Home / Thriller / Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan / Menikah Dengan Anak Musuh

Share

Menikah Dengan Anak Musuh

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2023-10-30 01:36:41

Bab 2 Menikah Dengan Anak Musuh

Dan benar saja, tak membutuhkan waktu yang lama, Mas Bima pun kembali menemui ku dan menyampaikan sesuatu padaku. Dimana, anak sulung Pakde Rudi itu mengatakan jika dari penyelidikannya beberapa hari ini, ia menduga kuat kalau Bu Mirna memang ada kaitannya dengan peristiwa tragis yang dialami bapakku. Mas Bima menyimpulkan hal tersebut lantaran ia mendapatkan informasi mengenai catatan kriminal dari Bu mirna yang ternyata sudah beberapa kali berurusan dengan pihak kepolisian namun tidak ada kelanjutan proses dikarenakan adanya jaminan uang yang diberikan. Selain itu, karena cintanya yang tertolak, besar kemungkinan memang menjadi salah satu motif untuk mencelakai bapakku karena Bu Mirna merasa sakit hati.

So, pantas bukan jika aku mencurigai Bu Mirna?

Dan karena informasi yang diberikan Mas Bima ini lah yang kemudian membuatku semakin berapi-api untuk melakukan balas dendam terhadap Bu Mirna. Serta orang-orang yang sebelumnya aku dan Mas Bima percaya ikut terlibat dalam kecelakaan bapakku.

"Fix! Bu Mirna pasti pelakunya. Pasti dia juga yang udah menyuap para polisi untuk menutup kasus bapak," ungkap ku yang sudah seratus persen yakin jika Bu Mirna adalah dalang dari kecelakaan yang dialami bapakku.

"Ini hanya kesimpulan ku, Dek. Tapi, kalau dilihat dari catatan kriminal dan tentang masa lalu Paman dan Bu Mirna ... Make sense, sih," balas Mas Bima.

Tak lagi membalas, aku hanya terdiam dan membenarkan apa yang dikatakan kakak sepupuku itu dalam hati.

"Tapi tolong kamu jangan bertindak lebih jauh sebelum menemukan kebenarannya," pinta Mas Bima. Aku lantas mengernyitkan dahi tak mengerti. Sampai kemudian kakak sepupuku itu kembali berkata yang kini malah membuatku tercengang.

"Menikah lah dengan Alvin."

"Ha? Maksudnya?" tanyaku kebingungan.

Mas Bima pun menjelaskan jika aku bisa menikah dengan temannya itu, aku bisa memanfaatkannya untuk membuktikan dugaan kami terhadap Bu Mirna. Apalagi jika aku berhasil masuk ke dalam keluarga tersebut, aku akan lebih mudah membalas dendam ku apabila dugaan ku itu benar adanya. Selain itu aku juga bisa memiliki sumber dana gratis dari pemberian Mas Alvin guna membiayai segala hal yang nantinya aku butuhkan untuk memuluskan rencana ku.

"Tapi ... Kalau ternyata Bu Mirna gak kaitannya sama masalah ini, gimana, Mas?" Dan sekarang malah aku sendiri yang merasa ragu. Apalagi harus mempertaruhkan hidupku untuk menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenali.

"Tadi katanya yakin? Kalau yakin, aku bantu kamu pedekate sama Alvin. Kalau gak, aku gak yakin ada jalan lain."

Ku hela napasku mendengar ucapan Mas Alvin. Aku terdiam sejenak untuk memikirkan keputusan apa yang akan aku ambil.

"Oke! Aku setuju!"

Finally, dengan sedikit terpaksa aku pun menyetujui ide gil* dari kakak sepupuku itu.

***

Membuatku lebih dekat dengan Mas Alvin adalah hal yang mudah bagi Mas Bima. Hal itu lantaran kakak sepupuku itu merupakan salah satu teman dekatnya Mas Alvin di kantor. Lebih tepatnya Mas Bima lah yang sengaja mendekati Mas Alvin hingga membuat anak laki-laki Bu Mirna itu merasa akrab dengannya.

