Bungkusan Kresek di Tempat Sampah
Part 5
Oleh : Widya Yasmin
Malam itu, Bang Chandra belum juga pulang padahal saat itu sudah larut malam.
"Bang Chandra ingkar janji, katanya gak akan pulang malam" gerutuku sambil mondar- mandir menunggu kedatangan Bang Chandra.
"Owaaaaaaak----- Owaaaakkk" suara tangis Bima membuyarkan lamunanku. Aku segera berlari ke kamar namun tiba-tiba kakiku terpeleset dan jatuh.
"Haduuuuuuuhhhh sakiiiiittt" aku meringis kesakitan namun aku berusaha bangkit demi Bima.
Aku masuk kamar, dan lagi-lagi wanita itu tengah berdiri sambil menimang Bima.
"Huwaaaaaaaaa!" aku berteriak sekencang mungkin. Walaupun aku sering melihatnya namun penampakannya tetap saja membuatku terkejut.
Dia menoleh kearahku lalu menatapku dengan tatapan yang dingin tanpa berkata sepatah katapun.
Badanku bergetar hebat, bahkan lututku terasa lemas disertai bulu kuduk yang terus meremang.
"Baiklah, Bima anakmu jadi kamu berhak menggendongnya. aku mau bikinin dia susu formula, tolong jaga Bima!" ucapku dengan seluruh keberanian yang ada.
Ia tak menanggapi ucapanku, ia terus melihatku dengan tatapan yang sangat menakutkan.
"Dia ibunya, dia tak mungkin mencelakai Bima," gumamku sambil berjalan kedapur.
Aku segera membuat susu untuk Bima..
Kulihat wanita itu kembali menghilang setelah Bima lebih tenang.
"Minum susunya nak," ucapku sambil memasukan dot susu pada mulut Bima yang mungil. Wanita itu kini telah menghilang, namun suasana kamar masih terasa mencekam, entah kenapa bulu kudukku terus meremang dan jantungku terasa dag-dig-dug ser tak karuan. Bersamaan dengan itu terdengar suara lolongan anjing yang membuat suasana semakin mencekam. Aku segera melapalkan ayat kursi dan surat-surat pendek. Suara lolongan anjing itu semakin dekat, kulihat dari jendela kamar ternyata ada 2 ekor anjing liar sedang melolong ke arah rumahku.
"Ya Allah, hamba takutttt!" ucapku dengan seluruh tubuh yang bergetar.
Tiba-tiba terdengar suara angkot Bang Chandra, bersamaan dengan itu suara lolongan anjing pun menghilang berganti suara deru angkot bang Chandra.
"Assalamu'alaikum!" teriak Bang Chandra sambil mengetuk pintu.
Aku segera menaruh Bima yang telah tertidur dengan lelapnya, lalu berlari kearah pintu.
"Waalaikum salam!" ucapku dengan bibir yang mencebik.
"Kenapa manyun begitu?" tanya bang Chandra sambil memeluk tubuhku.
"Abang kan udah janji gak akan pulang malam, tapi kok sekarang jam segini baru pulang," gerutuku.
"Abang tadi dapat banyak penumpang, lihat nih," ucapnya sambil memberikan 5 lembar uang berwarna merah.
"Kasih ibu separuh Bang, biar dia gak rewel," ucapku.
"Tadi abang udah ngasih ke ibu," ucapnya.
"Waah jadi ini untukku semua?!" tanyaku dengan wajah sumringah.
"Iya sayangku, pujaan hatiku!" ucapnya sambil tersenyum menggoda.
"Alhamdulillah ya Allah, banyak banget ini!" ucapku sambil memeluk tubuh Bang Chandra yang kekar.
"Bima mana?" tanyanya.
"Udah bobok," jawabku.
"Abang pengen meluk dia," ucapnya sambil melangkahkan kakinya ke kamar.
"Mandi dulu Bang, aku masakin air panas ya," ucapku.
"Iya, sambil menunggu abang mau makan dulu," ucapnya.
"Iya, kebetulan tadi lauknya udah kupanaskan," ucapku sambil ke dapur.
