Bungkusan Kresek di Tempat Sampah
Part 6
Oleh : Widya Yasmin
ππππππππ
Siang itu aku dan Bang Chandra berniat pergi ke gang mawar sesuai alamat yang tertera di cermin kamarku. Kami sangat penasaran apa yang dimaksud hantu wanita itu dengan memberikan alamat tersebut.
"Abang sampe bela-belain gak kerja nih" ucap suamiku.
"Gak apa-apalah Bang, uang yang kemarin kan lumayan. Jadi anggap aja hari ini abang mau liburan!" ucapku.
"Hahahhaha liburan mah ke tempat wisata, ini sih main detektif-detektifan!" ucapnya sambil tertawa.
Aku cuma nyengir menanggapi ucapan suamiku, kami terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukan g****e map.
"Ayo kita naik ojek!" ucapku saat menemukan pangkalan ojek.
"Iya," jawab suamiku.
"Bang anterin kami ke gang mawar ya," ucapku.
"Hah gak salah?" tanyanya dengan wajah bingung.
"Loh kenapa?" tanyaku.
"Emang ibu mau ngapain kesana?" tanyanya dengan wajah heran.
"Ah udahlah jangan banyak omong!" ucapku.
Ojek itu pun meluncur hingga kami tiba di sebuah mulut gang.
"Ini gang mawar," ucapnya sambil mengerem motornya.
Aku pun membayar ongkos ojek itu, lalu aku dan suami berjalan menyusuri gang itu.
"Kita kembali aja!" ucap bang Chandra sambil bergidik ngeri.
"Loh kenapa?" tanyaku.
"Tuh lihat!" ucapnya sambil menunjuk sesuatu.
"Ya Allah!" ucapku saat melihat deretan wanita yang berpakaian terbuka dengan makeup menor.
Seorang wanita mengenakan tangtop berwana merah dan rok mini dari jeans berjalan mendekati Bang Chandra.
"Hai ganteng! mau ditemenin gak?" ucapnya seolah tak memperdulikan keberadaanku.
"Gini Mbak, saya boleh nanya gak?" ucap bang Chandra.
"Boleh dong," jawabnya genit.
"Mbak kenal wanita ini?" tanya Bang Chandra sambil menunjukan sebuah foto di HPnya.
"Hiyyyyyy serem amat! foto kepala tanpa badan gitu!" ucapnya sambil merangkul Bang Chandra.
"Kalau Mbak terus merangkul suami saya, bisa-bisa nasib Mbak sama dengan foto itu!" ucapku pura-pura menggertak.
"Ih takuttttt!" ucapnya.
"Gini Mbak, kami serius nih. Coba Mbak perhatikan baik-baik wajah wanita ini! siapa tau Mbak kenal dia" ucap Bang Chandra.
Wanita itu mengamati foto itu baik-baik.
"Ini Susan!" ucapnya.
"Mbak kenal dia?" tanya bang Chandra.
"Dia satu profesi denganku" ucap wanita itu.
Tanpa dia menyebutkan apa profesi mereka, kami sudah bisa menebak dengan melihat penampilan wanita itu.
"Jadi gini Mbak, beberapa waktu yang lalu kami menemukan tubuh wanita ini yang sudah menjadi tiga bagian," ucap bang Chandra.
"Astagaaaa Susan!" ucapnya sambil menangis histeris.
"Apa saja yang Mbak tau tentang wanita ini?" tanyaku.
"Delapan bulan yang lalu dia kabur dari sini, karna dia hamil," ucap wanita itu.
"Mbak tau siapa yang menghamilinya?" tanyaku penasaran.
"Ya susahlah untuk mengetahui siapa yang menghamilinya. Mbak ngerti kan bagaimana pekerjaan kami," ucapnya.
Setelah merenung, aku kini mengerti pasti banyak laki-laki yang menanam saham di rahim mereka jadi jika mereka hamil pasti akan sulit mengidentifikasi siapa ayah bayi itu.
Aku menatap wajah Bima yang polos dan menggemaskan.
