"Ayo, Sayang. Katakan saja yang sejujurnya. Kamu jangan takut sama Erlan." ucap Mami Anisa lagi. "Duh ... kok malah menjadi runyam begini, sih?" tutur Mitha dalam hatinya. Sementara Erlan mulai harap-harap cemas. Dia sedikit gentar, jika Mitha akan berkata apa yang sebenarnya terjadi. Setelah lama terdiam, akhirnya Mitha pun angkat bicara, "Mami, Oma. Aku ganti baju karena baju yang sebelumnya aku pakai sudah agak kotor." ucap Mitha mencoba menjelaskan kepada keduanya. "Hah? Kotor? Tapi, kok bisa kotor?" tanya kedua ibu itu, secara bergantian. "Begini ceritanya, Mi, Oma. Sembari menunggu hujan reda. Aku memakai dapur di apartemen Mas Erlan. Aku memasak makan malam untuk kami. Di saat aku mencuci piring. Baju ku kecipratan air. Ma ... maaf." tuturnya sambil menundukkan kepalanya. Mitha merasa sangat bersalah saat ini, karena telah membohongi Mami Anisa dan Oma Rini. Padahal yang sebenarnya terjadi, Erlan lah yang menyuruhnya untuk mengganti bajunya gara-gara insiden memeluk Jord
"Beres, Tuan Muda! Rahasia selalu aman di tangan Bibik!" ucapnya meyakinkan, Arjuna."Baiklah, Bik. Saya pergi dulu." pamitnya."Siap, Tuan Muda!" Bik Mina pun kembali menutup pintu rumah setelah Arjuna pergi.Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya, Arjuna pun sampai juga ke markas rahasia itu.Dia segera mengatur koordinasi kepada para anak buahnya untuk mengawal Erlan mulai esok hari."Kalian harus melakukan pengawalan ketat. Tidak boleh ada yang kecolongan! Kak Erlan, harus selalu terhindar dari masalah apa pun itu, insidennya. Apakah kalian mengerti?" tanyanya, kepada para anak buahnya."Siap, Bos!" sahut mereka serentak.Arjuna juga tak lupa membentuk tim khusus untuk pengamanan pernikahan Erlan dan Mitha yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Dia lalu membacakan nama-nama yang ikut dalam tim pengamanan itu."Kalian yang saya sebut namanya barusan adalah anggota dari tim khusus untuk pengamanan di hari H. Saya harapkan Anda semua memberi dedikasi tertinggi
"Ada apa ini, kok pagi-pagi sudah pada ribut?" Tiba-tiba saja, Mami Anisa juga muncul di dapur."Lho, Mitha. Kamu ngapain di dapur?" tanyanya kepada, sang calon menantu."Ma ... maaf, Mami." ucap Mitha, seraya menundukkan kepalanya.Lalu Nyonya Anisa melihat jika Bik Mina, asisten rumah tangga kepercayaan keluarganya, sedang menangis."Ada apa ini sebenarnya? Bik Mina, Anda kenapa menangis?" tanyanya, semakin bingung.Lalu dia pun melihat wajah Arjuna yang menatap tajam ke arah Bik Mina."Juna, tolong jelaskan kepada Aunty, ada apa ini?" tukasnya kepada sang keponakan.Arjuna pun mulai menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tanpa ada satu pun yang dirinya tutup-tutupi.Bik Mina semakin deras menitikkan air matanya mendengar semua perkataan Arjuna yang terus saja menyudutkannya."Bik Mina. Lain kali Anda jangan telat bangun. Jika Oma mengetahui salah satu dari anggota keluarga Levin masih mengurusi hal-hal yang terkait dengan urusan dapur. Beliau pasti akan marah besar. Saya har
"Ayo lanjutkan menyuapiku, Sayang, dan masukkan juga nasi ke dalam mulutmu, di sendok yang sama." serunya lalu membelai lembut pucuk kepala Mitha. Sengaja memanas-manasi Arjuna.Sementara Arjuna terlihat mengepalkan tangannya melihat ke arah Erlan. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa."Wah-wah, so sweet-nya kalian berdua." tukas Oma Rini, kepada keduanya. "Iya dong, Oma. Harus itu. Oma kan pingin cepat punya cicit. Jadi kami harus terlihat mesra. Apa lagi di atas ranjang! Very hot!" Omongan Erlan yang ceplas-ceplos itu membuat Mitha semakin malu."Enak saja, kamu. Main ranjang-ranjangan! Tunggu kalian resmi menikah dulu." Kali ini Opa Robi yang angkat bicara menegur, cucunya.Lalu Papi Fred pun berkata,"Mi, sepertinya Bik Mina semakin jago memasak. Papi sangat menyukai rasa nasi goreng pagi ini.""Opa, juga.""Sama, Oma juga! Semua bumbunya terasa pas di lidah. Sungguh sangat nikmat." puji Oma Rini."Mi, jika nasi gorengnya masih ada lagi, tolong masukkan ke dalam kotak makan. Pap