Lagi-lagi bulu kudukku meremang saat aku sedang di dapur.
"Hei hantu! kenapa sih kamu gak gangguin pembunuh kamu aja!" gumamku sambil sesekali memegangi pundakku yang terasa panas.
Tiba-tiba--
"Waaaaaaaaaaaa!" aku memekik dengan keras saat melihat sosok wanita itu. Wajahnya yang seputih kertas dengan dara yang berlumuran di seluruh tubuhnya.
"Hei kenapa sih kamu selalu menggangguku! apa salahku padamu!" teriakku dengan seluruh keberanian yang ada.
"Nirwana," ucap seseorang sambil menepuk pundakku hingga aku nyaris melompat karna kaget.
"Hihhh Bang Chandra, ngapain ngagetin begitu kalau aku jantungan gimana?!" ucapku kesal.
"Habis tadi kamu ngomong sendiri!" ucapnya.
"Wanita itu terus menggangguku!" ucapku.
"Makanya jangan banyak melamun, banyakin mengaji!" ucapnya.
"Oh ya apa mayat wanita itu dikubur dimana?" tanyaku.
"Di pemakaman warga yang terletak tidak jauh dari tempat pembuangan sampah," jawab Bang Chandra.
"Di kebun singkong?" tanyaku.
"Iya, disebelahnya kan ada pemakaman warga, cuma belum banyak baru beberapa," jawab Bang Chandra.
"Itu keluarganya gak ada yang datang?" tanyaku.
"Sampai mayat itu dikubur, gak ada satu orang pun yang mengenali wanita itu," jawab bang Chandra.
"Kasihan ya," ucapku.
"Jujur saja abang masih terbayang-bayang dengan potongan tubuh wanita itu yang dibungkus menjadi tiga kantong kresek," ucap bang Chandra sambil bergidik ngeri.
"Jahatt banget yang membunuhnya bener-bener kayak binatang!" ucapku kesal.
"Udahlah, abang mau mandi dulu. Kamu sana temenin Bima" ucapnya.
"Iya," jawabku sambil berjalan ke kamar.
Kulihat wajah imut dan lucu itu tengah tertidur pulas, kukecup keningnya yang wangi khas bayi. Lalu aku tidur disampingnya.
Tiba-tiba aku berada di sebuah rumah, rumah itu tampak gelap seperti sudah lama tak ditempati. Mataku tertarik pada Sebuah lukisan.
"Lukisan ini kan yang pernah kulihat dimimpiku waktu itu, mimpi tentang wanita yang mayatnya di mutilasi" gumamku.
"Jangan Bang, jangan ambil kalungku! hanya ini satu-satunya hartaku!" ucap seorang wanita yang tengah bertengkar dengan seorang laki-laki.
"Awwwww sakittttttt!" ucap wanita itu sambil memegangi perutnya.
"Bang! ini bayinya udah mau keluar!" teriaknya dengan posisi seperti orang mau melahirkan.
Dan beberapa menit kemudian darah menyembul dari balik dua kakinya..
"Owakkkkkkk---- owakkkkk!" sungguh pemandangan yang tak pernah kulihat sebelumnya, seorang bayi keluar sendiri dari ibunya tanpa dibantu oleh siapapun.
Kulihat laki-laki itu seolah tak peduli dengan keadaan wanita yang baru saja melahirkan dan masih berlumuran darah.
"Brettttt!" dia menarik sebuah kalung emas dari leher wanita yang baru saja melahirkan itu.
"Owaaaaaakkkk----- owakkkkkkk!" suara tangis bayi terdengar nyaring di telingaku.
Saat aku membuka mata ternyata aku telah kembali ke kamarku.
"Bima, lagi-lagi kamu yang membawa mama ke alam sadar," ucapku sambil menimang-nimang bayi kecilku dengan penuh kasih sayang.
"Waaaaaaaaaaaaa!" aku memekik dengan keras saat melihat cermin di kamar yang dipenuhi tulisan berwarna merah.
"Ada apa sih malam-malam begini teriak-teriak!" ucap bang Chandra.