"Anakku sayang, siapapun ayah dan ibumu, kamu tetaplah anak yang suci tak bernoda," ucapku sambil mengecup pipinya yang lembut.
"Kalau begitu, kami permisi dulu," ucap suamiku pada wanita itu.
"Iya" jawabnya sambil terdiam mematung. Sepertinya ia sangat syok dengan kematian temannya yang bernama Susan itu.
Setelah itu kami segera melapor pada polisi tentang info yang baru saja kami dapatkan.
"Jadi mayat wanita itu bernama Susan?" tanya polisi.
"Iya Pak, dan dia adalah salah satu wanita PSK di gang mawar," ucap Bang Chandra.
"Darimana kalian mengetahui semua ini?" tanya polisi.
"Jadi gini Pak, sejak kejadian ditemukan mayat wanita itu, kami sering didatangi hantu wanita itu. Hingga suatu malam kami melihat tulisan berwarna merah di cermin di kamar kami. Tulisan itu bertuliskan sebuah alamat" ucapku.
"Lalu?" tanya polisi.
"Kami mencari alamat itu hingga menemukan sebuah alamat, disana ada seorang wanita penghuni gang mawar yang mengenali mayat wanita itu, katanya namanya Susan dan dia satu profesi dengan wanita itu," ucapku.
"Lalu apalagi?" tanya polisi penasaran.
"Kata wanita itu Susan kabur dari tempat itu sejak 8 bulan yang lalu," jawabku.
"Baiklah kami akan menyelidiki kasus itu dan mencari info dari gang mawar itu," ucap polisi.
"Oh ya Pak polisi, saya juga sering bermimpi melihat wanita itu di sebuah rumah," ucapku.
"Dimana? coba ceritakan mimpi tersebut mungkin saja kami mendapat petunjuk!" ucap polisi.
"Di mimpi itu saya melihat wanita yang bernama Susan itu sedang meringis kesakitan, sepertinya dia akan melahirkan" ucapku sambil mengingat-ngingat mimpiku.
"Lalu?" tanya Pak Polisi.
"Ada seorang laki-laki yang mengenakan kemeja kotak-kotak sedang berdiri di depan wanita yang sedang kepayahan karna berusaha melahirkan anaknya seorang diri," ucapku.
"Lalu?" tanya Polisi.
"Akhirnya wanita itu bisa melahirkan anaknya dengan selamat walau tanpa bantuan siapapun, tapi laki-laki itu tidak memperdulikan keadaannya. Ia malah merebut kalung wanita itu dengan paksa" ucapku sambil membayangkan kejadian itu. Tak terasa air mataku mengalir saat membayangkan nasib tragis yang menimpa wanita itu.
"Apa di mimpi itu, Ibu melihat wajah laki-laki itu?" tanya Polisi.
"Enggak, Pak" jawabku.
"Apa ada petunjuk lain?" tanyaku.
"Di rumah itu, saya melihat lukisan burung cendrawasih" ucapku.
"Baiklah walau sebenarnya kami tidak terlalu mempercayai mimpi, tapi kami akan mencoba menyelidiki kasus itu dengan petunjuk-petunjuk yang Ibu sebutkan" ucap polisi.
"Baiklah, kami pulang dulu," jawabku.
"Iya Bu, Pak, terimakasih atas bantuannya," ucap Polisi.
Kami pun pulang..
Di perjalanan pulang kami bertemu dengan Bu Ningsih dan Suaminya.
"Pak, kita kan mau menghadiri undangan teman ibu tapi Bapak kok pake kaus oblong begitu!" ucap Bu Ningsih.
"Ibu kan tau bapak gak pernah pake kemeja ataupun baju batik. Sejak dulu bapak paling suka pakai kaus oblong!" ucap Pak Hadi.
"Loh Pak Hadi gak narik juga?" tanya suamiku.
"Hari ini saya ada acara sama istri saya," ucap Pak Hadi.
Pak Hadi dan suamiku sama-sama sopir angkot, hari ini suamiku libur kami gak nyangka Pak Hadi juga meliburkan diri.
" Apa Bos gak marah ya? soalnya abang dan Pak Hadi libur barengan gini," ucap suamiku.
