Setelah mendapat instruksi untuk mendudukan diri pada kursi yang telah disediakan, Amanda dan Senja kompak duduk bersama sembari memangku sebuah papan tulis putih dan juga spidol. Kini, posisi keduanya duduk berdampingan dengan tubuh menghadap ke arah kamera. Amanda berusaha untuk biasa-biasa saja, tetapi ternyata ia tidak bisa. Rasanya sulit sekali untuk menghentikan degupan pada jantungnya yang menggila. Walau ini bukan kali pertama ia diliput bersama Senja, rasa takut itu masih belum sirna. Amanda takut jika rupanya, mereka tidak kompak. Amanda takut jika poin yang mereka dapatkan tidak lebih banyak dari poin yang Marsha dan Bianca dapatkan. Walau ia terbilang cukup dekat dengan Senja, Amanda mengaku jika dirinya tidak bisa memahami pria itu dengan sedemikian baik. Senja selalu rumit untuk dibaca, Amanda selalu angkat tangan alias menyerah jika harus memahami isi kepala sang pria. Senja bukan tandingannya.“Merasa gugup hm?” Senja bertanya dengan nada menggoda. Sontak Amanda meng
Permainan yang sebelumnya Amanda kira akan menjadi hal yang paling membosankan, rupanya berakhir dengan ending yang menyenangkan. Secara tidak terduga, ia dan Senja menjadi pasangan terkompak di permainan kali ini dengan seratus dua puluh poin terkumpul.Lagi-lagi pasti mereka akan menjadi trending topik di berbagai media, Senja dengan jelas menyebutkan Manda adalah orang yang dia sayangi. Amanda, juru kamera, dan pasangan peserta lain sampai kaget dibuatnya.Poin dan keviralan ini berkat Senja, untungnya pertanyaan yang ditanyakan oleh Marsha berorientasi pada diri Amanda sendiri. Dan secara tidak terduga, Senja bisa menjawabnya dengan baik. Ralat, sangat baik. Amanda tidak mengerti mengapa Senja begitu memahaminya padahal ia tidak. Sekarang, bahkan ia merasa jika Senja bisa memahami dirinya lebih baik dibanding Amanda sendiri."Minum," titah Senja. Pria itu menyodorkan minuman dingin yang telah dibuka segelnya.Amanda yang sedang duduk di depan villa yang ditempati Marsha langsung m
Manda dan Senja sampai di villa yang mereka tempati pukul setengah empat sore. Sepanjang perjalanan, mereka membicarakan dugaan-dugaan tak mendasar yang tertangkap dalam pikiran.Mengenai kecurigaan Manda terhadap Marsha, ini bukan bualan semata. Ada hal yang membuat Amanda yakin jika Marsha ada sangkut pautnya dengan masalah ini."Sudah, tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Pergilah mandi, aku akan menyiapkan makan malam," titah Senja. Kini keduanya telah berada di dalam villa, tetapi Amanda sama sekali belum mengudarakan suara setelah melepas alas kakinya.Untuk kesekian kali, wanita itu membuang napas berat, Manda memilih mengangguk mengiyakan titah yang sebelumnya Senja udarakan. Wanita itu berjalan gontai menuju kamar yang mereka tempati untuk membersihkan diri. Mungkin, mencuci muka tidak cukup untuk menyegarkan otak dan tubuhnya. Ia harus berendam sebentar."Aku akan membantumu memasak setelah selesai mandi, Senja," lirih Amanda dengan sisa tenaga yang ada. Entah karena terlalu
Senja dan Amanda berjalan menyisiri pantai dengan kaki telanjang mereka. Senja hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Amanda. Wanita itu benar-benar senang berada di luar villa. Sepertinya memang suasana di dalam villa kini mulai terasa membosankan karena sama sekali tidak ada gadget yang bisa mereka mainkan.Terlebih lagi, dua kamera CCTV yang membuat setiap pergerakan mereka terasa akan terasa seperti besok akan ada kejadian besar di televisi. Maka dari itu, baik Amanda maupun Senja sama-sama tidak mau terlalu terbuai dengan keberadaan mereka.Meski disebut sebagai couple goals dari program ini, nyatanya mereka memang sangat akur meski di luar jangkauan kamera. Entah bagaimana pasangan lainnya, tapi Senja yakin chemistry yang mereka dapatkan memang cukup bisa menjadi pusat perhatian. Lagi pula, Amanda tampaknya tidak terlalu memikirkan jika adanya kamera yang mengawasinya setiap waktu. Namun terkadang seperti saat ini, ada kalanya Amanda dan Senja mencari sisi yang tidak terekspos
