Hujan masih saja turun, bahkan semakin deras. Mitha pun menyelimuti Erlan yang sedang tertidur. Lalu dia pun keluar dari kamar itu.Mitha kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tv. Dia lalu melirik jam di dinding apartemen itu.Waktu telah menunjukkan pukul enam sore."Sebentar lagi, waktu makan malam. Apa yang harus aku lakukan? Kami berdua bisa kelaparan. Jika hujan tidak berhenti juga." pikirnya, dalam hati.Mitha pun melangkah menuju dapur dan melihat jika ada sesuatu yang bisa dimasak di sana.Dia pun membuka kulkas dan melihat jika ada beberapa bahan makanan di dalamnya. Seketika Mitha heran kok bisa ada banyak bahan makanan di dalam kulkas ini.Dia tidak tahu saja, jika Dio yang menyediakan semuanya. Selama ini, selain menjadi asisten pribadi Erlan, Dio juga merangkap sebagai chef pribadi, atasannya.Dio lah yang selama ini mengurusi semua perlengkapan Erlan. Bahkan sampai urusan perut sang bos, juga dia yang mengurusinya.Mitha lalu mengeluarkan semua bahan makanan itu dar
Perut Erlan terasa begah, karena kekenyangan makan semua masakan Mitha. "Boleh juga Lo, masaknya!" pujinya tiba-tiba, kepada gadis itu. "Te ... terima kasih, Mas." Mitha menjadi senang, karena calon suaminya itu memuji hasil masakannya. "Nah dengar kan, baik-baik. Aku punya tugas khusus untukmu!" "I ... iya, Mas. Apa itu? Sebisa mungkin aku akan melakukannya, jika aku bisa." Sahut Mitha lagi. "Enak saja! Tidak boleh ada penolakan! Lo harus bisa menyanggupinya. Katakan dulu jika kamu bisa melakukannya." tukas Erlan setengah memaksa. Mitha terdiam sejenak dan tidak tahu harus berkata apa kepada Erlan. Dia benar-benar bingung. Maksud dari perkataan pria itu kepadanya. "Hei! Kamu kok malah diam? Bisa nggak, kamu?" "Ta ... tapi, kamu menyuruhku melakukan apa dulu, Mas? Aku juga perlu tahu." serunya, sedikit curiga. Mitha takut jika Erlan memintanya melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan ranjang. Tentu saja Mitha sudah tidak mau melakukannya, sebelum mereka resmi menikah
"Ba ... baik lah, Mas. Aku akan memasak dan mempersiapkan semuanya untukmu. Ta ... tapi tolong, ka-mu jangan menunjukkan lagi aura permusuhan kepada ku." lirih Mitha penuh harap."Hei! Memangnya Lo siapa, ngatur-ngatur gue?" sindir Erlan keras."Aku ... aku ...." ucapnya, terbata. Mitha takut mengatakan apa pun saat ini.Dia sadar sendiri jika dirinya memang tidak berarti apa-apa untuk calon suaminya. Untuk itu, Mitha memilih diam."Kenapa? Lo kok malah diam? Cih!" sindir Erlan."Asal Lo tahu, ya! Lo itu sama sekali tidak ada artinya bagi gue, dan stop berharap lebih!" ketusnya lagi.Seketika hati Mitha sangat terluka mendengar perkataan pria yang sebentar lagi menjadi suaminya itu."I ... iya, Mas. Aku tahu kok. Aku memang tidak memiliki arti apa-apa kepadamu. Aku sadar kok.""Bagus, kalau Lo sadar! Jadi gue nggak perlu capek-capek lagi menjelaskannya kepadamu." ketusnya.Sebenarnya Erlan masih kesal kepada Mitha. Karena dirinya masih terbayang-bayang saat gadis itu berpelukan denga
"Ayo, Sayang. Katakan saja yang sejujurnya. Kamu jangan takut sama Erlan." ucap Mami Anisa lagi. "Duh ... kok malah menjadi runyam begini, sih?" tutur Mitha dalam hatinya. Sementara Erlan mulai harap-harap cemas. Dia sedikit gentar, jika Mitha akan berkata apa yang sebenarnya terjadi. Setelah lama terdiam, akhirnya Mitha pun angkat bicara, "Mami, Oma. Aku ganti baju karena baju yang sebelumnya aku pakai sudah agak kotor." ucap Mitha mencoba menjelaskan kepada keduanya. "Hah? Kotor? Tapi, kok bisa kotor?" tanya kedua ibu itu, secara bergantian. "Begini ceritanya, Mi, Oma. Sembari menunggu hujan reda. Aku memakai dapur di apartemen Mas Erlan. Aku memasak makan malam untuk kami. Di saat aku mencuci piring. Baju ku kecipratan air. Ma ... maaf." tuturnya sambil menundukkan kepalanya. Mitha merasa sangat bersalah saat ini, karena telah membohongi Mami Anisa dan Oma Rini. Padahal yang sebenarnya terjadi, Erlan lah yang menyuruhnya untuk mengganti bajunya gara-gara insiden memeluk Jord