Pikiranku melayang memikirkan ucapan Pak Hadi tadi yang menyebutkan bahwa dia gak pernah pakai kemeja, dan sama sekali tidak suka pakai kemeja.
"Heii, kamu kenapa sih?" tanya suamiku membuyarkan lamunanku.
"Apa sih Bang, ngagetin aja!" ucapku.
"Habisnya kamu melamun terus, ayo kita segera pulang kasihan Bima kepanasan," ucap suamiku.
Setibanya di rumah, aku terus memikirkan kalung yang dipakai bu Ningsih sama persis dengan kalung yang dipakai Susan.
"Kamu ngelamunin apa sih?" tanya suamiku sambil menepuk bahuku.
"Kalung yang dipakai bu Ningsih sama persis dengan kalung yang dipakai Susan!" ucapku spontan.
"Apa???!!!" suamiku kaget dengan ucapanku.
"Aku gak nuduh sih, tapi kalungnya itu sama persis!" ucapku.
"Jangan-jangan kamu berpikiran Bu Ningsih yang membunuh wanita itu?!" tanya suamiku.
"Ah gak mungkin, Bu Ningsih itu ngelihat darah aja dia jerit-jerit ketakutan," ucapku.
"Lalu?" tanya suamiku.
"Ah gak tau ah bingung!" ucapku lalu masuk kamar dan menidurkan Bima yang sejak tadi berada dalam gendonganku.
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 7Oleh : Widya YasminπΏπΏπΏπΏπΏπΏPagi itu aku sedang berjemur di hangatnya udara pagi bersama Bima. Tiba-tiba kulihat Pak Hadi berjalan kearahku."Bayinya lucu amat ya dan ganteng," ucap Pak Hadi."Iya," ucapku datar.Aku menatap wajah bayiku lalu membandingkan dengan wajah Pak Hadi."Sangat jauh berbeda, hidung bayi ini mancung berbeda dengan hidung Pak Hadi yang mirip jambu air," gumamku."Kenapa melamun?" tanya Pak Hadi."Oh ya Pak, Bapak tau gak gang mawar dimana?" tanyaku."Gak tau ya, sepertinya seumur-umur saya baru denger nama gang mawar," ucapnya."Masa?!" tanyaku seolah tak percaya."Demi Allah," jawab Pak Hadi.Aku tak bisa berkutik saat dia mengucapkan demi Allah, setelah itu dia pun pergi. Aku berniat untuk masuk ke kontrakanku, namun tiba-tiba sebuah suara memanggilku."Bu Nirwana, Bu Nirwana!" panggilnya."Eh Bu
Bungkusan kresek di Tempat SampahPart 8Oleh : Widya YasminππππππBu Ningsihhh!!! tunggu!" teriakku sambil lari terbirit-birit mengejar Bu Ningsih.Hingga akhirnya kami pun telah berada jauh dari rumah kosong itu. Namun bu Ningsih terus mempercepat langkah kakinya hingga tiba-tiba..."Buggggh!" bu Ningsih bertabrakan dengan para polisi yang sedang berjalan menyusuri daerah ini."Ma--maaf pak!" ucap bu Ningsih gelagapan."Kalian berdua kenapa lari terbirit-birit seperti itu?" tanya polisi."Bapak ingat mayat wanita yang dimutilasi itu?" tanyaku."Tentu saja, justru kami berniat kembali ke TKP untuk menyelidiki kasus pembunuhan wanita itu," ucap para polisi."Kalau boleh saran, bagaimana kalau Bapak-bapak polisi ini menyelidiki rumah kosong yang terletak tidak jauh dari TKP" ucapku."Memangnya apa hubungannya rumah itu dengan kasus wanita itu?" tanya polisi."Barusan saya lihat hantu
Esoknya, pagi-pagi sekali Bang Chandra berangkat kerja setelah melahap habis nasi goreng yang kumasak dengan penuh cinta itu."Abang berangkat kerja ya sayangku" ucapnya sambil mengecup keningku dengan mesra."Ini anakmu juga mau dikecup," ucapku sambil melirik kearah Bima yang sejak tadi kugendong."Ayah berangkat kerja dulu ya jagoanku, semoga hari ini ayah dapat rejeki yang banyak untuk jagoan ayah ini," ucapnya sambil mengecup pipi Bima dengan lembut."Hati-hati Ayaaah!" ucapku sambil melambaikan tangan Bima."Dadah kesayangan ayah!!" ucapnya sambil membalikan badannya.Semenjak kehadiran Bima dalam rumahtanggaku, aku merasa sangat bahagia. Suasana rumah ini menjadi hangat dan manis."Bu Nirwana!! Bu Nirwana!!" teriak seseorang diluar sana."Suara cempreng yang familiar bagiku" gumamku sambil begegas keluar."Iya, Bu Ningsih sayang ada apa?" tanyaku."Maaf ya Bu ganggu p
