Home / Pernikahan / Bukannya Udah Mantan? / Bab 4 kehidupan Arana

Share

Bab 4 kehidupan Arana

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-03-30 14:58:14

Arana pov

Hari ini aku akan kembali ke kota B. Di sana aku bekerja di sebuah perusahaan konfeksi sebagai desainer, bersama tiga temanku sebagai satu tim.

Awalnya aku magang di perusahaan itu tapi setelah masa magangku selesai perusahaan menawari untuk menjadi desainer free time sambil menyelesaikan skripsi ku. Setelah aku lulus kuliah, perusahaan menerimaku sebagai karyawan kontrak.

"Kamu benar-benar mau kembali?" tanya kak Raka ketika aku sedang bersiap-siap.

"Hem, aku sudah menyelesaikan semua masalahku disini, jadi aku akan kembali menjalani kehidupanku di kota B."

"Saga sudah menebus semua kesalahannya Na. Pikirkanlah kembali," bujuk Kak Raka.

Aku menghela nafas,"Tapi bayiku takkan kembali hidup Kak?"

"Lalu membenci Saga apa bisa menghidupkannya lagi?" Pertanyaan kak Raka membuatku terdiam. "Selama ini Saga sudah tidak lagi berhubungan dengan Wanita itu," sambungnya berusaha meyakinkanku.

"Kenapa kamu jadi membelanya Kak? kamu tahu sesakit apa aku waktu itu," protesku tidak terima.

"Ada yang tidak sepenuhnya benar Na, cobalah bicara dengan Saga baik-baik. Aku tidak akan memaksa jika memang kamu mau berpisah. Tapi cobalah untuk mendengar penjelasan Saga dan fahami posisi Saga saat itu."

Aku tak mengerti apa maksud kak Raka? Mas saga sudah mengkhianatiku. Haruskah aku memahaminya? Tapi baiklah, kali ini aku akan mengalah.

"Baiklah, nanti aku akan bicara dengannya. Sekarang aku harus kembali Kak, atau aku akan kehilangan pekerjaanku," ucapku memelas.

"Baiklah. Tapi aku antar kamu sampai kosan kamu."

"Gak usah Kak."

"Aku harus tahu dimana kamu tinggal selama ini?" kekeh kak Raka. "Apa kamu mau bersembunyi lagi dari kami?" tanyanya dengan memicingkan matanya.

Bukan hanya kak Raka bapak dan ibu juga memaksa agar kak Raka mengantarkan aku kembali ke kota B, mereka khawatir kalau aku tidak akan kembali lagi.

"Setidaknya kami tahu harus mencari kamu kemana jika tiba-tiba kamu tidak mau pulang." Kata bapak memaksa.

Setelah melalui perdebatan panjang. Akhirnya aku menyerah dan membiarkan kak Raka mengantarkan aku kembali sampai kos. Menjelang sore hari kami sampai di kota B dan langsung menuju ke kosan yang selama empat tahun ini menjadi tempatku melepas penat saat pulang kuliah dan bekerja.

Kamar kos sederhana yang memiliki kamar mandi dan dapur didalamnya, tidak terlalu besar tapi sangat nyaman untukku.

"Kak Raka kalau mau balik, balik aja! Aku gak papa jangan mengkhawatirkan aku."

Aku tahu kak Raka merasa khawatir, terlihat dari caranya memeriksa lingkungan tempat kosku. Melihat ke kanan kiri kamar dan menanyakan keamanan pada anak-anak kos lainnya.

"Aku sudah empat tahun tinggal di sini Kak dan aku baik-baik saja," ucapku meyakinkan nya.

"Hemm" kak Raka mengangguk. "Baiklah aku akan balik. Besok aku juga harus kerja," putusnya lalu berdiri dan memakai jaketnya.

"Saat libur kerja, telfon Kakak kita pulang bareng ke rumah!" pesan nya sebelum pergi.