Dua bulan pun berlalu. Waktu yang terbilang singkat untukku yang akhirnya berhasil membuat Mas Alvin lebih akrab dan merasa nyaman ketika bersamaku. Namun, sesuai dengan nasihat dari Mas Bima, aku harus terus berhati-hati dan tidak boleh gegabah dalam bertindak. Membiarkan Mas Alvin dengan sendirinya menyatakan cintanya padaku adalah cara supaya dia tidak mencurigaiku.

Dan beberapa bulan sebelum satu tahun setelah kepergian bapak, usaha ku akhirnya membuahkan hasil.  Mas Alvin jatuh dalam perangkapku. Dengan penuh kesadaran laki-laki seumuran Mas Bima itu berniat ingin menikahiku meskipun keputusannya itu ditentang keras oleh ibunya sendiri.

***

Singkat cerita acara sakral itu pun selesai digelar. Aku dan Mas Alvin kini resmi menjadi pasangan halal. Pernikahan yang dilangsungan tanpa kehadiran kedua orang tuaku itu teramat membuatku bersedih. Benar, meski berbulan-bulan telah berlalu, kondisi ibuku masih tetap sama. Walaupun begitu, sebagai anak aku tetap menyayanginya dan rutin mengunjunginya meskipun kerap ibu tidak mengenaliku.

Mas Alvin sendiri sudah tahu bagaimana kondisi ibukku. Meski demikian, ia tetap ingin melanjutkan membangun rumah tangga bersamaku. Tentu aku merasa beruntung karena jarang aku menemui laki-laki yang mau menikah dengan wanita yang orang tuanya adalah pasien rumah sakit jiwa. Sayangnya, keberuntungan yang aku rasakan tidaklah sama dengan apa yang dirasakan oleh Mas Alvin.

"Pernikahan ini adalah awal dari pembalasan dendamku untuk orang-orang yang sengaja menghancurkan keluargaku," batinku mengingat kembali peristiwa memilukan satu tahun yang lalu.

***

"Tolong bersabar, ya, sayang, aku yakin seiring berjalannya waktu Mama pasti akan menerimamu," kata Mas Alvin padaku.

Aku tersenyum manis pada laki-laki yang baru beberapa hari ini menjadi suamiku.

"Pasti, Mas. Aku akan bersabar dan bertahan untuk bisa mengambil hati Mama," balasku seraya tersenyum.

Mas Alvin lantas membalas senyumanku lalu mengecup keningku. Tak lupa juga ia memelukku sebelum pamit untuk pergi ke kantor. Sembari menatap kepergian mobil Mas Alvin, dalam hati aku berkata akan terus bersabar dan bertahan bukan untuk pernikahan ini, tetapi untuk membuat dirinya dan ibunya membayar atas apa yang terjadi pada keluargaku.

"Maafkan aku, Mas. Tapi bagiku menerima pinanganmu adalah cara satu-satunya untukku bisa membalaskan dendam atas kematian bapakku."

Ku hapus secara pelan satu tetasan air mata yang mengalir di pipiku. Aku mencoba untuk tidak lengah karena cinta yang diberikan oleh Mas Alvin padaku. Walaupun aku sendiri tak tahu cinta yang seperti apa yang diberikan suamiku itu. Ketulusan atau hanya belas kasihan.

"Kenapa kamu ingin menikahiku?" tanyaku pada Mas Alvin kala dirinya menyatakan ingin menikahiku.

Mas Alvin tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke arah lain. "Tidak banyak wanita yang aku temui dalam hidupku. Sejak masuk SMP bahkan sampai Mama selalu menempatkan pendidikan yang mengharuskanku tinggal di asrama. Duniaku terlalu monoton. Tapi, semua itu berubah ketika aku mulai mengenalmu."

