Home / Romansa / CALON MERTUAKU / Lelaki Malang

Share

Lelaki Malang

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2023-09-02 18:47:41

“Mbak tahu apa yang ada di dalam kepala kamu, Ham. Namanya juga lelaki,” ucapku meledeknya. Ilham hanya diam. Adegan romantis cenderung dewasa telah selesai diputar di film. “Tapi, Mbak nggak mau di sini,” ujarku lagi.

“Tapi saya nggak punya uang, Mbak.”

“Mbak nggak perlu bayaran. Kita cuman perlu satu malam bersama saja. Tapi bukannya khodam kamu nanti pergi atau mengganggu kamu, Ham.”

“Bisa diatur, Mbak. Habis gimana, saya penasaran dengan rasanya.” Jujur sekali anak muda ini.

Tebakanku dia masih perjakan karena sibuk bekerja sana sini. Aku jadi ingat dulu waktu menodai Bang Angga. Ya, aku yang memulainya duluan, karena dia terlalu sombong untuk meminta padaku.

Usai film diputar, aku memesan grab lagi, kali ini aku membawa Ilham ke sebuah hotel yang dijamin aman dari penggerebekan. Kami masuk ke kamar dan aku sudah tahu dia mau apa.

Hanya saja ketika Ilham mulai membuka bajunya ketika aku duduk santai menunggu dia memulai terlebih dahulu. Tiba-tiba saja anak ingusan ini memega
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CALON MERTUAKU    Memohon

    Memohon Aku jalan kaki dengan rasa lemas dan mual luar biasa setelah mendengar kabar kematian Ilham. Aku yakin pihak hotel mencoba meneleponku, tapi mungkin … ah tak tahulah, bukan urusanku lagi. Aku berhenti di warung sarapan dan meminta mereka menyediakan semangkuk bubur kacang hijau yang hangat. Ya, aku butuh makanan itu untuk menguatkan tubuh. Sambil menyesap sarapan sambil aku berpikir siapa lagi yang akan menjadi korban. Tak bosan aku ulang mengirim pesan pada Om Andi agar dia tak lagi memanfaatkank. Beliau masih berpura-pura tak tahu dan aku harus terus mencoba. [Tolong, Om, Indah mohon.] pintaku benar-benar memelas. Lalu kami diam sejenak. Aku tak berniat kembali ke kantor. Rasanya aku ingin resign dan kabur sangat jauh entah ke mana. [Baik, akan Om kabulkan.] Pesan dari Om Andi membuatku terdiam. Ini beneran atau cuman main-main? Oke kita lihat saja nanti. Janji barusan membuatku sedikit bersemangat. Dengan langkah pasti aku kembali ke kantor walau sudah sangat telat d

    Last Updated : 2023-09-03
  • CALON MERTUAKU    Harus Kembali

    Sejak mimpi itu aku tak bisa tak memikirkan Om Andi. Luka-luka di sekujur tubuhnya nampak serius. Dan sudah tiga hari beliau tidak bisa dihubungi. Aku bahkan tak bisa tidur tenang karena tiada kabar darinya. Pun di kantor. Aku sampai kena tegur dengan atasan kami karena pekerjaanku tidak fokus. Aku bahkan tak peduli dengan ancaman pemecatan. Ya, bagus kalau dipecat, aku bisa pulang ke kampung Om Andi. Nyatanya tak mudah, karena bos menekanku untuk resign saja. Alasannya apa? Agar aku membayar uang denda hampir 30 juta. Aku cek saldoku di rekening. Sisa uang 50 juta pemberina Om Andi masih banyak ternyata. Hanya saja apakah ini keputusan yang benar. “Ngelamun aja?” Kimmi menyapaku. Tiga hari ini aku tak peduli padanya. “Hmm, pengen resign.” Aku terus terang. “Terus, pergi ke kampung Kakek Andi?” “Ya, itu lebih baik daripada kamu jadi selingkuhan suami orang.” “Oke, itu terserah kamu aja. Nyesel jangan nangis, ya.” Lebih baik Kimmi mengurus dirinya sendiri yang juga tidak beres.