Kak Raka juga kerja di luar kota. Dua minggu sekali dia akan pulang menjenguk bapak dan ibu sekalian memberi uang untuk orang tuanya itu. Bapak dan ibu hanya merawat kebun milik mereka sebagai mata pencaharian. Meski begitu dari hasil kebun bapak sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan setiapba hari-hari. Tapi sebagai anak Kak Raka selalu memberikan uang jatah untuk ibu dan bapak dua minggu sekali.

Karena sekarang aku sudah bekerja jadi mulai sekarang aku juga harus mulai menyisihkan sebagian penghasilanku untuk mereka sebagai balas budi karena selama ini mereka yang telah merawat dan membesarkan aku.

🌼🌼🌼

Hari ini aku sudah mulai bekerja kembali seperti sebelumnya. Ketika aku baru masuk ruang kerja, teman satu timku menanyakan bagaimana kabarku dan apakah semua masalahku sudah selesai? Aku menjawab dengan senyum dan anggukan. Sama sekali tak berniat untuk menjelaskan.

Kami bekerja dalam satu ruangan dengan meja sendiri-sendiri. Sekitar satu jam aku duduk di meja kerjaku, telfon di mejaku berdering. Bagian personalia memanggilku untuk menghadap. Aku seperti mendapat firasat kalau ini bukan hal yang baik.

Dengan langkah malas aku berjalan menuju ruangan personalia. Benar saja, aku mendapatkan teguran karena tidak kembali ke kantor setelah makan siang tanpa izin dua hari yang lalu. Dan bolos satu hari tanpa keterangan yang jelas. Aku sudah menjelaskan bahwa aku ada kepentingan keluarga tapi bagian personalia tetap memberi surat peringatan ke satu.

Personalia juga mengingatkan aku, jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama. Surat peringatan hanya sampai tiga kali. Jika sudah tiga kali maka aku akan di keluarkan dengan kata lain di pecat.

Semua ini karena mas Saga. Baru sekali bertemu kembali dengannya sudah membawa masalah untukku. Aku tidak ingin ia terus menganggu hidup tenang ku di sini. Mungkin benar kata kak Raka, kami harus bicara baik-baik agar semua masalah kami selesai. Dan aku tidak perlu lagi berhubungan dengan nya.

Aku kembali kemejaku dengan setengah hati, mendudukan bok**gku dengan kesal. Membuat tiga temanku menoleh.

"Kenapa? Dapat surat peringatan?" tanya Mbak Tari salah satu senior di timku. Aku mengangguk sedih.

"Tidak apa-apa, masih juga peringatan satu. Tidak perlu terlalu dipikirkan yang penting jangan di ulagi lagi." tutur Mbak Tari.

Aku mengangguk lagi tanda mengerti.

"Sudah jangan sedih gitu! Nanti makan siang aku traktir. Ok?" bujuk mbak Tari.

Seperti yang di janjikan mbak Tari dia mentraktirku makan siang. Kami makan di restoran siap saji. Setelah membayar makanan. Aku dan mbak Tari membawa makanan kami untuk bergabung dengan dua orang teman satu tim kami yang sudah lebih dulu sampai.

Kami makan sambil ngobrol ngalur ngidul dan tertawa. Ini sedikit menghibur perasaanku yang agak kacau sejak pagi.

"Arana," terdengar suara yang sejak tiga hari yang lalu membuat tidurku tidak tenang.

Dengan perasaan was was aku menoleh. Aku berharap kalau bukan dia. Mendadak mood ku memburuk, aku menghela nafas lelah.

"Mas Saga??" kataku dengan nada kesal. "Mau apa lagi sih Mas?" tanyaku setelah menariknya keluar dari kafe.

"Aku ingin melihat istriku," jawabnya santai.

"Aku menolak untuk kembali bersama Mas. Aku ingatkan jika Mas lupa!" Aku menatapnya kesal.

"Aku sudah bilang, aku tidak akan pernah menceraikan mu!" ucap Mas Saga tegas.

