Siang itu, hujan turun dengan derasnya di desa tempat di mana Mitha dan keluarganya tinggal. Saat pulang dari mencari kayu bakar bersama Ayah Riski, Erlan, sang menantu menjadi basah kuyup. Mereka berjalan cepat, mencoba menghindari hujan, akan tetapi tak ada tempat berlindung di sepanjang jalan setapak yang mereka lalui. Sesampainya di rumah, keduanya seperti baru saja keluar dari sungai.Bunda Luna dan Mitha yang melihat kondisi mereka segera menyuruh keduanya untuk masuk dan mengganti pakaian. "Cepat ganti baju kalian! Jangan sampai sakit," seru Bunda Luna khawatir.Erlan yang biasa tinggal di kota merasa tubuhnya mulai menggigil karena dingin. "Iya, Bunda," jawabnya dengan suara bergetar. Pria itu segera menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.Malam harinya, tubuh Erlan mulai menunjukkan tanda-tanda demam. Dia merasa kepalanya berat dan suhu tubuhnya naik dengan cepat.Ketika Mitha masuk ke kamar untuk mengecek keadaannya, dia melihat wajah suaminya pucat dan berkeringat dingin
Setelah mendapatkan persetujuan dari istrinya. Erlan pun mulai melucuti pakaian Mitha satu persatu tanpa sehelai benangpun. Dengan berani sang istri juga melakukan hal yang sama mulai membuka kancing kemeja suaminya. Keduanya saling memandang. “Aku sangat mencintaimu, Mitha Alena!” tutur Erlan yang telah diliputi kabut hasrat yang semakin membara. “Aku juga sangat mencintaimu, Erlan Levin,” sahut Mitha.Lalu Erlan pun segera mengecup bibir istrinya yang sungguh begitu menggoda hatinya. Mitha juga ikut membalas pagutan bibir suaminya di atas bibirnya.Tangan Erlan tak tinggal diam mulai bergerak sana-sini menyentuh setiap area favoritnya di atas tubuh istrinya.Jari-jari Erlan yang lihai mulai menyentuh pucuk bukit kembar istrinya yang berwarna pink kecoklatan, secara bergantian. “Ah … Mas Erlan!” satu desahan lolos dari bibir Mitha yang mungil.Sementara lidah Erlan yang lihai mulai menjilati area wajah istrinya, telinga sampai ke leher. Sang pria bahkan sampai meninggalkan bebera
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan dari kampung halaman istrinya, akhirnya Erlan dan Mitha tiba di Jakarta. Mitha duduk di dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Jakarta, dengan segala kesibukannya, memang berbeda jauh dari tempat di mana mereka menghabiskan beberapa waktu terakhir. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Erlan tampak sangat tenang, bahkan lebih dari biasanya, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu."Kenapa kita lewat sini, Mas Erlan?" tanya Mitha dengan nada penasaran saat mobil mereka memasuki Kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kawasan ini terkenal dengan perumahan mewahnya yang klasik dan penuh kemegahan.Erlan hanya tersenyum misterius."Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu, Sayang!" jawabnya singkat.Mitha mencoba mengingat-ingat, akan tetapi tidak ada satupun yang terlintas di pikirannya. Hingga akhirnya, mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang besi yang megah. Rumah tersebut tampak sangat indah dengan gaya klasik, persis s
Mitha mengangguk dan sangat terharu.“Aku tahu, Mas. Aku juga sangat mencintaimu, lebih dari yang kamu bayangkan.Erlan tersenyum dan mulai mengecup leher istrinya, yang membuat Mitha merinding seketika karena sentuhan lembut itu.Tangan Erlan mulai bergerak perlahan. Menelusuri lekuk tubuh Mitha dengan penuh kasih. Mitha mendesah pelan menikmati setiap sentuhan dari suaminya.“Ah … Mas Erlan.” desahnya.Lalu Erlan terus mengecup leher dan juga pundak istrinya. Tangannya mulai bergerak meremas bukit kembar milik Mitha secara bergantian dari balik gaun malam itu.“Ohhh, sssssshhh!” desis Mitha merasakan nikmatnya sentuhan suaminya.Ciuman keduanya semakin dalam dan penuh hasrat membara. Perlahan, Erlan mulai membuka gaun istrinya. Napas sang suami semakin memburu melihat dua aset pribadi milik istrinya yang menjulang tinggi dan terasa pas di tangannya.Erlan sekejap mulai menenggelamkan bibirnya untuk menyentuh pucuk indah itu, mengulum dan menyedotnya sesuka hatinya.Sementara jari-ja