    Last Updated : 2023-09-04
  • CALON MERTUAKU    POV Om Andi

    Nora Syafitri POV Om Andi Nora Syafitri, anak ke 12 Haji Yunus yang paling cantik dan santun sekali gaya bicaranya. Aku menyukainya, sejak pandangan pertama jujur dari dalam hatiku. Gadis berkulit putih dan senang menggunakan selendang untuk menutupi rambutnya yang dikepang dua. Kulitnya yang putih tampak kemerahan di bagian pipi ketika dia malu-malu aku pandang. Aku sadar, antara aku dan dia ada perbedaan jauh sekali. Dia anak orang alim, sedangkan kakekku dikenal sebagai dukun ilmu hitam. Katanya lagi mati karena dibakar oleh ayat suci yang dibacakan ayah Nora Syafitri. Aku dendam sebenarnya, tapi sejak menyadari kecantikan Nora hatiku jadi terbagi dua. “Andi, dikau dari mana, Nak?” Emakku yang sudah sakit-sakitan bertanya. “Dari pulang nebang kayu. Mak sudah makan?” Aku melihat wajah Ibu sangat pucat. Keluarga kami dijauhi banyak orang. Sejak kakek meninggal, ayahku pun menyusul tak lama setelah itu. Jikalau biasanya janda banyak yang mendekati, beda dengan ibuku. Menantu duk

    Last Updated : 2023-09-04
  • CALON MERTUAKU    Gadis Tak Perawan

    Setiap malam aku jadi berpura-pura mencari ikan agar bisa bertemu dengannya. Tapi anak itu dijaga sangat ketat oleh abang, uwak, dan emaknya. Kesempatanku mendekati Nora sangat sedikit. Hingga suatu malam … “Pulang sendiri lagi, Dek?” Aku bertemu lagi dengannya setelah sebulan lebih menunggu kesempatan. “Iya, Bang, Abang Nora akan menikah, jadi sibuk di rumah pengantin perempuan.” Dia menunduk malu. Oh, ingin aku terkam bibirnya sekalian. Menggelitik hati sekali. “Nora, masuk!” Sial. Suara Haji Yunus, aku kenal sekali. Buru-buru gadis manis ini mengayuh sepeda. Pak Haji Yunus memang keras dengan anak-anaknya. Malam mendekati pernikahan abangnya Nora, semua jadi sibuk. Aku semakin sering bertemu dengan dia. Nora sering disuruh ini dan itu oleh pihak keluarga.“Nora kapan menikah? Umur sudah cukup, kan?” Tak sengaja aku memandang lehernya yang terbuka penutup selendangnya terkena angin. Putih dan halus, tubuh yang sangat ranum dan sempurna pasti dia akan menjerit ketika aku berhasil

    Last Updated : 2023-09-04
  • CALON MERTUAKU    Isak Tangis

    Benar dugaanku, jika sekali saja aku mudah mendapatkan Nora, selanjutnya bukan hal yang mustahil lagi. Tapi jujur saja aku melihat kebahagiaan di matanya. Mungkin dia juga menyukaiku. Dia mulai sering bolos mengaji hanya agar bisa bertemu dan menghabiskan malam denganku. Kami tak takut dengan hantu, yang lebih kami takutkan kalau kepergok oleh keluarga Nora. Tapi kami yang sudah kesetanan tak peduli lagi. Asalkan kami sama-sama puas. Aku tak pernah membuat Nora kecewa dalam berhubungan. Sekali waktu pernah gadis yang telah aku rusak meminta terang-terangan padaku. Katanya dia kepikiran kalau tak merasakan padahal baru dua hari kami tak bertemu. Hasrat Nora bergelora, aku juga sama. Cinta semakin menggebu dalam hati kami. Bahkan sehelai benang tak kami gunakan walau di tengah malam di sisi semak belukar. Puas adalah satu kata yang kami cari dari setiap jengkal tubuh yang kami jelajahi. Lalu pada suatu hari dan beberapa hari seterusnya dia tak pernah lagi datang padaku. Padahal aku