"Baik, Mami." jawab Mitha lalu melangkah ke garasi yang berada di samping rumah megah itu.Dengan polosnya, Mitha menemui Erlan di garasi. Dia tidak tahu saja, jika sang predator sedang menunggu mangsanya dari tadi."Lama banget sih, dia! Keburu Si Dio datang, kalau begini mah!" gerutunya, dalam hati. Namun senyumnya mulai melebar di bibirnya saat melihat dari kejauhan, jika Mitha sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan membawa satu kotak bekal makan siang untungnya.Gadis itu semakin dekat dengan mobil. Dengan cepat, Erlan membuka pintu mobil dari dalam.Mitha sampai juga di tempat di mana Erlan berada saat ini. Dia melihat jika pria itu sedang membuka pintu mobil. Mitha pun segera berkata,"Mas, aku membawa bekal makan siang untuk mu. Di mana aku meletakkannya ya, Mas?" ucapnya kepada calon suaminya."Tarok di sini," ucap Erlan. Lalu menepuk-nepuk kursi penumpang yang berada di dekatnya.Dengan polosnya, Mitha pun meletakkan kotak bekal itu di samping Erlan. Sehingga setengah d
"Jangan sampai aku menjemput paksa dirimu, untuk masuk ke dalam mobil, Mitha! Aku jamin aku tidak akan melepasmu, setelah itu." ucap Erlan semakin menakut-nakuti calon istrinya."Duh, kenapa lagi sih, dia? Memang deh, namanya cocok dipanggil raja hutan. Karena dia memang sangat buas dan mesum banget. Aku ... aku harus bagaimana? Seseorang tolong aku!" jerit Mitha dalam hatinya.Beruntungnya, Dewi Fortuna memang sedang berpihak kepada Mitha. Tak berapa lama Asisten Dio sedang berjalan menuju garasi.Melihat sang asisten datang menuju kepadanya, Erlan seketika menggerutu,"Dasar jomlo karatan! Selalu saja mengganggu! Datang tidak pada waktu yang tepat, bikin gue senewen aja!" geram Erlan dari dalam hati."Woi ... perjaka letoy, Lo ngapain cepat banget balik ke sini?" hardik Erlan dari dalam mobil."Ya ampun, Bos. Tadi kan Anda bilang, dua puluh menit. Saya tepat waktu kembalinya." jawab Dio sambil melangkah lebih dekat menuju mobil.Melihat Asisten Dio yang berjalan ke arah mereka. Mem
Erlan lalu masuk ke dalam mobil dan membanting pintu dengan keras."Sialan! Jadi benar dugaanku! Arjuna juga menyukai Mitha! Ini tidak bisa dibiarkan!" serunya marah dalam hatinya."Yes! Akhirnya aku selamat dari terkaman Si Raja Hutan." ucap Dio sambil menghapus air matanya."Untung saja, Bos Erlan tidak jadi melayangkan bogem mentahnya. Yang ada, pasti wajahku pada bonyok semua!" sedihnya tak tertahankan."Aku harus cepat-cepat melupakan perasaanku yang salah ini, terhadap Nona Mitha." tekad Dio dalam hatinya.Dia pun kembali masuk ke dalam mobil. "Bos, kita berangkat sekarang?" tanyanya kepada sang atasan."Nggak! Kita menginap saja, di sini!""Hah? Maksudnya apa, Bos?" tutur Dio tak mengerti."Jalankan mobilnya, telmi!" umpatnya."Siap, Bos! Laksanakan." Dio pun mulai melajukan mobil menuju ke kantor.Sementara Erlan sedang berpikir keras bagaimana caranya, agar dapat membatasi Mitha untuk berinteraksi dengan Arjuna. Walaupun dia merasa itu sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena
"Tuan Muda, Anda sudah sadar?" tanya Dio, sedikit khawatir. "Jawab yang gue tanya, Dio!" hardik Erlan."Maaf Tuan Muda, atas perintah Tuan Arjuna, Anda harus kembali ke Kediaman Levin.""Apa? Lo sudah gila kah? Lo kan tahu, pagi ini ada gue meeting penting? Putar balik!" perintah Erlan, kepada sopir itu.Namun sang sopir tidak menggubris perkataan Erlan. Dengan santainya, dia terus melajukan mobil menuju ke Kediaman Levin. Karena atasannya adalah Arjuna. Dia hanya mengikuti perintah darinya saja."Dio! Suruh orang itu putar balik!" sergah Erlan marah.Dia sedikit meringis sakit karena rahangnya yang terluka."Aduh ..." keluhnya."Makanya, jadi orang itu, jangan ngeyel!" tutur Arjuna yang dari tadi berdiam diri."Hei! Siapa Lo ngatur-ngatur, gue?" Erlan malah semakin protes."Dio! Lo dengar nggak yang gue katakan?""I ... iya, Bos. Saya mendengarnya, kok. Hanya saja, yang berkuasa saat ini adalah Tuan Arjuna. Saya mah, ngikut saja, Bos." tukasnya, lagi."Kurang ajar! Arjuna, kok jadi L