Setelah mendapatkan lampu hijau dari istrinya, Erlan pun segera melakukan awal penyerangan di tubuh sang istri.Pria itu mulai mencium dan melahap bibir istrinya dan menikmati manisnya. Mitha juga membalas ciuman dari suaminya walaupun masih terasa kaku.Tangan Erlan sudah tidak tinggal diam, mengelus sekujur tubuh istrinya. Bermain di dua gundukan Mitha yang menjulang tinggi dan terasa kenyal di kedua tangannya.Erlan juga membenamkan bibirnya di leher istrinya dan meninggalkan bekas merah yang banyak di sana.Tubuh Mitha sudah terlihat berantakan saat ini. Akibat ulah Erlan yang ganas. Lidah suaminya terus menjilati area favoritnya di tubuh Mitha.Pria itu pun turut membenamkan bibirnya di puncak gundukan Mitha yang sungguh indah, dan bermain lama dengan lidahnya. Hanya terdengar desahan dari bibir istrinya menahan geli dan hasrat yang semakin membuncah. "Ah ... Mas ... ah!" Tangan Mitha mulai sibuk menarik-narik rambut suaminya dan meremasnya kuat.Dia pun mendesis berkali-kali
Pagi yang cerah di Kota Los Angeles menyambut Erlan dan Mitha dengan sangat hangat. Sinar matahari mulai menyusup melalui tirai jendela di kamar suite mereka di hotel The Ritz-Carlton, yang membangunkan keduanya dari tidur nyenyak. Erlan terbangun terlebih dahulu, tersenyum melihat wajah damai Mitha yang masih tertidur. Pria itu perlahan bangun dan menuju kamar mandi untuk mengisi bathtub dengan air hangat."Mitha, bangun, Sayang. Ada kejutan kecil untukmu," ucap Erlan sambil membangunkan Mitha dengan lembut.Mitha membuka mata dan tersenyum lebar ketika melihat suaminya. "Apa itu, Mas Erlan?" tanyanya dengan suara yang masih mengantuk."Ayo, kita habiskan pagi ini dengan bersantai di bathtub," jawab Erlan sambil membimbing Mitha menuju kamar mandi.“Ih … nggak mau! Nanti Mas aneh-aneh lagi!” protes Mitha.“Ha-ha-ha. Nggak kok, Sayang. Aku janji. Kita hanya menghabiskan waktu berdua saja. I promise you, Baby!” sahut Erlan.“Ya sudah, kalau begitu aku mau. Ingat janjimu ya, Mas?” tut
Pagi berikutnya, sinar matahari yang cerah kembali membangunkan Erlan dan Mitha di kamar suite mewah mereka di The Ritz-Carlton Hotel. Mereka menikmati sarapan ringan di balkon kamar, dengan pemandangan Kota Los Angeles yang mulai sibuk di bawah sana."Sudah siap untuk petualangan hari ini, Sayang?" tanya Erlan sambil menyeruput kopi hangatnya."Tentu saja, Mas. Aku sungguh tidak sabar untuk melihat Napa Valley dan Big Sur," jawab Mitha dengan tersenyum lebar.“Okay, Cintaku!”Setelah sarapan, Mitha dan Erlan segera berkemas dan bersiap-siap untuk perjalanan panjang menuju Napa Valley. Keduanya menyewa mobil dan meninggalkan Los Angeles, menyusuri jalan bebas hambatan dengan pemandangan indah di sekitar mereka. Perjalanan keduanya diwarnai dengan obrolan ringan dan canda tawa, serta sesekali mobil mereka berhenti untuk menikmati pemandangan.Setelah beberapa jam berkendara, akhirnya Mitha dan Erlan tiba di Napa Valley, yang terkenal dengan kebun anggurnya yang luas dan pemandangan ya
Tengah malam di kabin kayu di Lake Tahoe terasa begitu tenang, dengan hanya suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan pinus di luar. Di dalam kabin, kehangatan dari perapian yang masih menyala menciptakan suasana nyaman dan tenang.Namun tiba-tiba saja Erlan terbangun, merasakan kehangatan tubuh Mitha yang sedang tidur di sebelahnya. Sebuah dorongan tiba-tiba muncul dalam dirinya, kerinduan untuk merasakan kedekatan yang lebih erat dengan istrinya.Erlan menatap wajah damai Mitha yang tertidur, rambutnya terurai di atas bantal. Dengan lembut, Erlan mengusap pipi Mitha, dan membangunkannya perlahan."Mitha, Sayang," bisiknya pelan di telinga istrinya.Mitha membuka matanya perlahan, mencoba mengatasi kantuknya. "Ada apa, Mas Erlan?" tanyanya dengan suara lembut, sedikit bingung karena suaminya tiba-tiba membangunkannya di tengah malam itu.Erlan tersenyum, menatap istrinya dengan penuh kasih."Aku merindukanmu, Sayang. Aku ingin kita menikmati malam ini bersama, dan lebih d