Tidak tahu malu, maki ku dalam hati. Ingin sekali aku memukul muka datarnya itu yang seperti orang tak punya salah. Apa kepalanya pernah terbentur sehingga dia amnesia dengan dosa-dosanya di masa lalu.

"Kita lihat saja. Apa pengadilan akan membatalkan perceraian kita kalau aku menyertakan foto kalian di atas ranjang sebagai bukti." tantang ku.

"Lakukan jika kau ingin keluargamu jatuh miskin," ancamnya dengan ekspresi datar.

🌼🌼🌼

Related chapters

  • Bukannya Udah Mantan?    Membulatkan tekad untuk bercerai.

    "Lakukan jika kau ingin keluargamu jatuh miskin," ancam Saga yang membuat Arana kesal. "Maksudnya?" Arana memicingkan matanya curiga. Saga tak menjawab, rahangnya mengeras dengan tatapan tajam ke arah Arana lalu melangkah pergi tanpa menjawab pertanyaan istrinya itu. Arana memandang Kepergian Saga dengan pikiran yang campur aduk. Muncul rasa khawatir di hatinya, takut nasib keluarganya akan benar-benar akan jatuh miskin. Walaupun ayahnya lebih mengutamakan kakaknya daripada dirinya. Meski begitu ayahnya itu sudah membiayai hidup Arana sejak kecil sampai ia dewasa. Tidak mungkin ia tega menjadi penyebab kehancuran bisnis yang sudah dirintis ayahnya dengan susah payah. "Arana, ayo balik ke kantor?" Tari menepuk pundak Arana pelan, menyadarkan Arana dari lamunannya. "Ah iya Mbak." "Dia suami kamu?" tanya Sarah teman satu bagian Arana. Arana menatap Sarah heran, dari mana dia tahu. pikir Arana. "Kita dengar saat kalian bertemu tiga hari yang lalu. Dia bilang kalau kamu istrinya lalu

    Last Updated : 2022-03-30
  • Bukannya Udah Mantan?    mengajukan perceraian kembali

    Arana povAku pulang menggunakan kereta api agar bisa menghemat uang. Aku membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus perceraian ku nanti, apalagi aku memilih menyewa pengacara untuk memudahkan prosesnya. Kereta yang aku tumpangi berangkat jam 05.45 pagi. Membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai di kota kelahiran ku. Sekitar pukul sebelas siang aku sampai, tanpa pulang ke rumah dulu aku langsung menuju ke kafe flower's tempat aku janji temu dengan pengacara yang akan mengurus perceraian ku dan Mas Saga. Tadi malam setelah menghubungi pengacara, aku memberitahu keputusanku kepada kak Raka. Awalnya dia menyuruhku untuk memikirkannya kembali. Dia masih tetap saja memintaku untuk bicara baik-baik dulu dengan Mas Saga. Aku menjelaskan bahwa Mas Saga sudah tidak lagi menemui ku selama dua minggu ini. Bukankah harusnya dia berusaha meyakinkan aku jika dia berniat untuk kembali bersamaku lagi. namun, kakak sepupuku itu tetap kekeh menyuruhku untuk menunda pengajuan gugatan sampai aku da

    Last Updated : 2022-03-30
  • Bukannya Udah Mantan?    bersama sahabat

    Arana pov Esoknya. Pagi ini aku bersama Rania pergi menuju ke sebuah kafe di pusat kota. Sesampainya di kafe Kami langsung memesan makanan dan minum sambil menunggu dua orang teman kami. "Hallo guys,," sapa Reza teman sekaligus sepupuku. "Sudah lama nunggu nya?" sahut Ryan sambil menarik kursi di sebalahku. "Lumayan. Pesen makan dulu," kataku lalu memanggil pegawai kafe. "Kapan pulang?" tanya Reza setelah selesai memesan makanan. "Kemarin siang" jawabku di sela-sela mengunyah makananku. Reza mengangguk lalu menanyakan respon orang rumah saat pertama kali aku kembali beberapa minggu yang lalu. Aku menceritakan semuanya juga dengan rencana ku yang mengajukan gugatan cerai ke mas Saga. Aku tidak pernah menyembunyikan apapun dari ketiga sahabatku ini. Sebaliknya mereka juga selalu menceritakan masalah mereka meskipun hanya lewat telfon. Mereka bertiga adalah orang yang membantuku pergi dan bersembunyi selama empat tahun ini. Rania yang membantu mengambil ijazah di rumah bapak untu

    Last Updated : 2022-04-04
  • Bukannya Udah Mantan?    mengikhlaskan masalalu.