    Last Updated : 2023-09-05
  • CALON MERTUAKU    Rajam

    “Karena kau tak tahu diri, Andi. Sudah kita ini miskin, sukai saja gadis yang biasa-biasa, Nak. Kenapa harus Nora?” Emakku tak kalah mendebat. Hari ini kami bukan seperti ibu dan anak. “Mak, sudahlah. Sudah terjadi.” Aku tak sampai hati membuat emakku bersedih lebih dalam. “Tak bisa, Nak, tak bisa. Kau jangan lari dari tanggung jawab. Jangan selepas kau hamili anak orang kau pergi. Emak tak ridho, tak masuk surga kau karena durhaka. Paham tak kau?” “Saya tak pernah percaya surga dan neraka, Mak.” “Terserah kau saja, Andi. Emak akan ke rumah Haji Yunus malam ini juga. Emak akan minta maaf karena melahirkan dan membesarkan anak tolol macam kau.” “Untuk apa Mak ke sana? Haji Yunus menolak tadi saat saya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Nora.” “Emak akan tetap pergi.” Emakku membuka telekung lusuhnya. Beliau berganti dengan kain dan baju panjang serta selendang. Emak jalan kaki tanpa alas di malam gelap dan harus sampai ke rumah Pak Haji Yunus. Aku pun ikut dari belakang. Tak

    Last Updated : 2023-09-05
  • CALON MERTUAKU    Pandangan Setan

    Malam ini juga aku dinikahkan oleh Sahrul selaku wali dari Nora Syafitri. Sebelum memulai akad nikah serba mendadak bahkan tanpa hidangan satu piring nasi pun. Aku diminta mengucap kalimat syahadat oleh salah seorang ustad. Apa gunanya? Ada atau tidaknya kalimat syahadat aku akan tetap hidup mencari uang sendirian. Tidak hanya itu saja, ada dua saksi datang menyaksikan pernikahan kami. Nora sama sekali tidak berias pun berinai. Dengan baju yang melekat di badannya serta selendang lusuh pemberian emakku saja dia duduk diam menanti ijab dan qabul bergantian diikrarkan. Nora terlihat pasrah, dia tak punya tempat bergantung selain aku. Aku sudah berhasil membuat Haji Yunus sakit hati. Aku terbata-bata mengucapkan dua kalimat syahadat di usia hampir kepala tiga. Kapan terakhir kali aku sholat? Entahlah, aku tidak tahu pasti. Yang jelas emakku hampir bosan mengingatkanku yang bebal. Andai sholat bisa membuatku kaya, akan aku lakukan. Tapi tidak, kan, aku masih bersusah payah bahkan demi

    Last Updated : 2023-09-06
  • CALON MERTUAKU    Suami Jahanam

    Selesai mandi Nora berwudhu. Gila, padahal air sangat dingin dan dia tahan begitu saja. Nora ingin naik ke rumah panggung kami yang hampir reot. Aku ingin memegang tangannya tapi dicegah. “Jangan, Bang. Nora ada wudhu, nanti batal,” katanya. Oh, begitu ternyata. Aneh sekali, padahal dia rela saja aku sentuh di dekat pohon besar. Saat sudah wudhu malah tidak mau.Dia membuka lemari kayuku yang reot dimakan rayap. Lalu dia tutup. Ya, bajunya tidak ada di sana, dan dia pakai yang tadi malam saja. Setelahnya gadis lugu yang rambutnya panjang serta dijalin dua terus menunaikan ibadah wajib yang telah bertahun-tahun lamanya aku tinggalkan. Kusyu sekali tanpa terganggu dengan suara batuk emakku. “Abang tak sholat?” tanyanya ketika melipat telekung lusuh milik emakku. “Tak, malas! Tak ada gunanya sholat bagi Abang.” Dia diam saja, karena takut denganku, terlihat dari matanya yang langsung berubah cara pandangnya. Mungkin Nora terkejut. Kalau dia mau terima silakan, kalau tidak juga kena