Ku hela napas kasarku mendengar perkataan Mas Alvin. Membuatnya jatuh cinta padaku memang salah satu tujuanku mendekatinya. Namun, siapa sangka kedekatan kami yang baru beberapa bulan, bahkan aku belum sempat mengeluarkan jurus-jurusku, ia malah terang-terangan menyatakan keinginannya tersebut. Meski merasa agak janggal, namun aku tetap menerima pinangannya tersebut. Walaupun banyak perbedaan di antara kami, yang mana hal tersebut lah yang menjadi alasan Bu Mirna tidak merestui hubungan kami.

Mas Alvin punya harta yang cukup sementara aku tidak. Aku hanya seorang gadis desa yang ingin menjalankan hidup dengan normal namun sayang keadaan tak berpihak padaku. Malah yang ada hidupku memaksaku untuk menjadi wanita j*hat yang mengharuskanku menyakiti orang-orang di sekitarku termasuk suamiku sendiri.

Akan tetapi, terlepas dari apapun alasan Mas Alvin melamarku, aku tak begitu memedulikannya. Malah aku berpikir kali ini keadaan sedang berpihak padaku. Toh pula dengan begini aku juga tidak perlu membuang-buang tenaga ataupun waktu lebih banyak hanya untuk membuat Mas Alvin jatuh dalam pelukanku. Yah, meskipun sejak awal hubungan kami mendapatkan pertentangan dari Bu Mirna, namun, seakan tak memedulikan ibunya, Mas Alvin tetap melangkah maju untuk menikahiku.

Sungguh beruntung bukan diriku?

***

Related chapters

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Kesaksian Seorang Teman

    Bab 3 Kesaksian Seorang Teman Akan tetapi, terlepas dari apapun alasan Mas Alvin melamarku, aku tak begitu memedulikannya. Malah aku berpikir kali ini keadaan sedang berpihak padaku. Toh pula dengan begini aku juga tidak perlu membuang-buang tenaga ataupun waktu lebih banyak hanya untuk membuat Mas Alvin jatuh dalam pelukanku. Yah, meskipun sejak awal hubungan kami mendapatkan pertentangan dari Bu Mirna, namun, seakan tak memedulikan ibunya, Mas Alvin tetap melangkah maju untuk menikahiku. Sungguh beruntung bukan diriku? *** Tak lama setelah kepergian Mas Alvin, aku bergegas kembali masuk ke dalam rumah. Mengambil ponsel dan kunci mobilku lalu bersegera menemui Mas Bima ke tempat yang memang sudah kami tentukan sebelumnya. Ya, meskipun aku baru hitungan hari menikah tak lantas membuat penyelidikan yang dilakukan Mas Bima berhenti. Kakak sepupuku itu terus melanjutkan investigasinya demi menuntaskan masalah yang sedang kami hadapi saat ini. Sesampainya di sebuah cafe yang terletak

    Last Updated : 2023-10-30
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Fakta Masa Lalu

    Bab 4 Fakta di Masa LaluAku terpaku mendengar apa yang disampaikan Pak Surya barusan. Aku takut jika rumor itu betul-betul terjadi dan Bu Mirna benar-benar terlibat dalam kecelakan bapak. Jika benar demilikan ku pastikan bukan hanya motif asmara yang menjadi alasan dibalik Bu Mirna bertindak demikian. Tapi ada hal lain yang membuatnya berani melakukan hal tersebut.***Hari terus berjalan. Tiga hari setelah pertemuanku dengan Pak Surya waktu itu, sampai detik ini aku masih saja belum mendapatkan kabar dari Mas Bima mengenai kelanjutan penyelidikannya. Sempat merasa pesimis kalau Mas Bima akan gagal mendapatkan informasi mengenai rumor pernikahan siri antara Bu Mirna dan bapakku. Di sisi lain aku juga merasa takut kalau-kalau rumor itu malah benar adanya.Sebab sekarang ini aku menikah dengan anak kandung Bu Mirna. Dimana jika pernikahan siri itu terjadi dan sudah berlangsung lama, aku takut jika laki-laki yang kini menjadi suamiku itu adalah saudara kandungku sendiri. Walaupun sebelu