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 10Oleh : Widya YasminππππππππPagi itu.."Bang sarapan dulu," ucapku pada suamiku."Iya, abang masih kangen nih sama jagoan abang," ucapnya sambil menciumi pipi Bima yang lembut."Awas nanti lecet," ucapku."Iya deh," jawabnya.Aku pun membaringkan Bima di tempat tidur, ku taruh balon warna warni yang terikat diatas, dan Bima pun anteng bermain dengan balon itu."Bang," ucapku pada bang Chandra yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya."Iya, ada apa cintaku," jawabnya."Kemaren kan aku ke pasar bersama bu Ningsih," ucapku."Lalu?" tanya bang Chandra."Aku ketemu pedagang daging yang mencurigakan," ucapku."Mencurigakan gimana?" tanyanya."Kemeja yang dia pakai, sama persis dengan yang membunuh Susan," ucapku."Jadi sekarang gak mencurigai Pak Hadi lagi nih?" tanyanya."Pak Hadi kan jelas-jelas paling ogah
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 11Oleh : Widya Yasmin"Belanjanya udah kan sekarang?" tanyaku pada Bu Ningsih."Iya, udah kok. Memangnya kita mau kemana sih, kok kayak buru-buru amat?" tanyanya."Kita mau ke tempat Pak Hadi mangkal," jawabku."Tapi mau apa?" tanyanya bingung."Pokoknya Bu Ningsih ikut aja!" ucapku sambil menarik tangannya."Gimana kalau suami saya sedang narik, bukan sedang mangkal," ucapnya lagi."Ya Ibu telpon dong," ucapku."Tapi saya lupa gak bawa Handpone," jawabnya."Ah ayo kita pergi aja dulu!" ucapku sambil menarik tangannya.Kami pun tiba di perempatan jalan, tempat biasa suamiku dan Pak Hadi memarkirkan angkotnya."Nirwana! ngapain kesini?" tanya suamiku dari kejauhan sambil berlari kearahku."Pak Hadi mana?" tanyaku."Tuh lagi ngopi!" ucap bang Chandra.Kami pun bergegas menuju warung kopi di pinggir jalan, ternyata benar Pak Hadi sedang
Tubuhku dilempar dengan kuat ke sudut ruangan di rumah kosong itu."Kamu kan pedagang daging itu?" ucapku saat melihat tubuh yang tinggi besar mengenakan kemeja kotak-kotak."Aku sudah mencurigai gelagatmu yang aneh setiap kali bertemu denganku, sebenarnya apa yang kamu ingin tahu dariku?" tanyanya."Aku----aku----" tiba-tiba lidah lidah terasa kelu, aku benar-benar takut karna sejak tadi ia menenteng pisau untuk memotong daging."Apakah kamu yang membunuh Susan?" tanyaku dengan semua keberanian yang ada."Hahahahahhaha betul sekali, apakah kamu ingin merasakan apa yang dia rasakan?" tanyanya dengan tertawa yang sangat menakutkan."Tapi mengapa kamu membunuh Susan?" tanyaku penasaran."Karna dia mengandung anakku dan dia memaksaku agar aku bertanggung jawab padanya!" ucapnya dengan suara lantang."Ya Allah Bima ku sayang, kamu ternyata anak manusia laknat ini," gumamku sam