    Last Updated : 2023-09-06

Latest chapter

  • CALON MERTUAKU    Akhir yang Keji

    Akhirnya aku bisa bebas dari penggunaan obat anti depresan. Dua tahun ketergantungan malah membuatku semakin mendalami perasaan bersalah. Tapi, sengaja aku tinggalkan satu butir untuk jaga-jaga. Andaikata dia datang lagi dalam ingatanku yang terlalu jauh. Seiring berjalannya waktu penampakan Om Andi mulai jarang muncul. Mungkin karena keinginanku yang begitu kokoh untuk melupakannya. Adrian pula kini sudah besar, sudah mulai masuk sekolah dasar. Sesekali dia bertemu dengan omnya kalau Anton ada perjalanan ke kotaku. “Nggak ada rencana menikah gitu, Kak?” Widuri duduk di rumah makan milikku. Aku tersenyum melihatnya. “Untuk apa juga? Adrian sudah bahagia dengan menganggap kakek dan neneknya sebagai kedua orang tuanya.” Aku menyediakan teh hangat untuk Widuri yang menunggu kedatangan Anton. Anak Om Andi itu membawa Adrian juga dua anaknya pergi membeli camilan. “Sampai kapan, Kak? Gimanapun Kakak itu mamanya Adrian, loh. Nggak boleh kenyataan ditutupi terlalu lama.” “Mungkin dia ag

  • CALON MERTUAKU    Empat Tahun Kemudian

    Aku di sini. Masih di rumah orang tuaku. Aku tidak pergi ke mana-mana, karena tak punya rumah lain untuk kembali. Tepatnya setelah ke luar dari rumah sakit jiwa. Iya, dua tahun lamanya aku mendekam di sana. Bagaimana tidak? Ternyata perbuatan dosa yang aku lakukan selama bertahun-tahun membuahkan hasil yang sangat menyakitkan. Dua tahun di rumah sakit jiwa, aku sering melihat penampakan Bang Angga terkadang juga Om Andi. Iya, aku ingat semua kejadian. Hanya saja aku tidak bisa mengendalikan diri ketika harus menjerit, menangis atau tertawa. Aku tahu Om Andi sudah mati. Aku lihat mayatnya di dalam kantong jenazah. Tapi hati kecilku menolak, karena anak di dalam kandunganku butuh ayahnya.“Adrian, sini, Nak, Kakak bawa mobil-mobilan.” Adrian, nama anakku buah hasil hubungan terlarang bersamanya. Umurnya sudah empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak lelaki yang ganteng, mirip seperti ayahnya yang tidak pernah menikahiku. Warga di sini tahunya kalau Adrian anak bungsu mamaku. Ya, sebuah

  • CALON MERTUAKU    Perpisahan

    Kami bertiga menatap Kak Indah dengan rasa iba. Padahal baru beberapa hari dia ditinggal oleh Ayah. Sudah persis, tepatnya aku tebak Kak Indah memang jadi gila.“Om, nanti kita punya anak, Om, harus baik-baik sama anak sendiri.” Begitu kata Kak Indah.“Macem manelah. Akibat bermain hati ditambah berzinah. Rosak sudah akal dan pikiran,” ucap Bang Dani. Dia pun pamit pulang.“Akan kau bawa juga Kak Indah pulang, dengan keadaan dia macam orang tak ade akal?” tanya Bang Rizal yang membawa berkas surat tanah ayahku. “Iyalah, Bang, gimanapun saya udah janji sama kedua orang tuanya. Oh, iya, Bang, hutang rumah sakit tidak usah dibayar lagi. Juga uang hasil jual tanah Ayah nanti ambillah secukupnya untuk memperbaiki kehidupan Abang. Anggap saja balas budi dari saya karena Abang telah membebaskan kami dari cengkeraman ilmu hitam.” Hal itu tadi lupa aku katakan padanya. “Terima kasih, Anton, dah dianggap lunas hutang rumah sakit saya sudah senang. Masalah uang tanah nanti saya serahkan semue