"I---itu Bang," ucapku sambil menunjuk ke cermin.
Bang Chandra segera bangkit dari tempat tidur lalu mendekati cermin itu.
"Siapa yang nulis disini?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku sambil mengamati tulisan di cermin itu.
"Gang mawar, RT 08 RW 03" aku membaca tulisan di cermin itu dengan penuh tanda tanya.
"Tulisannya bau amis darah!" ucap suamiku.
"Hiyyyy!" aku merinding mendengar ucapan suamiku.
"Sepertinya ini petunjuk dari hantu wanita itu!" ucapnya.
"Berarti abang juga percaya dengan hantu itu, trus kenapa kalau aku cerita tentang hantu itu Abang seolah tak percaya!" ucapku.
"Sebenarnya wanita itu sering ada di angkot abang," ucapnya.
"Hah masa??? jadi Abang juga sering diganggunya?!" tanyaku kaget.
"Tapi kita gak boleh takut dengan penampakannya, makanya abang gak pernah cerita biar kamu gak kepikiran," ucap bang Chandra.
"Aku sering bermimpi ada di sebuah rumah, dan menyaksikan wanita itu sedang melahirkan tapi suaminya dengan tega merampas kalung wanita itu tanpa menghiraukan keadaan wanita itu yang tengah berlumuran darah," ucapku.
"Kejam sekali laki-laki itu, seperti bukan manusia!" ucap suamiku dengan wajah kesal.
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 6Oleh : Widya YasminππππππππSiang itu aku dan Bang Chandra berniat pergi ke gang mawar sesuai alamat yang tertera di cermin kamarku. Kami sangat penasaran apa yang dimaksud hantu wanita itu dengan memberikan alamat tersebut."Abang sampe bela-belain gak kerja nih" ucap suamiku."Gak apa-apalah Bang, uang yang kemarin kan lumayan. Jadi anggap aja hari ini abang mau liburan!" ucapku."Hahahhaha liburan mah ke tempat wisata, ini sih main detektif-detektifan!" ucapnya sambil tertawa.Aku cuma nyengir menanggapi ucapan suamiku, kami terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukan google map."Ayo kita naik ojek!" ucapku saat menemukan pangkalan ojek."Iya," jawab suamiku."Bang anterin kami ke gang mawar ya," ucapku."Hah gak salah?" tanyanya dengan wajah bingung."Loh kenapa?" tanyaku."Emang ibu mau ngapain kesana?" tanyanya dengan waja
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 7Oleh : Widya YasminπΏπΏπΏπΏπΏπΏPagi itu aku sedang berjemur di hangatnya udara pagi bersama Bima. Tiba-tiba kulihat Pak Hadi berjalan kearahku."Bayinya lucu amat ya dan ganteng," ucap Pak Hadi."Iya," ucapku datar.Aku menatap wajah bayiku lalu membandingkan dengan wajah Pak Hadi."Sangat jauh berbeda, hidung bayi ini mancung berbeda dengan hidung Pak Hadi yang mirip jambu air," gumamku."Kenapa melamun?" tanya Pak Hadi."Oh ya Pak, Bapak tau gak gang mawar dimana?" tanyaku."Gak tau ya, sepertinya seumur-umur saya baru denger nama gang mawar," ucapnya."Masa?!" tanyaku seolah tak percaya."Demi Allah," jawab Pak Hadi.Aku tak bisa berkutik saat dia mengucapkan demi Allah, setelah itu dia pun pergi. Aku berniat untuk masuk ke kontrakanku, namun tiba-tiba sebuah suara memanggilku."Bu Nirwana, Bu Nirwana!" panggilnya."Eh Bu