    Last Updated : 2023-10-30
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Sikap Dingin Suamiku

    Bab 5 Sikap Dingin SuamikuEntah mengapa, sikap yang ditunjukkan Mas Alvin tersebut membuatku merasa ia agak berbeda. Walaupun aku tahu suamiku itu adalah tipikal orang yang tidak mudah marah dan lebih sering pengertian terhadap orang-orang di sekitarnya. Termasuk aku. Akan tetapi sikapnya kali ini yang mendadak dingin itu membuatku curiga padanya. Aku merasa ada sesutau yang sedang disembuyikan suamiku itu sehingga ia bersikap demikian setelah ia menuruti permintaanku.***Malam pun datang. Dan waktu sudah hampir mendekati tengah malam, namun, aku tak kunjung mendapati kepulangan dari Mas Alvin. Kemana suamiku itu pergi? Mungkinkah ia kecewa denganku yang meminta padanya membatalkan rencana bulan madu kami? Yang mana juga membuatnya bersikap dingin padaku sebelum keberangkatannya ke kantor tadi pagi."Astagaaa .... " Ku usap wajahku dengan agak kasar. Mencoba menyadarkan diriku untuk tidak begitu memedulikan Mas Alvin. Sebab bagaimanapun juga aku menikah dengannya bukan atas dasar c

    Last Updated : 2023-10-30
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Udang Di Balik Batu?

    Bab 6 Udang Di Balik Batu? "Ya, pasti gak mungkin tau," kataku pada diriku sendiri. Untuk lebih menyakinkan diriku lagi, aku pun mencoba menghubungi Mas Alvin dan berpura-pura akan menyusul ke rumah mamanya. Jika Mas Alvin menolak, artinya memang ia sedang berada di kampung tempat kelahiran mama nya yang memang terletak cukup jauh dari kota. Jika demikian aku pun bisa menanyakan perihal dugaan-dugaanku sebelumnya. Atau bisa jadi kecurigaanku memang benar adanya. Namun sebaliknya, jika Mas Alvin tidak menolak, mungkin saja Mas Bima salah melihat orang dan Mas Alvin sendiri memang tengah berada di rumah mama nya yang masih satu kompleks dengan rumah yang aku tempati sekarang. Aku pun bergegas meraih ponselku dan segera menghubungi Mas Alvin. "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif!"Ah, sial! Baru satu kali melakukan panggilan, rupanya nomor suamiku sedang tidak aktif. Tentu saja hal ini malah membuatku curiga padanya. Alhasil aku pun melaporkan hal ini pada Mas Bima. Sayangnya, pa

    Last Updated : 2023-11-27
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Memulai Rencana

    Bab 7 Memulai Rencana"Alvin nginep di sini. Maafin dia, ya, kalau malah buat kamu khawatir. Besok lagi Mama suruh dia pulang sekalipun itu tengah malam, hujan deras lagi," kata Bu Mirna sambil terkekeh.Aku tersenyum dan mengiyakan perkataan ibu mertuaku yang mana aku merasa janggal. Benar-benar terasa aneh pokoknya. Apalagi hal itu adalah sesuatu yang langka yang malah membuatku curiga dengan sikap Bu Mirna barusan. Namun, bukan hanya sikap Bu Mirna yang patut aku curigai, akan tetapi sikap dari Dewi yang juga ikut sarapan bersama saat itu, dimana ia sesekali menatapku dengan tatapan tak suka. Dimana karena hal tersebut lah lantas membuatku merasa ada udang di balik batu di acara keluarga pagi ini. Jika benar demikian, lalu apa tujuannya Bu Mirna yang secara tiba-tiba ini mengajakku untuk sarapan bersamanya?Acara sarapan bersama pun usai. Tak ada hal apapun yang membuatku lebih curiga pada Bu Mirna. Sebab