  • CALON MERTUAKU    Berakhir

    Aku tidak tahu apa jadinya kalau Bang Rizal dan Bang Dani tidak datang menolongku. Tubuhku sudah terlilit akar pohon getah. Sejak mereka datang langsung saja tanpa basa basi membabat akar tanaman yang melilitku. Selanjutnya mereka menyiramkan pohon rambutan dengan air doa yang diberikan oleh seorang guru. Aroma busuk dan anyir darah seketika menguar. Tawa seorang wanita tua jadi semakin memekakkan telinga. Bang Dani langsung bergerak cepat memotong dahan pohon rambutan dengan parang panjang yang dia bawa. Bang Rizal datang menolong mematahkan apa yang bisa dipatahkan. Aku sendiri masih terduduk lemas akibat hantaman di kepala tadi. Ada kepala yang terbang ke arah mereka berdua. Dengan tertatih aku bergerak. Aku ambil batang kayu rambutan yang telah patah bercabang dan terpaksa menusuk kepala itu dengan kayu. Ya, mengerikan sekali, kepala tersangkut di kayu dan tak bisa lagi terbang. Aku membantu Bang Rizal dan Dani menumbangkan pohon rambutan itu. Batangnya yang sudah berusia sang

  • CALON MERTUAKU    Cinta Buta

    Bang Rizal membawaku berlari, sesekali dia menengok ke belakang. Tak lama sesduah itu Dani menyusul. Di tangannya aku lihat ada pisau panjang dan tajam. Persis seperti yang sering dibawa Om Andi kalau sedang ke kebun, katanya. “Ayo, lekas kite cari di mane pohon rambutan tu.” Dani berlari lebih kencang dari pada kami. Aku menoleh lagi dan melihat ke arah rumah Om Andi. Dia terkurung di sana. Di lantai dua ragam makhluk jadi-jadian dan menyeramkan seolah-olah berkumpul dan ingin lepas dari sana. Kami bertiga akhirnya masuk ke dalam hutan yang kata Dani adalah milik atuknya dulu.“Ini jejak ape?” Bang Rizal melihat ke arah jalan masuk di dalam hutan karet. Untung mereka berdua membawa senter. Aku perhatikan ada jejak darah agak kering dan ada yang segar di tanah. Juga seperti ada benda yang diseret. Dari daun-daunan kering yang menyingkir membentuk jalan setapak.“Ape Anton agaknye yang di dalam sane?” Bang Rizal menatap wajah Bang Dani.Setelah itu keduanya langsung berjalan mengik

  • CALON MERTUAKU    Runtuh

    Aku hanya bisa berharap satu hal, yaitu Anton baik-baik saja. Bukan tidak mungkin Om Andi membunuhnya. Aku … anggap saja sangat memahami calon mertuaku walau baru beberapa bulan kenal. Lalu masalah anak dalam kandunganku? Aku akan jujur pada Mama dan Papa, lalu menerima apa pun hukuman dari mereka. Huuuft, angin dingin di malam hari begitu kencang berhembus. Pemilik kedai menawarkan padaku untuk masuk, tapi aku sangat takut ke dalam rumah orang asing lagi. Cukuplah pengalaman dengan Om Andi aku jadikan pelajaran. “Nah, minum teh hangat ni kalau memang tak nak masuk ke rumah.” Ibu pemilik kedai memberikan segelas teh besar padaku. Aku yang memang lapar dan haus lekas saja meminumnya. Rasanya tenggorokanku lega. “Ibu, ada jual makanan nggak. Kalau ada saya mau pesan?” tanyaku padanya.“Mi rebus, mi goreng, nak yang mane?” “Mi rebus,” jawabku. Aslinya aku kurang suka makan-makanan serba instan, tapi apa daya aku tidak punya pilihan lain. Mi rebus datang dengan telur rebus matang dan