    Arana povSetelah makan siang aku mendapat kabar dari pak Gilang bahwa gugatan perceraian ku sudah masuk ke pengadilan. Mungkin dalam minggu ini akan ada surat panggilan dari pengadilan untuk mas Saga juga untuk ku. Aku merasa lega tapi juga ada rasa khawatir yang menggelayut di hatiku. Ancaman mas Saga beberapa minggu yang lalu masih mengusik pikiran ku. Aku tahu betul sekeras kepala apa mas Saga. Aku berharap dia masih memiliki belas kasihan kepada keluargaku. Aku sedang berjalan menuju halte bus saat sebuah mobil membunyikan klakson mengikutiku. "Arana,..Keysa Arana" panggil seseorang dari dalam mobil setelah jendela mobil diturunkan. "Kak Arya," sapaku lalu tersenyum. Kak Arya adalah seniorku di sekolah dulu. Kami beda dua tingkat. Aku kelas sepuluh dan dia kelas dua belas. "Mau pulang?" tanyanya setelah keluar dari mobilnya."Iya Kak." jawabku menghadap kearah nya. "Ayo aku antar" ajaknya sambil berjalan mendekat lalu membukakan pintu mobilnya. "Aku bisa pulang sendiri Kak

    Last Updated : 2022-04-04
  • Bukannya Udah Mantan?    panggilan dari pengadilan.

    Sagara povPagi ini mama menelfon ku, memberi tahu ada surat panggilan untuk ku dari pengadilan. Sudah satu bulan lebih aku berada di luar kota untuk menyelesaikan masalah yang menghambat proyek perusahaan ku. Sejak kepergian istriku empat tahun lalu aku mendirikan perusahaan sendiri. Dengan tiga temanku sebagai investor. Aku mencurahkan semua waktu ku untuk perusahaan, sehingga dalam waktu empat tahun perusahaan ku berkembang pesat dan sudah menyelesaikan banyak proyek pembangunan mulai dari perumahan juga pertokoan dan pusat perbelanjaan. Aku tahu istriku salah faham padaku. Dia mengira aku menginginkan perusahaan ayahnya yang setengah sahamnya atas namaku. Awal mulanya, ayah Arana (Aditama) ingin mengembangkan pabrik makanan instant miliknya, tapi karena membutuhkan dana yang besar Mertuaku itu menawarkan papa untuk menjadi investor.Papa dan Ayah Arana adalah teman lama. Papa bersedia menjadi investor jika aku menikah dengan salah satu anaknya sehingga Aku dan istriku yang akan m

    Last Updated : 2022-04-05
  • Bukannya Udah Mantan?    Kemarahan Saga.

    Arana pov "Tidak mungkin" sahut pak Kenan. "Di data diri karyawan, statusnya masih single" lanjutnya membantah ucapan Mas Saga. "Single" gumam Mas Saga menatapku tajam. Sedangkan aku, berusaha menutupi wajahku dan sesekali melirik ke Mas Saga dan beberapa karyawan memandang kearah kami. Malu. Sangat malu, itu yang aku rasakan sekarang. Aku tidak bisa membayangkan apa yang muncul di pikiran mereka tentangku setelah melihat kejadian ini. "Benarkah itu Arana." aku meliriknya, Mas Saga menatapku tajam "Katakan!" bentak mas Saga membuatku menutup mata karena terkejut. Setelah menormalkan detak jantungku. Aku berbicara pada atasan ku, "Maafkan saya Pak kenan. Sudah membuat keributan di kantor" Lalu menarik mas Saga berjalan keluar. Di luar kantor mas Saga balik menarik ku dan memaksa masuk ke mobil nya. "Masuk!" perintah nya sambil membuka pintu mobil, "Kamu ingin kita jadi tontonan lagi?" cibirnya saat aku berusaha memberontak. Dengan terpaksa aku menurut dan masuk ke mobilnya di k