    Last Updated : 2024-01-01
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Berita Yang Tersebar Di Media Sosial

    Bab 8 Berita Yang Tersebar Di Media"Iya, Mbak. Saya mengerti."Setelah meraih flashdisk tersebut, Arga pun segera menyimpannya dan menyelesaikan pekerjaannya. Barulah beberapa saat kemudian Arga pamit dan pergi meninggalkanku."Saya permisi, Mbak," pamit Arga.Aku mengangguk kecil tanda mengiyakan kepergian Arga. Dan di saat Arga mulai melangkahkan kakinya, di momen itu lah aku tersenyum menyerigai dengan tatapan tajam ke depan. Membayangkan keberhasilanku dalam membalaskan rasa sakitku terhadap Bu Mirna.***Arga memang luar biasa. Wartawan kenalan Mas Bima itu sangatlah membuatku puas dengan pekerjaannya yang padahal baru kemarin aku memintanya. Dan hari ini aku sudah menuai hasilnya.

    Last Updated : 2024-01-02
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Percakapan Yang Didengar

    Bab 9 Percakapan Yang Didengar"Mas?" panggilku. Mas Alvin tersentak dan reflek kembali menoleh sebentar ke arahku. Mas Alvin menggelengkan pelan kepalanya dan berkata," aku gak tau sayang."Mendengar jawaban dari suamiku barusan tentu aku tak mempercayainya begitu saja. Aku yakin karena Mas ALvin adalah anak kandungnya Bu Mirna pasti ia akan ikut terlibat dalam kasus ini. Atau setidaknya dia tahu dan memilih merahasiakannya dari siapapun. Termasuk aku. Setelah menyelesaikan sarapannya, Mas Alvin lantas pamit untuk pergi ke kantor. Ia berniat berangkat lebih awal lantaran ingin memastikan keadaan tempat kerjanya baik-baik saja. Mengingat saat ini ibu nya masih menjadi pimpinan dari kantornya tersebut. Tentu saja sebelum meninggalkan rumah ibu nya, suamiku itu lebih dulu memulangkanku ke rumah kami. Tak lupa memberikan kecupan hangat di keningku dan memintaku mencium takzim tangan kanannya. Aktivitas pagi yang biasa kami lakukan sebelum

    Last Updated : 2024-01-03
  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Menuduhku?

    Bab 10 Menuduhku?"Ma–maaf, Bu," ucap Bi Inah terbata-bata seraya menundukkan wajahnya seolah tak berani menatapku."Bi Inah dengar semua yang saya obrolkan dengan Mas Bima tadi?" selidik ku.Mendengar pertanyaan ku barusan, saat itu Bi Inah tak langsung menjawabnya. Ia terdiam beberapa saat yang mana membuatku semakin penasaran. Ah, Bi Inah!"Bi!" tegur ku yang merasa tak sabaran."Wait, wait, wait!" Mas Bima berlari kecil mendekatiku dan Bu Inah."Ada apa, Mas?" tanyaku heran."Jangan terlalu kasar sama Bi Inah. Kasihan. Mungkin dia emang gak denger apa-apa," kata Mas Bima mencoba menengahi."Mas! Gak mungkin gak denger apa-apa. Bi Inah di sini, kita di sana," balasku seraya mengayunkan tangan menunjukkan jarak antara posisiku dan Mas Bima tadi dan Bi Inah yang hanya berjarak kurang dari sepuluh meter."Tapi Bibi emang gak denger apa-apa, Bu," sahut Bi Inah. Aku menoleh ke arahnya yang tampak masih ketakutan."Kalaupun emang Bibi denger apa-apa, tolong jaga rahasia ini, ya, Bi. Say