"Beres, Tuan Muda! Rahasia selalu aman di tangan Bibik!" ucapnya meyakinkan, Arjuna."Baiklah, Bik. Saya pergi dulu." pamitnya."Siap, Tuan Muda!" Bik Mina pun kembali menutup pintu rumah setelah Arjuna pergi.Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan, akhirnya, Arjuna pun sampai juga ke markas rahasia itu.Dia segera mengatur koordinasi kepada para anak buahnya untuk mengawal Erlan mulai esok hari."Kalian harus melakukan pengawalan ketat. Tidak boleh ada yang kecolongan! Kak Erlan, harus selalu terhindar dari masalah apa pun itu, insidennya. Apakah kalian mengerti?" tanyanya, kepada para anak buahnya."Siap, Bos!" sahut mereka serentak.Arjuna juga tak lupa membentuk tim khusus untuk pengamanan pernikahan Erlan dan Mitha yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Dia lalu membacakan nama-nama yang ikut dalam tim pengamanan itu."Kalian yang saya sebut namanya barusan adalah anggota dari tim khusus untuk pengamanan di hari H. Saya harapkan Anda semua memberi dedikasi tertinggi
"Ada apa ini, kok pagi-pagi sudah pada ribut?" Tiba-tiba saja, Mami Anisa juga muncul di dapur."Lho, Mitha. Kamu ngapain di dapur?" tanyanya kepada, sang calon menantu."Ma ... maaf, Mami." ucap Mitha, seraya menundukkan kepalanya.Lalu Nyonya Anisa melihat jika Bik Mina, asisten rumah tangga kepercayaan keluarganya, sedang menangis."Ada apa ini sebenarnya? Bik Mina, Anda kenapa menangis?" tanyanya, semakin bingung.Lalu dia pun melihat wajah Arjuna yang menatap tajam ke arah Bik Mina."Juna, tolong jelaskan kepada Aunty, ada apa ini?" tukasnya kepada sang keponakan.Arjuna pun mulai menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tanpa ada satu pun yang dirinya tutup-tutupi.Bik Mina semakin deras menitikkan air matanya mendengar semua perkataan Arjuna yang terus saja menyudutkannya."Bik Mina. Lain kali Anda jangan telat bangun. Jika Oma mengetahui salah satu dari anggota keluarga Levin masih mengurusi hal-hal yang terkait dengan urusan dapur. Beliau pasti akan marah besar. Saya har
"Ayo lanjutkan menyuapiku, Sayang, dan masukkan juga nasi ke dalam mulutmu, di sendok yang sama." serunya lalu membelai lembut pucuk kepala Mitha. Sengaja memanas-manasi Arjuna.Sementara Arjuna terlihat mengepalkan tangannya melihat ke arah Erlan. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa."Wah-wah, so sweet-nya kalian berdua." tukas Oma Rini, kepada keduanya. "Iya dong, Oma. Harus itu. Oma kan pingin cepat punya cicit. Jadi kami harus terlihat mesra. Apa lagi di atas ranjang! Very hot!" Omongan Erlan yang ceplas-ceplos itu membuat Mitha semakin malu."Enak saja, kamu. Main ranjang-ranjangan! Tunggu kalian resmi menikah dulu." Kali ini Opa Robi yang angkat bicara menegur, cucunya.Lalu Papi Fred pun berkata,"Mi, sepertinya Bik Mina semakin jago memasak. Papi sangat menyukai rasa nasi goreng pagi ini.""Opa, juga.""Sama, Oma juga! Semua bumbunya terasa pas di lidah. Sungguh sangat nikmat." puji Oma Rini."Mi, jika nasi gorengnya masih ada lagi, tolong masukkan ke dalam kotak makan. Pap
"Baik, Mami." jawab Mitha lalu melangkah ke garasi yang berada di samping rumah megah itu.Dengan polosnya, Mitha menemui Erlan di garasi. Dia tidak tahu saja, jika sang predator sedang menunggu mangsanya dari tadi."Lama banget sih, dia! Keburu Si Dio datang, kalau begini mah!" gerutunya, dalam hati. Namun senyumnya mulai melebar di bibirnya saat melihat dari kejauhan, jika Mitha sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan membawa satu kotak bekal makan siang untungnya.Gadis itu semakin dekat dengan mobil. Dengan cepat, Erlan membuka pintu mobil dari dalam.Mitha sampai juga di tempat di mana Erlan berada saat ini. Dia melihat jika pria itu sedang membuka pintu mobil. Mitha pun segera berkata,"Mas, aku membawa bekal makan siang untuk mu. Di mana aku meletakkannya ya, Mas?" ucapnya kepada calon suaminya."Tarok di sini," ucap Erlan. Lalu menepuk-nepuk kursi penumpang yang berada di dekatnya.Dengan polosnya, Mitha pun meletakkan kotak bekal itu di samping Erlan. Sehingga setengah d