Hai namaku Susan. 2 tahun yang lalu aku meninggalkan kampung halamanku untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal alamat temanku yang diberikan oleh orangtuanya aku pergi ke sebuah kota besar dengan perbekalan seadanya.Namun saat aku tiba di alamat yang kucari ternyata temanku sudah pindah, orang disitu tak ada satupun dia pindah kemana. Dengan langkah gontai aku berniat untuk kembali ke kampung halamanku, namun naasnya tiba-tiba dua orang preman membekap mulutku lalu menyeretku ke sebuah gudang kosong. Aku disekap di gudang itu berhari-hari bahkan aku juga dipaksa melayani nafsu bejat mereka.Hidupku telah hancur, aku benar-benar tak menyangka kehidupanku akan hancur seperti ini. Namun aku tak putus asa, aku segera kabur dari tempat itu saat mereka lengah. Namun ternyata mereka terus mengejarku hingga tiba-tiba aku bertemu dengan seorang wanita dengan makeup tebal dan rambut berwarna pirang."Tolong Bu, tolong saya!" teriakku."Mema
10 tahun kemudian rumahtangga Nirwana bersama Chandra semakin bahagia. Karna kini mereka telah memiliki 3 orang anak yang menghiasi rumah tangga mereka. Bima yang kini telah berusia 10 tahun tumbuh menjadi anak yang tampan juga berbakti, selain Bima ada Nirmala yang berusia 7 tahun dan Nirina yang berusia 3 tahun.Chandra masih tetap menjadi supir angkot, namun kini ia tak lagi memakai angkot oranglain. Kini ia telah memiliki angkot pribadi, selain itu ia juga telah memiliki rumah pribadi yang ia beli dari uang tabungannya selama beberapa tahun."Mana nih kesayangan ayah?" tanya Chandra pagi itu.Tiba-tiba Nirmala dan Nirina berlari kearah Chandra."Aku!! Aku!!" teriak mereka."Bukan dong! kesayangan ayah adalah Bang Bima!" ucap Chandra sambil merangkul Bima yang sejak tadi berdiri di pojokan."Kenapa sih ayah sayang banget sama Bang Bima?" tanya Nirmala sambil mencebik.Nirwana hanya tersenyum meliha
10 tahun kemudian rumahtangga Nirwana bersama Chandra semakin bahagia. Karna kini mereka telah memiliki 3 orang anak yang menghiasi rumah tangga mereka. Bima yang kini telah berusia 10 tahun tumbuh menjadi anak yang tampan juga berbakti, selain Bima ada Nirmala yang berusia 7 tahun dan Nirina yang berusia 3 tahun.Chandra masih tetap menjadi supir angkot, namun kini ia tak lagi memakai angkot oranglain. Kini ia telah memiliki angkot pribadi, selain itu ia juga telah memiliki rumah pribadi yang ia beli dari uang tabungannya selama beberapa tahun."Mana nih kesayangan ayah?" tanya Chandra pagi itu.Tiba-tiba Nirmala dan Nirina berlari kearah Chandra."Aku!! Aku!!" teriak mereka."Bukan dong! kesayangan ayah adalah Bang Bima!" ucap Chandra sambil merangkul Bima yang sejak tadi berdiri di pojokan."Kenapa sih ayah sayang banget sama Bang Bima?" tanya Nirmala sambil mencebik.Nirwana hanya tersenyum meliha
Hai namaku Susan. 2 tahun yang lalu aku meninggalkan kampung halamanku untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal alamat temanku yang diberikan oleh orangtuanya aku pergi ke sebuah kota besar dengan perbekalan seadanya.Namun saat aku tiba di alamat yang kucari ternyata temanku sudah pindah, orang disitu tak ada satupun dia pindah kemana. Dengan langkah gontai aku berniat untuk kembali ke kampung halamanku, namun naasnya tiba-tiba dua orang preman membekap mulutku lalu menyeretku ke sebuah gudang kosong. Aku disekap di gudang itu berhari-hari bahkan aku juga dipaksa melayani nafsu bejat mereka.Hidupku telah hancur, aku benar-benar tak menyangka kehidupanku akan hancur seperti ini. Namun aku tak putus asa, aku segera kabur dari tempat itu saat mereka lengah. Namun ternyata mereka terus mengejarku hingga tiba-tiba aku bertemu dengan seorang wanita dengan makeup tebal dan rambut berwarna pirang."Tolong Bu, tolong saya!" teriakku."Mema
