Mandi hanya dilakukan jika kita banyak mengeluarkan keringat dan lama beraktivitas diluar ruangan. Keluar dari kamar mandi, aku melihat Mochi yang menghapiriku sambil mengeong tak jelas. "Kamu kenapa? Udah laper ya?" Aku mengikuti Mochi yang berlari ke tempat tidurnya dan menemukan Reo yang masih bergelung di dalam kandang. Makanan dan minum yang aku berikan tadi malam tampak tak tersentuh sama sekali. Ini aneh. Biasanya makanan Reo akan habis atau tersisa sedikit, tapi ini makanannya seperti benar-benar tak tersentuh. Aku jongkok di depan kandang Reo dan mencoba mengelusnya. Tubuhhya terasa sangat l

Bab terbaru

  • CAT-CH ME!   Part 17. Selamat Datang Patah Hati

    Aku berangkat ke Delizio dengan kereta yang sepagi ini saja sudah penuh sesak dengan orang-orang yang masih harus berkegiatan di akhir pekan seperti aku ini. Sesaknya membuat tak nyaman, seperti kondisi hatiku saat ini. Kenapa ya? Setelah pulang dari apartment Sada aku merasakan sesuatu yang mengganjal, rasanya aku jadi tidak terlalu bersemangat untuk menjalani hari. Sekelebat ingatan di apartment Sada tadi kembali membayang. Sada kembali dari kamarnya dengan pakaian kasual yang biasa aku lihat, lalu menyuruhku metakkan Reo di atas pantry dapur. Ah iya, wanita cantik tadi juga sudah pergi setelah memakai pakaian yang lebih layak sembari menenteng clutch yang aku tahu harganya sangat fantastis. “Cantik banget. Kamu selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik, ya? Enak banget kalau kaya dan good looking.” Detik berikutnya aku tersadar apa yang aku ucapkan tampaknya telah menyinggung perasaan Sada. Dia menatapku

  • CAT-CH ME!   Part 16. Pesan

    Kanaya Aku boleh numpang makanan di kulkasnya Reo nggak? Ternyata tak butuh waktu lama untuk Sada membalas pesanku. Kelihatannya dia sedang sangat santai. Arab KW Tinggal masukin aja ribet banget lo Pake nanya segala Wah, sepertinya Sada sedang kerasukan malaikat. Momen langka ini harus aku manfaatkan sebaik mungkin. Kanaya Okayyy. Terima kasiihh ^_^ Arab KW Besok-besok nggak usah tanya hal gak penting kek gini lagi lah Gue sibuk Paling males gue ditanyain hal-hal nggak penting gini Sekarang setannya sudah mengambil alih. Manusia satu ini benar-benar aneh bin ajaib, sangat sulit untuk ditebak. Sering kali aku berpikir mungkin Sada ini berkepribadian ganda karena mood-nya sering berubah-ubah dalam hitungan menit. Tersera

  • CAT-CH ME!   Part 15. Gossip!

    Salah satu bagian yang paling aku suka ketika bekerja di dapur pastry ini adalah saat indera penciumanku dipenuhi oleh aroma berbagai macam bahan yang meninggalkan kesan manis. Ini juga yang mendorongku untuk semangat berangkat bekerja setiap harinya. Rasanya aku bekerja sembari mempelajari banyak hal baru, seperti hari ini kami membuat menu baru yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu Danish pastry. Jika saja aku tidak ditugaskan sebagai helper di bagian dekorasi, pasti aku sudah berkeliling untuk melihat proses pembuatan bagian-bagian yang lain. “Nay, tolong ambilin blueberry, rasberry, sama apricot dong,” seru mbak Nana –senior bagian dekorasi – yang sedang sibuk dengan sesuatu. “Okay, mbak.” Aku berjalan menuju food storage dengan langkah semangat. Salah satu bagian yang paling aku suka dari dapur ini adalah bagian storage-nya. Disana tersedia sangat banyak bahan-bahan makanan dan minuman yang segar dengan kualitas terbaik.

  • CAT-CH ME!   Part 14. Sad but Happy

    Karena memang bodoh dan sudah terlanjur panik, aku memungut patahan statue di lantai dan mencoba merekatkannya kembali, yang sudah jelas-jelas tidak akan bisa. "Ya ampun, kok bisa jadi patah gitu sih?!" Hardik si pramuniaga yang berdiri di depanku. Dalam posisi jongkok, si bodoh Naya ini masih terus mencoba menyatukan statue yang patah itu. "Maaf mbak, tadi saya nggak sengaja nyenggol." "Makanya mbak, kalau nggak punya uang tuh nggak usah masuk ke sini. Nggak usah pegang-pegang kalau memang nggak mampu beli. Sekarang liat, jadi rusak gitu barangnya. Emang mbak bisa ganti?" "Iya mbak, maaf." Pelasku, masih memegang statue yang patah dengan tangan yang mulai bergetar dan dingin. Walaupun jongkok, tapi aku sadar beberapa pengunjung mulai memperhatikan kami. Rasanya malu sekali. Mataku juga mulai panas dan berair. Aku terkejut saat lengan atasku tiba-tiba ditarik hingga aku bangkit dari lantai. "Dia datan