Bungkusan kresek di Tempat SampahPart 8Oleh : Widya YasminππππππBu Ningsihhh!!! tunggu!" teriakku sambil lari terbirit-birit mengejar Bu Ningsih.Hingga akhirnya kami pun telah berada jauh dari rumah kosong itu. Namun bu Ningsih terus mempercepat langkah kakinya hingga tiba-tiba..."Buggggh!" bu Ningsih bertabrakan dengan para polisi yang sedang berjalan menyusuri daerah ini."Ma--maaf pak!" ucap bu Ningsih gelagapan."Kalian berdua kenapa lari terbirit-birit seperti itu?" tanya polisi."Bapak ingat mayat wanita yang dimutilasi itu?" tanyaku."Tentu saja, justru kami berniat kembali ke TKP untuk menyelidiki kasus pembunuhan wanita itu," ucap para polisi."Kalau boleh saran, bagaimana kalau Bapak-bapak polisi ini menyelidiki rumah kosong yang terletak tidak jauh dari TKP" ucapku."Memangnya apa hubungannya rumah itu dengan kasus wanita itu?" tanya polisi."Barusan saya lihat hantu
Esoknya, pagi-pagi sekali Bang Chandra berangkat kerja setelah melahap habis nasi goreng yang kumasak dengan penuh cinta itu."Abang berangkat kerja ya sayangku" ucapnya sambil mengecup keningku dengan mesra."Ini anakmu juga mau dikecup," ucapku sambil melirik kearah Bima yang sejak tadi kugendong."Ayah berangkat kerja dulu ya jagoanku, semoga hari ini ayah dapat rejeki yang banyak untuk jagoan ayah ini," ucapnya sambil mengecup pipi Bima dengan lembut."Hati-hati Ayaaah!" ucapku sambil melambaikan tangan Bima."Dadah kesayangan ayah!!" ucapnya sambil membalikan badannya.Semenjak kehadiran Bima dalam rumahtanggaku, aku merasa sangat bahagia. Suasana rumah ini menjadi hangat dan manis."Bu Nirwana!! Bu Nirwana!!" teriak seseorang diluar sana."Suara cempreng yang familiar bagiku" gumamku sambil begegas keluar."Iya, Bu Ningsih sayang ada apa?" tanyaku."Maaf ya Bu ganggu p
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 10Oleh : Widya YasminππππππππPagi itu.."Bang sarapan dulu," ucapku pada suamiku."Iya, abang masih kangen nih sama jagoan abang," ucapnya sambil menciumi pipi Bima yang lembut."Awas nanti lecet," ucapku."Iya deh," jawabnya.Aku pun membaringkan Bima di tempat tidur, ku taruh balon warna warni yang terikat diatas, dan Bima pun anteng bermain dengan balon itu."Bang," ucapku pada bang Chandra yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya."Iya, ada apa cintaku," jawabnya."Kemaren kan aku ke pasar bersama bu Ningsih," ucapku."Lalu?" tanya bang Chandra."Aku ketemu pedagang daging yang mencurigakan," ucapku."Mencurigakan gimana?" tanyanya."Kemeja yang dia pakai, sama persis dengan yang membunuh Susan," ucapku."Jadi sekarang gak mencurigai Pak Hadi lagi nih?" tanyanya."Pak Hadi kan jelas-jelas paling ogah
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 11Oleh : Widya Yasmin"Belanjanya udah kan sekarang?" tanyaku pada Bu Ningsih."Iya, udah kok. Memangnya kita mau kemana sih, kok kayak buru-buru amat?" tanyanya."Kita mau ke tempat Pak Hadi mangkal," jawabku."Tapi mau apa?" tanyanya bingung."Pokoknya Bu Ningsih ikut aja!" ucapku sambil menarik tangannya."Gimana kalau suami saya sedang narik, bukan sedang mangkal," ucapnya lagi."Ya Ibu telpon dong," ucapku."Tapi saya lupa gak bawa Handpone," jawabnya."Ah ayo kita pergi aja dulu!" ucapku sambil menarik tangannya.Kami pun tiba di perempatan jalan, tempat biasa suamiku dan Pak Hadi memarkirkan angkotnya."Nirwana! ngapain kesini?" tanya suamiku dari kejauhan sambil berlari kearahku."Pak Hadi mana?" tanyaku."Tuh lagi ngopi!" ucap bang Chandra.Kami pun bergegas menuju warung kopi di pinggir jalan, ternyata benar Pak Hadi sedang