    Last Updated : 2024-01-05

Latest chapter

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   TAMAT

    Bab 34 TAMAT"Bu, ada kabar buruk," kata pembantu itu."Kabar apa? kenapa?" tanya Bu Mirna tak sabar.Pembantu itu pun terdiam sejenak, lalu mulai membuka suaranya yang mana kabar yang barusan ia terima datang dari sekertaris Bu Mirna. Yaitu Dewi."Mbak Dewi di kantor polisi."Seketika kami yang ada terkejut mendengar kabar barusan. Apa yang terjadi hingga membuat Dewi berada di kantor polisi?"Vin, tolong antar Mama ke kantor polisi sekarang," pinta Bu Mirna yang tampak syok dengan kabar barusan."Iya, Ma," balas Mas Alvin."Aku ikut!" sahutku.Mas Alvin menatapku sejenak. Lalu mengangguk kecil. ***Sesampainya aku, Mas Alvin dan Bu Mirna di kantor polisi, kami mendapati kenyataan bahwa Dewi sudah ditahan. Tentu hal itu membuatku bertanya-tanya. Terlebih Bu Mirna selaku ibu kandungnya yang merasa syok dengan keadaan ini."Maafkan Dewi, Bu. Dewi sudah mengakui semuanya dan ini adalah konsekuensi yang harus Dewi terima," jelas Dewi."Mengakui? kamu mengakui apa?" tanyaku penasaran.De

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Pengakuan Bu Mirna

    Bab 33 Pengakuan Bu MirnaDi saat itu rasa jengkelku semakin naik, tapi ... ah, mungkin suamiku itu juga merasa lapar dan memutuskan untuk membeli martabak yang memang jelas-jelas masih buka.Setelah beberapa menit Mas Alvin pun kembali dengan membawa satu bungkus martabak manis. Dan tepat ketika suamiku itu menutup pintu mobil, mendadak ia tampak terkejut dan pandangannya tak teralihkan dari arah depan. Ketika aku menulusuri arah yang dimaksud Mas Alvin, ternyata ... ada Dewi yang baru saja turun dari mobilnya."Itu Dewi, kan?" tanyaku memastikan, tanpa mengalihkan pandanganku."Iya," jawab Mas Alvin."Ada urusan apa dia ke sini tengah malah kayak gini?" aku terus memperhatikan pergerakan sekertaris Bu Mirna itu yang masih berjalan."Beli martabak kali," tebak Mas Alvin yang netranya juga mengikuti langkah Dewi berjalan.Sontak aku menghela napas kesal, lalu menolehkan pandanganku ke arah Mas Alvin.Mas Alvin pun menoleh ke arah ku dengan ekspresi keheranan. "Kenapa?" tanya suamiku i

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Ngidam

    Bab 32 Ngidam"Mas," panggilku. Mas Alvin tersentak lalu menoleh ke arahku. "Tapi apa?" ku ulangi pertanyaan yang cukup sederhana ini. Mas Alvin menatap ku dan bersiap untuk mengatakan sesuatu. Mengatakan di mana ia ternyata mengajukan sebuah permintaan padaku. "Permintaan apa, Mas?" tanya ku. Mas Alvin menghela napas berat. "Aku minta kali ini biar aku yang mengurus semuanya, tolong kamu fokus dengan kehamilanmu. Itu saja."Mendengar hal itu aku tak langsung meresponnya. Aku tahu apa yang diinginkan Mas Alvin terhadapku itu baik. Tapi, bagiku hal tersebut amatlah bertentangan dengan batinku. Aku tak bisa berdiam diri seperti batu yang hanya menunggu dan membiarkan orang lain menyelesaikan masalahku tanpa campur tanganku. "Tapi Mas—""Gak ada tapi-tapian," potong Mas Alvin. "Kamu turutin permintaanku atau selamanya kita gak akan bercerai."Aku tercengang dan seketika diam. Lalu mencoba menjernihkan pikiranku."Aku janji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya. Begitu juga deng