  • CALON MERTUAKU    Mengerikan

    Sambil menunggu kedatangan Bang Rizal serta Dani aku menanyakan beberapa hal pada Kak Indah. Salah satunya nasib anak dalam kandungannya yang tak lain tak bukan tetap adik kandungku. Di usia hampir kepala tiga dapat adik bayi itu adalah hal yang lucu bagiku. Apalagi jalannya sedemikian rupa. “Ya, dilahirin, dibesarin, biar nggak seperti kedua orang tuanya,” jawab Kak Indah sambil mengelus perutnya. “Oh. Terus, ada rencana menikah lagi?” tanyaku penasaran. Model perempuan seperti Kak Indah, agak susah ditebak jalan hidupnya. Bukan lurus-lurus seperti Widuri yang kegiatannya pulang, kerja, pulang, kerja saja. “Nggak, deh, udahan aja. Kalau hanya demi nafsu nggak mau. Pokoknya udah end semua urusan tentang laki-laki. Ketemu sama ayah kamu adalah pelajaran sangat berharga bagi Kakak.”Ya, itu kata dia. Padahal aku yakin juga Bang Angga dan Ayah ketemu Kak Indah juga mendapat pelajaran yang sangat berharga. Lama sekali dua abang ini kembali. Akhirnya aku memutuskan jalan duluan ke rum

  • CALON MERTUAKU    Induk Racun

    Aku duduk di kursi yang ada di dekat kamar ayah. Sembari menunggu dua sejoli ini keluar. Tak lama selang beberapa menit saja Indah terisak dengan air mata yang berlinang, disusul Ayah.Kak Indah melaluiku begitu saja. Dia seperti kecewa denganku. Ya, aku juga bingung harus bersikap apa. Yang satu ayahku, yang satu lagi tidak ada kaitan apa-apa denganku. “Anton, dari mana?” tanya ayahku dengan hanya menggunakan handuk saja. Beliau sudah tidak ada malu lagi berbuat dosa di depan anaknya.“Dari rumah sakit. Menemani Bang Rizal sama Dani. Istrinya tiba-tiba muntah darah,” jawabku.“Oh. Bilang dengan mereka, jangan terlalu usil sama urusan orang lain. Jangan usik ketenangan orang di sini.” Ayah pergi ke dapur dan menenggak segelas air putih. “Apa Ayah penyebab istri keduanya sakit?” Aku jadi berpikir bahwa tuduhan Dani adalah benar. “Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa? Jangan mereka pikir mereka kuat. Ayah jauh lebih kuat,” ujar Ayah dengan bangganya. “Ayah!” Aku sudah tidak tahan la

  • CALON MERTUAKU    Tirakat

    Dua orang istri dari Bang Rizal dan Bang Dani telah dibawa ke ruang UGD. Kami bertiga menunggu di luar. Aku menepati janji mengurus administrasi saudara jauhku, sebab aku tahu uangnya di kantong mungkin tidak banyak. “Dah, tak ape. Untuk Rizal biar saye saje yang bayarkan.” Bang Dani mencegahku menangani pembiayaan. “Nggak apa-apa, saya sudah janji.” Aku harus menjaga ucapanku. “Saye takutnye uang itu ade sangkut pautnya dengan Pak Cik Andi. Bang Rizal nanti bisa jadi korban. Saye butuh Bang Rizal untuk melanjutkan pembangunan pesantren.” Ucapan Bang Dani melukai harga diriku. Tanpa sadar aku membanting pena di depan perawat yang sedang menanti tanda tangan kami. Aku menatap matanya, pun dengan dia. Kami sama-sama berkeras. Uang ini adalah murni uang hasil kerjaku. “Sudah, sudah. Begini, Bang Dani, saye dah sepakat untuk pinjam uang Anton, tak payahlah Abang bayarkan.” Bang Rizal melerai kami. Sesaat setelahnya kami sama-sama menarik napas.Kami menunggu hingga kedua istri dikel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status