    Last Updated : 2022-04-05
  • Bukannya Udah Mantan?    Di paksa pulang

    "Dengarkan Aku baik-baik Keysa Arana!" ucap Saga dingin. "Aku akan benar-benar membuat keluarga mu jatuh miskin jika kamu berani keluar dari rumah ini. Segera batalkan gugatan yang kamu ajukan jika kamu tidak ingin membuat Raka kehilangan pekerjaan dan karirnya!" Saga mencengkeram kedua lengan Arana. "Aku tidak main-main dengan ancaman ku" desisnya memperingatkan lalu melangkah pergi tanpa memperdulikan tatapan marah Arana kepadanya. Arana menggenggam erat tas kerjanya untuk melampiaskan amarahnya. Semua kata umpatan sudah siap terlontar dari bibirnya. "Saga brengsek." umpat Arana kesal. "Kau pikir kau siapa?" teriaknya saat Saga hendak meraih gagang pintu. "Ya. Aku memang brengsek" sahut Saga lalu melanjutkan langkahnya keluar dari rumah. Arana menghempaskan tubuhnya diatas sofa dengan kesal. "Saga sialan" teriaknya untuk melampiaskan rasa kesal di hatinya sambil tangannya memukul-mukul sofa. "Selamat malam nyonya Arana" sapa seorang wanita paruh baya berdiri di samping sofa y

    Last Updated : 2022-04-06
  • Bukannya Udah Mantan?    Rencana

    Esoknya. Pukul 5 pagi Arana terbangun dari tidurnya. Memandang ke sekelilingnya lalu menghela nafas saat menyadari semua yang dialaminya bukan mimpi. "Ternyata bukan mimpi" gumamnya beranjak bangun menuju kamar mandi. Sekitar lima menit Arana keluar sari kamar maen di lalu melaksanakan kewajiban nya di pagi hari yaitu sholat shubuh. Arana berserah diri dengan segala ketetapan Tuhan atas hidupnya. Tangannya menengadah memohon rasa sabar dan tawakkal tetap tertanam di jiwa dan hatinya. Memohon kebaikan ujung dari cobaan yang saat ini di hadapinya. Untaian-untaian do'a terlantun sendu bersamaan dengan tetesan air mata mengalir dikedua pipinya. Tetes demi tetes air matanya mengiringi setiap lantunan do'a yang mengalun lirih dari bibirnya."Ampuni aku atas segala dosaku. Berkahilah aku dengan rasa sabar di setiap kesusahan ku. Jadikanlah aku orang yang berserah diri kepadaMu. Ya Alloh.. jadikanlah kebaikan akhir dari semua ini." mohon Arana dalam do'a nya. "Tidak ada kekuatan melebi

    Last Updated : 2022-04-06

Latest chapter

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 152 Tamat.

    Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 151 Ulang tahun pertama Aksara Kahiyang Ayu Bagaskara.

    Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 150. Persiapan ulang tahun pertama Aksara.

    Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi

  • Bukannya Udah Mantan?    149 Kecemburuan Saga.

    "Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar

  • Bukannya Udah Mantan?    148 Bertemu Mantan kekasih.

    Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana

  • Bukannya Udah Mantan?    147 Saga tidak tahu waktu jika menginginkannya.

    Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 146 suami istri yang bucin.

    Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 145 Suami dan istri yang saling memahami.

    Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.

  • Bukannya Udah Mantan?    144 Menjenguk Kiara.

    Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.

DMCA.com Protection Status