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Sebuah Petunjuk

    Bab 31 Sebuah PetunjukAku menatap sedih ke arah di mana Mas Bima terbaring tak sadarkan diri. Air mata ku kembali terjatuh setelah tadinya sudah terkuras banyak usai melaksanakan salat subuh. Mas Bima ... siapa yang membuatmu seperti itu? Sungguh, aku merasa bersalah di situasi sekarang ini. Tak tega rasanya melihat kakak sepupu ku itu berada di atas ranjang pasien dengan kondisi yang demikian. Di tambah dengan keadaan Budhe saat ini. "Maafkan aku ... tolong maafkan aku." Satu air mata kembali membasahi pipiku. Teringat, jika apa yang menimpa Budhe dan Mas Bima pasti karena mereka berada di pihak ku. Cukup lama aku berdiri di depan ruangan tempat Mas Bima menjalani perawatan. Sampai-sampai tak terasa air mataku sudah mulai mengering. Ku usap-usap wajahku dengan sedikit kasar, mencoba menghilangkan bekas air mataku. Lalu aku juga berusaha menguatkan batinku. Aku pun berjalan menghampiri Mas Alvin yang duduk di kursi tunggu pasien yang berada tak jauh dariku. Aku akan meminta penj

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Mas Bima Ditemukan

    Bab 30 Mas Bima DitemukanTanpa menyapa, tanpa menoleh, dan tanpa berniat untuk langsung pergi, aku duduk di samping Mas Alvin. "Ada yang ingin aku bicarakan serius sama kamu," ucap Mas Alvin, sesaat setelah aku menempatkan posisiku. "Hal serius apa?" tanyaku. "Kita ketemu Pakde dan Budhe dulu, ya. Setelah itu baru aku kasih tau," balas Mas Alvin. Lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan lebih dulu tanpa berniat menunggu ku. Meski agak kesal karena sikapnya itu, namun karena merasa penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan suamiku itu, aku pun ikut bergegas menyusulnya. Aku terus mengekor di belakang Mas Alvin hingga kami akhirnya sampai di ruang tempat Budhe dirawat. Di saat itu, sebetulnya aku dibuat keheranan lantaran Mas Alvin yang sudah tahu di mana letak bilik Budhe ku itu. Padahal aku sendiri sama sekali tak memberitahukan letaknya. Sedangkan kalau bertanya pada perawat penjaga, kapan ia melakukan itu? karena yang aku tahu, selama perjalanan dari masjid ke ruang inap

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Menyusul

    Bab 29 Menyusul"Astaghfirullah ... tega sekali mereka. Awas saja, kalau sampai aku tahu mereka siapa, akan ku buat mereka menyesali perbuatannya," kataku yang penuh dendam, yang padahal orangnya saja aku belum mengetahui siapa pastinya.Mendengar perkataan ku tersebut, Pakde Rudi dan Arga sama-sama memintaku untuk bersabar. Dan terpenting, aku tidak boleh bertindak gegabah. Sebab, dari kejadian ini menjadikan ku harus lebih waspada lantaran itu artinya pelakunya sudah mulai merasa ketar-ketir.***Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Budhe pun tersadar. Di momen itu tentu lah membuatku merasa lega. Senang lah akhirnya kekhawatiran ku akan kondisi orang yang menggantikan peran ibuku sejak beberapa tahun ini pun kembali membaik."Layla ...," ucap Budhe lemah, ketika baru saja membuka matanya.Aku tersenyum manis ke arah Budhe, lalu lebih mendekatkan diriku padanya. "Iya, Budhe? Layla di sini," ucapku menatap dalam wanita yang sudah ku anggap sebagai ibuku itu.Dalam pandangan yang

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Ancaman?