Tubuhku dilempar dengan kuat ke sudut ruangan di rumah kosong itu."Kamu kan pedagang daging itu?" ucapku saat melihat tubuh yang tinggi besar mengenakan kemeja kotak-kotak."Aku sudah mencurigai gelagatmu yang aneh setiap kali bertemu denganku, sebenarnya apa yang kamu ingin tahu dariku?" tanyanya."Aku----aku----" tiba-tiba lidah lidah terasa kelu, aku benar-benar takut karna sejak tadi ia menenteng pisau untuk memotong daging."Apakah kamu yang membunuh Susan?" tanyaku dengan semua keberanian yang ada."Hahahahahhaha betul sekali, apakah kamu ingin merasakan apa yang dia rasakan?" tanyanya dengan tertawa yang sangat menakutkan."Tapi mengapa kamu membunuh Susan?" tanyaku penasaran."Karna dia mengandung anakku dan dia memaksaku agar aku bertanggung jawab padanya!" ucapnya dengan suara lantang."Ya Allah Bima ku sayang, kamu ternyata anak manusia laknat ini," gumamku sam
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 11Oleh : Widya Yasmin"Belanjanya udah kan sekarang?" tanyaku pada Bu Ningsih."Iya, udah kok. Memangnya kita mau kemana sih, kok kayak buru-buru amat?" tanyanya."Kita mau ke tempat Pak Hadi mangkal," jawabku."Tapi mau apa?" tanyanya bingung."Pokoknya Bu Ningsih ikut aja!" ucapku sambil menarik tangannya."Gimana kalau suami saya sedang narik, bukan sedang mangkal," ucapnya lagi."Ya Ibu telpon dong," ucapku."Tapi saya lupa gak bawa Handpone," jawabnya."Ah ayo kita pergi aja dulu!" ucapku sambil menarik tangannya.Kami pun tiba di perempatan jalan, tempat biasa suamiku dan Pak Hadi memarkirkan angkotnya."Nirwana! ngapain kesini?" tanya suamiku dari kejauhan sambil berlari kearahku."Pak Hadi mana?" tanyaku."Tuh lagi ngopi!" ucap bang Chandra.Kami pun bergegas menuju warung kopi di pinggir jalan, ternyata benar Pak Hadi sedang
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 10Oleh : Widya YasminππππππππPagi itu.."Bang sarapan dulu," ucapku pada suamiku."Iya, abang masih kangen nih sama jagoan abang," ucapnya sambil menciumi pipi Bima yang lembut."Awas nanti lecet," ucapku."Iya deh," jawabnya.Aku pun membaringkan Bima di tempat tidur, ku taruh balon warna warni yang terikat diatas, dan Bima pun anteng bermain dengan balon itu."Bang," ucapku pada bang Chandra yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya."Iya, ada apa cintaku," jawabnya."Kemaren kan aku ke pasar bersama bu Ningsih," ucapku."Lalu?" tanya bang Chandra."Aku ketemu pedagang daging yang mencurigakan," ucapku."Mencurigakan gimana?" tanyanya."Kemeja yang dia pakai, sama persis dengan yang membunuh Susan," ucapku."Jadi sekarang gak mencurigai Pak Hadi lagi nih?" tanyanya."Pak Hadi kan jelas-jelas paling ogah