Tubuhku dilempar dengan kuat ke sudut ruangan di rumah kosong itu."Kamu kan pedagang daging itu?" ucapku saat melihat tubuh yang tinggi besar mengenakan kemeja kotak-kotak."Aku sudah mencurigai gelagatmu yang aneh setiap kali bertemu denganku, sebenarnya apa yang kamu ingin tahu dariku?" tanyanya."Aku----aku----" tiba-tiba lidah lidah terasa kelu, aku benar-benar takut karna sejak tadi ia menenteng pisau untuk memotong daging."Apakah kamu yang membunuh Susan?" tanyaku dengan semua keberanian yang ada."Hahahahahhaha betul sekali, apakah kamu ingin merasakan apa yang dia rasakan?" tanyanya dengan tertawa yang sangat menakutkan."Tapi mengapa kamu membunuh Susan?" tanyaku penasaran."Karna dia mengandung anakku dan dia memaksaku agar aku bertanggung jawab padanya!" ucapnya dengan suara lantang."Ya Allah Bima ku sayang, kamu ternyata anak manusia laknat ini," gumamku sam
Hai namaku Susan. 2 tahun yang lalu aku meninggalkan kampung halamanku untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal alamat temanku yang diberikan oleh orangtuanya aku pergi ke sebuah kota besar dengan perbekalan seadanya.Namun saat aku tiba di alamat yang kucari ternyata temanku sudah pindah, orang disitu tak ada satupun dia pindah kemana. Dengan langkah gontai aku berniat untuk kembali ke kampung halamanku, namun naasnya tiba-tiba dua orang preman membekap mulutku lalu menyeretku ke sebuah gudang kosong. Aku disekap di gudang itu berhari-hari bahkan aku juga dipaksa melayani nafsu bejat mereka.Hidupku telah hancur, aku benar-benar tak menyangka kehidupanku akan hancur seperti ini. Namun aku tak putus asa, aku segera kabur dari tempat itu saat mereka lengah. Namun ternyata mereka terus mengejarku hingga tiba-tiba aku bertemu dengan seorang wanita dengan makeup tebal dan rambut berwarna pirang."Tolong Bu, tolong saya!" teriakku."Mema
10 tahun kemudian rumahtangga Nirwana bersama Chandra semakin bahagia. Karna kini mereka telah memiliki 3 orang anak yang menghiasi rumah tangga mereka. Bima yang kini telah berusia 10 tahun tumbuh menjadi anak yang tampan juga berbakti, selain Bima ada Nirmala yang berusia 7 tahun dan Nirina yang berusia 3 tahun.Chandra masih tetap menjadi supir angkot, namun kini ia tak lagi memakai angkot oranglain. Kini ia telah memiliki angkot pribadi, selain itu ia juga telah memiliki rumah pribadi yang ia beli dari uang tabungannya selama beberapa tahun."Mana nih kesayangan ayah?" tanya Chandra pagi itu.Tiba-tiba Nirmala dan Nirina berlari kearah Chandra."Aku!! Aku!!" teriak mereka."Bukan dong! kesayangan ayah adalah Bang Bima!" ucap Chandra sambil merangkul Bima yang sejak tadi berdiri di pojokan."Kenapa sih ayah sayang banget sama Bang Bima?" tanya Nirmala sambil mencebik.Nirwana hanya tersenyum meliha
Hai namaku Susan. 2 tahun yang lalu aku meninggalkan kampung halamanku untuk mencari pekerjaan di kota. Berbekal alamat temanku yang diberikan oleh orangtuanya aku pergi ke sebuah kota besar dengan perbekalan seadanya.Namun saat aku tiba di alamat yang kucari ternyata temanku sudah pindah, orang disitu tak ada satupun dia pindah kemana. Dengan langkah gontai aku berniat untuk kembali ke kampung halamanku, namun naasnya tiba-tiba dua orang preman membekap mulutku lalu menyeretku ke sebuah gudang kosong. Aku disekap di gudang itu berhari-hari bahkan aku juga dipaksa melayani nafsu bejat mereka.Hidupku telah hancur, aku benar-benar tak menyangka kehidupanku akan hancur seperti ini. Namun aku tak putus asa, aku segera kabur dari tempat itu saat mereka lengah. Namun ternyata mereka terus mengejarku hingga tiba-tiba aku bertemu dengan seorang wanita dengan makeup tebal dan rambut berwarna pirang."Tolong Bu, tolong saya!" teriakku."Mema