    Bab 28 Ancaman?Arga melihatku sebentar, lalu kembali menjuruskan pandangannya ke depan. Pria di samping ku itu lantas menghela napasnya dan berkata," mungkin Bima sudah bersama musuhnya."Sontak aku terkejut mendengar perkataan Arga barusan. Aku pun semakin dibuat khawatir dengan keadaan kakak sepupu ku itu.Sampai akhirnya aku dan Arga sampai di kontrakan Mas Bima tinggal. Sayangnya kami tak menemukan petunjuk apapun. Termasuk dari beberapa tetangga dan pemilik kontrakan yang mengatakan hal yang sama. Di mana mereka tidak melihat keberadaan Mas Bima sudah kurang lebih dua hari ini."Mau ke mana lagi kita?" tanya Arga.Aku menoleh sebentar ke arah pria di sampingku itu. Menghela napas pasrah karena tak tahu harus memberikan jawaban apa.Aku menggeleng pelan seraya menunduk lesu. Nomor ponsel Mas Bima sendiri masih saja tak bisa dihubungi, yang mana hal itu membuatku hampir menyerah. Aku merasa kalau harapan seakan tak lagi berpihak padaku."Aku gak tau, Ga," balasku lemah.Tanpa ku d

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Sikap yang Berubah

    Bab 27 Sikap yang Berubah"Iya, Pakde. Wa'alaikumsalam." Sambungan telepon pun ditutup.Aku menghela napas kasar. Memikirkan kira-kira di mana kakak sepupu ku itu berada. Terlebih, apa yang sebenarnya terjadi sampai membuatnya tak bisa dihubungi seperti itu.Setelah mendapati kebar yang kurang menyenangkan tersebut, dengan cepat aku langsung menghubungi Mas Alvin guna menanyakan perihal keberadaan kakak sepupuku itu. Mengingat terakhir kalinya suamiku itu juga membahas tentang tugas yang ia berikan pada Mas Bima."Assalamualaikum," ucapku setelah panggilan telepon tersambung."Wa'alaikumsalam warrohmatullah. Ada apa?" balas pria di seberang sana dengan datarnya.Tanpa basa-basi aku pun menceritakan apa yang sebelumnya aku dapat. Sayang, respon yang diberikan Mas Alvin tidak begitu memuaskanku. Pasalnya, suamiku itu hanya memintaku untuk tenang dan tidak perlu memikirkan hal tersebut.Tentu mendapat respon yang demikian membuat amarahku tersulut. Bagaimana aku bisa tenang, sementara ke

  • Bunga Kejahatan Dalam Pernikahan   Apa yang terjadi dengan Bima?

    Bab 26 Apa Yang Terjadi Dengan Bima?Entah mengapa di momen ini aku mendadak iba dengan Mas Alvin."Kita harus cari tau kenapa Dewi bisa berbuat senekat itu," kata Mas Alvin.Aku dan Mas Bima kompak mengiyakan. Karena mulai detik ini, aku dan kakak sepupu ku itu percaya, bahwa Dewi adalah dalang dari semuanya."Dan ...." Terdengar suara lirih dari Mas Alvin.Aku menatap heran ke arah suamiku itu. Memperhatikannya yang kini terlihat lesu."Kenapa, Mas?" tanyaku.Mas Alvin melihat ke arahku. Mengulas senyum tipis lalu berkata," dan aku minta sama kamu tolong jaga dan lahirkan anakku. Aku berjanji, setelah itu aku akan menceraikanmu." Tampak jelas raut wajah Mas Alvin berubah sedih seketika.Aku tercengang mendengar apa yang baru saja dikatakan pria di hadapan ku itu. Bercerai dengannya adalah salah satu keinginanku. Akan tetapi melihat perubahan raut wajah Mas Alvin yang demikian, entah mengapa membuat hatiku sedikit terenyuh."Bayi itu salah satu alasan mengapa aku membantumu dalam mas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status