Esoknya, pagi-pagi sekali Bang Chandra berangkat kerja setelah melahap habis nasi goreng yang kumasak dengan penuh cinta itu."Abang berangkat kerja ya sayangku" ucapnya sambil mengecup keningku dengan mesra."Ini anakmu juga mau dikecup," ucapku sambil melirik kearah Bima yang sejak tadi kugendong."Ayah berangkat kerja dulu ya jagoanku, semoga hari ini ayah dapat rejeki yang banyak untuk jagoan ayah ini," ucapnya sambil mengecup pipi Bima dengan lembut."Hati-hati Ayaaah!" ucapku sambil melambaikan tangan Bima."Dadah kesayangan ayah!!" ucapnya sambil membalikan badannya.Semenjak kehadiran Bima dalam rumahtanggaku, aku merasa sangat bahagia. Suasana rumah ini menjadi hangat dan manis."Bu Nirwana!! Bu Nirwana!!" teriak seseorang diluar sana."Suara cempreng yang familiar bagiku" gumamku sambil begegas keluar."Iya, Bu Ningsih sayang ada apa?" tanyaku."Maaf ya Bu ganggu p
Bungkusan kresek di Tempat SampahPart 8Oleh : Widya YasminππππππBu Ningsihhh!!! tunggu!" teriakku sambil lari terbirit-birit mengejar Bu Ningsih.Hingga akhirnya kami pun telah berada jauh dari rumah kosong itu. Namun bu Ningsih terus mempercepat langkah kakinya hingga tiba-tiba..."Buggggh!" bu Ningsih bertabrakan dengan para polisi yang sedang berjalan menyusuri daerah ini."Ma--maaf pak!" ucap bu Ningsih gelagapan."Kalian berdua kenapa lari terbirit-birit seperti itu?" tanya polisi."Bapak ingat mayat wanita yang dimutilasi itu?" tanyaku."Tentu saja, justru kami berniat kembali ke TKP untuk menyelidiki kasus pembunuhan wanita itu," ucap para polisi."Kalau boleh saran, bagaimana kalau Bapak-bapak polisi ini menyelidiki rumah kosong yang terletak tidak jauh dari TKP" ucapku."Memangnya apa hubungannya rumah itu dengan kasus wanita itu?" tanya polisi."Barusan saya lihat hantu
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 7Oleh : Widya YasminπΏπΏπΏπΏπΏπΏPagi itu aku sedang berjemur di hangatnya udara pagi bersama Bima. Tiba-tiba kulihat Pak Hadi berjalan kearahku."Bayinya lucu amat ya dan ganteng," ucap Pak Hadi."Iya," ucapku datar.Aku menatap wajah bayiku lalu membandingkan dengan wajah Pak Hadi."Sangat jauh berbeda, hidung bayi ini mancung berbeda dengan hidung Pak Hadi yang mirip jambu air," gumamku."Kenapa melamun?" tanya Pak Hadi."Oh ya Pak, Bapak tau gak gang mawar dimana?" tanyaku."Gak tau ya, sepertinya seumur-umur saya baru denger nama gang mawar," ucapnya."Masa?!" tanyaku seolah tak percaya."Demi Allah," jawab Pak Hadi.Aku tak bisa berkutik saat dia mengucapkan demi Allah, setelah itu dia pun pergi. Aku berniat untuk masuk ke kontrakanku, namun tiba-tiba sebuah suara memanggilku."Bu Nirwana, Bu Nirwana!" panggilnya."Eh Bu
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 6Oleh : Widya YasminππππππππSiang itu aku dan Bang Chandra berniat pergi ke gang mawar sesuai alamat yang tertera di cermin kamarku. Kami sangat penasaran apa yang dimaksud hantu wanita itu dengan memberikan alamat tersebut."Abang sampe bela-belain gak kerja nih" ucap suamiku."Gak apa-apalah Bang, uang yang kemarin kan lumayan. Jadi anggap aja hari ini abang mau liburan!" ucapku."Hahahhaha liburan mah ke tempat wisata, ini sih main detektif-detektifan!" ucapnya sambil tertawa.Aku cuma nyengir menanggapi ucapan suamiku, kami terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukan google map."Ayo kita naik ojek!" ucapku saat menemukan pangkalan ojek."Iya," jawab suamiku."Bang anterin kami ke gang mawar ya," ucapku."Hah gak salah?" tanyanya dengan wajah bingung."Loh kenapa?" tanyaku."Emang ibu mau ngapain kesana?" tanyanya dengan waja