Tubuhku dilempar dengan kuat ke sudut ruangan di rumah kosong itu."Kamu kan pedagang daging itu?" ucapku saat melihat tubuh yang tinggi besar mengenakan kemeja kotak-kotak."Aku sudah mencurigai gelagatmu yang aneh setiap kali bertemu denganku, sebenarnya apa yang kamu ingin tahu dariku?" tanyanya."Aku----aku----" tiba-tiba lidah lidah terasa kelu, aku benar-benar takut karna sejak tadi ia menenteng pisau untuk memotong daging."Apakah kamu yang membunuh Susan?" tanyaku dengan semua keberanian yang ada."Hahahahahhaha betul sekali, apakah kamu ingin merasakan apa yang dia rasakan?" tanyanya dengan tertawa yang sangat menakutkan."Tapi mengapa kamu membunuh Susan?" tanyaku penasaran."Karna dia mengandung anakku dan dia memaksaku agar aku bertanggung jawab padanya!" ucapnya dengan suara lantang."Ya Allah Bima ku sayang, kamu ternyata anak manusia laknat ini," gumamku sam
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 11Oleh : Widya Yasmin"Belanjanya udah kan sekarang?" tanyaku pada Bu Ningsih."Iya, udah kok. Memangnya kita mau kemana sih, kok kayak buru-buru amat?" tanyanya."Kita mau ke tempat Pak Hadi mangkal," jawabku."Tapi mau apa?" tanyanya bingung."Pokoknya Bu Ningsih ikut aja!" ucapku sambil menarik tangannya."Gimana kalau suami saya sedang narik, bukan sedang mangkal," ucapnya lagi."Ya Ibu telpon dong," ucapku."Tapi saya lupa gak bawa Handpone," jawabnya."Ah ayo kita pergi aja dulu!" ucapku sambil menarik tangannya.Kami pun tiba di perempatan jalan, tempat biasa suamiku dan Pak Hadi memarkirkan angkotnya."Nirwana! ngapain kesini?" tanya suamiku dari kejauhan sambil berlari kearahku."Pak Hadi mana?" tanyaku."Tuh lagi ngopi!" ucap bang Chandra.Kami pun bergegas menuju warung kopi di pinggir jalan, ternyata benar Pak Hadi sedang
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 10Oleh : Widya YasminππππππππPagi itu.."Bang sarapan dulu," ucapku pada suamiku."Iya, abang masih kangen nih sama jagoan abang," ucapnya sambil menciumi pipi Bima yang lembut."Awas nanti lecet," ucapku."Iya deh," jawabnya.Aku pun membaringkan Bima di tempat tidur, ku taruh balon warna warni yang terikat diatas, dan Bima pun anteng bermain dengan balon itu."Bang," ucapku pada bang Chandra yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya."Iya, ada apa cintaku," jawabnya."Kemaren kan aku ke pasar bersama bu Ningsih," ucapku."Lalu?" tanya bang Chandra."Aku ketemu pedagang daging yang mencurigakan," ucapku."Mencurigakan gimana?" tanyanya."Kemeja yang dia pakai, sama persis dengan yang membunuh Susan," ucapku."Jadi sekarang gak mencurigai Pak Hadi lagi nih?" tanyanya."Pak Hadi kan jelas-jelas paling ogah