  • CAT-CH ME!   Part 13. Mini Paradise

    Hari ini aku mendapat shift pagi, jadi seharusnya di waktu sore begini aku sudah bisa bersantai-santai di kos sambil mengerjakan beberapa proyek terjemah. Yap, seharusnya. Tapi kenyataan berkata lain. Pukul setengah lima sore, aku harus buru-buru mandi lalu berdesakan dengan orang-orang dalam angkutan umum hanya demi menemui the big boss Sada di sebuah pusat perbelanjaan. Aku tidak tahu kenapa dia selalu bisa mengacaukan rencana indahku di kos. Aku curiga dia memasang semacam alat penyadap untukku sehingga dia bisa tahu kapan waktu aku ingin bersantai, lalu dia bisa mengacaukan rencanaku dengan mudahnya. Sampai di pusat perbelanjaan yang dia maksud, aku mencari-cari toko tempat Sada menyuruhku menemuinya. Ini baru kedua kalinya aku masuk kesini, jadi tentu saja aku tidak hapal seluk beluk bangunan ini, yang mana pasti membuat aku kesulitan menemui Sada di tempat sebesar ini. Dari pada repot, lebih baik aku telfon saja dia. Baru didering pertama, pang

  • CAT-CH ME!   Part 12. Insecurity

    Setelah Ranti memergoki posisiku yang sangat tidak biasa –alias di atas perut Sada– pria itu pergi begitu saja dari kosku dengan seringai jahil di bibirnya yang tak pernah hilang bahkan sampai dia menutup pintu, meninggalkan aku bersama tatapan Ranti yang mengandung sejuta tanya dan tentu saja beragam spekulasi yang dia ciptakan sendiri. Aku tahu setelah ini aku akan memasuki tahap introgasi ala Ranti yang lebih ditail dan memusingkan dibandingkan ketika sesi tanya jawab saat sidang skripsi. “Langsung aja ya, Kay,” Ranti menarik nafas dramatis, welcome back our drama queen, “sejak kapan kamu punya simpanan singa arab begitu tapi nggak pernah kasih tau aku?” Pfftt Ranti dan pilihan katanya. Singa arab? Yah, kalau dipikir-pikir Sada memang bisa saja menjadi singa yang siap mencabik mangsanya jika dia benar-benar murka. Tidak salah sih, tapi tidak benar juga. “Pertama-tama, yang perlu kamu tahu adalah dia bukan simpananku,” terangku pada Ranti.

  • CAT-CH ME!   Part 11. Ups!

    “Lo dimana?” adalah pertanyaan Sada saat pertama kali aku menangkat telfon. “Di kos.” “Gue kesana sekarang.” “Mau ngapain?” Tut. Aish! Kenapa sih dia suka sekali mematikan panggilan secara sepihak? Membuat jengkel saja. Aku berjalan gontai ke kamar mandi lalu mulai mencuci muka dan gosok gigi. Setelahnya aku pergi ke dapur miniku dan melihat ke dalam ricecooker, oh syukurlah nasinya masih cukup untuk sarapan pagi ini. Saatnya memberikan majikanku makan lalu membuat makananku sendiri. Saat akan menggoreng telur, Sada menggedor pintu kosku dengan tidak manusiawi. Oh tentu saja itu dia, memang siapa lagi yang menggedor pintu seperti sedang membangunkan orang sahur begitu? Hanya Sada orangnya. Biarlah, toh jika pintu kosku jebol, dia juga yang akan mengganti. “Kenapa sih tiap gedor pintu tuh nggak pernah santai?” tanyaku saat membukakan pintu. “Gue kira lo masih tidur, atau nggak lagi deng

  • CAT-CH ME!   Part 10. Family

    “Mbak ada uang nggak buat bayar SPP aku? Minggu depan aku UAS, kalau nggak melunasi SPP nggak bisa ikut ujian.” Aku meremas celana kulotku dengan jemari yang tiba-tiba mendingin. Kepalaku juga seketika pening. Aku melirik Mas Mahen sekilas, berharap speaker hp kentangku ini tidak mengelurkan suara terlalu keras hingga Mas Mahen tidak bisa mendengar percakapan barusan. Aku menjawab pertanyaan Fabian, adikku, dengan sedikit berbisik. “Nanti mbak telfon lagi kalau udah di kos ya. Mbak tutup dulu telfonnya.” Tanpa menunggu balasan dari Fabian, aku mengakhiri panggilan. Kenapa harus saat ini? Kenapa harus di tengah malam yang hening, di dalam mobil yang pengemudinya adalah Mas Mahen? Aku akan benar-benar merasa tak enak dan canggung jika Mas Mahen mendengar semuanya. Entah sudah berapa kali aku melirik Mas Mahen, sembari merapal doa semoga saja dia tidak mendengar. “Kos kamu yang mana Nay?” “H-hah?” “Kos kamu sebel

  • CAT-CH ME!   Part 9. Dulu dan Sekarang

    Kesan pertamaku bekerja di Delizio adalah lelah tapi sangat menyenangkan! Aku tidak pernah membayangkan bahwa membuat pastry akan semenyenangkan itu, ditambah dari tekanan yang tak biasa saat pengunjung ramai, rasanya aku benar-benar bekerja. Ada perasaan yang membuncah saat semua terselesaikan dengan baik. Yah, walaupun aku tidak membantu banyak dan tidak membuat bahan-bahan inti untuk dekorasi, tapi aku senang bisa membantu rekan-rekan di decorateur. Sebagai anak baru, aku ditempatkan di bagian apprentie atau yang biasa dikenal dengan cook helper.Di hari pertama saja, aku sudah mendapat begitu banyak ilmu tentang pastry. Walau pekerjaanku cukup ringan; mengupas, membersihkan, memotong, mengiris, ataupun menghaluskan, tapi bonusnya aku bisa mengintip cara para decorateur membuat berbagai macam créme atapun karamel. Seperti tadi, mereka membuat créme d'amandes. Oh, jangan tanya aku bagaimana cara menyebutnya

DMCA.com Protection Status