Esoknya, pagi-pagi sekali Bang Chandra berangkat kerja setelah melahap habis nasi goreng yang kumasak dengan penuh cinta itu."Abang berangkat kerja ya sayangku" ucapnya sambil mengecup keningku dengan mesra."Ini anakmu juga mau dikecup," ucapku sambil melirik kearah Bima yang sejak tadi kugendong."Ayah berangkat kerja dulu ya jagoanku, semoga hari ini ayah dapat rejeki yang banyak untuk jagoan ayah ini," ucapnya sambil mengecup pipi Bima dengan lembut."Hati-hati Ayaaah!" ucapku sambil melambaikan tangan Bima."Dadah kesayangan ayah!!" ucapnya sambil membalikan badannya.Semenjak kehadiran Bima dalam rumahtanggaku, aku merasa sangat bahagia. Suasana rumah ini menjadi hangat dan manis."Bu Nirwana!! Bu Nirwana!!" teriak seseorang diluar sana."Suara cempreng yang familiar bagiku" gumamku sambil begegas keluar."Iya, Bu Ningsih sayang ada apa?" tanyaku."Maaf ya Bu ganggu p
Bungkusan kresek di Tempat SampahPart 8Oleh : Widya YasminππππππBu Ningsihhh!!! tunggu!" teriakku sambil lari terbirit-birit mengejar Bu Ningsih.Hingga akhirnya kami pun telah berada jauh dari rumah kosong itu. Namun bu Ningsih terus mempercepat langkah kakinya hingga tiba-tiba..."Buggggh!" bu Ningsih bertabrakan dengan para polisi yang sedang berjalan menyusuri daerah ini."Ma--maaf pak!" ucap bu Ningsih gelagapan."Kalian berdua kenapa lari terbirit-birit seperti itu?" tanya polisi."Bapak ingat mayat wanita yang dimutilasi itu?" tanyaku."Tentu saja, justru kami berniat kembali ke TKP untuk menyelidiki kasus pembunuhan wanita itu," ucap para polisi."Kalau boleh saran, bagaimana kalau Bapak-bapak polisi ini menyelidiki rumah kosong yang terletak tidak jauh dari TKP" ucapku."Memangnya apa hubungannya rumah itu dengan kasus wanita itu?" tanya polisi."Barusan saya lihat hantu
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 7Oleh : Widya YasminπΏπΏπΏπΏπΏπΏPagi itu aku sedang berjemur di hangatnya udara pagi bersama Bima. Tiba-tiba kulihat Pak Hadi berjalan kearahku."Bayinya lucu amat ya dan ganteng," ucap Pak Hadi."Iya," ucapku datar.Aku menatap wajah bayiku lalu membandingkan dengan wajah Pak Hadi."Sangat jauh berbeda, hidung bayi ini mancung berbeda dengan hidung Pak Hadi yang mirip jambu air," gumamku."Kenapa melamun?" tanya Pak Hadi."Oh ya Pak, Bapak tau gak gang mawar dimana?" tanyaku."Gak tau ya, sepertinya seumur-umur saya baru denger nama gang mawar," ucapnya."Masa?!" tanyaku seolah tak percaya."Demi Allah," jawab Pak Hadi.Aku tak bisa berkutik saat dia mengucapkan demi Allah, setelah itu dia pun pergi. Aku berniat untuk masuk ke kontrakanku, namun tiba-tiba sebuah suara memanggilku."Bu Nirwana, Bu Nirwana!" panggilnya."Eh Bu
Bungkusan Kresek di Tempat SampahPart 6Oleh : Widya YasminππππππππSiang itu aku dan Bang Chandra berniat pergi ke gang mawar sesuai alamat yang tertera di cermin kamarku. Kami sangat penasaran apa yang dimaksud hantu wanita itu dengan memberikan alamat tersebut."Abang sampe bela-belain gak kerja nih" ucap suamiku."Gak apa-apalah Bang, uang yang kemarin kan lumayan. Jadi anggap aja hari ini abang mau liburan!" ucapku."Hahahhaha liburan mah ke tempat wisata, ini sih main detektif-detektifan!" ucapnya sambil tertawa.Aku cuma nyengir menanggapi ucapan suamiku, kami terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukan google map."Ayo kita naik ojek!" ucapku saat menemukan pangkalan ojek."Iya," jawab suamiku."Bang anterin kami ke gang mawar ya," ucapku."Hah gak salah?" tanyanya dengan wajah bingung."Loh kenapa?" tanyaku."Emang ibu mau ngapain kesana?" tanyanya dengan waja