Benar yang dikatakan oleh Amanda semalam. Ternyata lomba makan kali ini buka seperti yang Senja bayangkan. Ia pikir mereka akan bertanding makan dengan porsi terbanyak, tapi melihat bangku dan meja yang disediakan, Senja bisa menebak jika ini adalah lomba makan berpasangan.Ia juga sempat melihat ada banner yang menuliskan judul lomba sebagai “Raja dan Ratu Makan”. Senja langsung lemas karena ia sudah meremehkan acara hari ini. Harusnya ia berlatih kalau sudah tahu sebelumnya. Ia dan Amanda belum memiliki chemistry yang lebih dekat lagi sehingga bisa menebak apa yang dipikirkan oleh sang partner.Di kesempatan kali ini acara dilakukan di villa Amanda dan Senja. Dua orang kru dari TV sudah datang sejak pagi-pagi buta, bahkan pemilik rumah saja masih belum bangun. Senja terbangun karena mendengar ada barang terjatuh tepat di depan kamarnya. Ia pikir itu adalah maling atau mungkin lebih parah dari itu, tapi ternyata kru yang tidak sengaja menjatuhkan papan untuk persiapan lomba.“Ada apa
Amanda tampak tersedak dan batuk-batuk setelah menerima suapan dari Senja. Buru-buru Senja mengambil air dan menyuruh Amanda minum sambil menepuk-nepuk punggung wanita itu. Ketika sudah membenarkan posisi duduknya, Senja sempat bertanya apakah Amanda sudah siap untuk melanjutkan permainan itu. Namun perubahan ekspresi di wajah wanita itu membuat Senja jadi agak panik. Wajah Amanda mendadak merah seperti orang yang habis tercekik. Senja pikir Amanda kesulitan bernapas karena efek tersedak tadi, tapi begitu melihat Amanda menggaruk-garuk tubuhnya yang perlahan ikut memerah membuat Senja merasa kalau ada yang tidak beres yang terjadi pada wanita itu."Kamu kenapa?" tanya Senja panik. Wajahnya tampak begitu serius dan dipenuhi dengan kerutan kecemasan.Amanda menggeleng. Dia tak tahu bagaimana harus menyampaikannya karena khawatir partnernya ini merasa cemas dan bersalah. Tapi tentu dia tidak mungkin diam jika sudah seperti ini. Tubuhnya gatal-gatal dan napasnya begitu sesak, tenggorokann
Setelah membantu mengobati Amanda dan meminta wanita itu melanjutkan sisanya, Senja pamit sebentar untuk berbicara dengan yang lain. Tadi dia langsung pergi begitu saja membawa wanita itu ke salah satu kamar di vila ini karena merasa panik. Karena takut keadaan Manda semakin buruk dia menyuruh Manda istirahat dan menjauh dari kru.Setelah keluar dari kamar, Senja menghampiri rekannya yang terlibat dalam acara ini. Dia menyampaikan maaf atas masalah yang terjadi."Maaf karena acaranya jadi berantakan seperti ini," ucap Senja yang juga mewakili perasaan tidak enak hati Amanda. Mereka berdua tahu kalau tidak seharusnya membuat kekacauan untuk acara yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari seperti ini, tapi tak ada orang yang bisa memprediksi akan adanya musibah, termasuk mereka berdua."It's okay, Senja," ucap salah satu kru sambil menepuk bahu Senja.Senja mengangguk. "Sekali lagi sorry banget ya.""Okay, no problem.""Semoga Amanda cepat sembuh ya.""Salam buat Amanda."Satu per satu o
“Senja!” panggil Manda pada pria yang sedang menata piring bersih di rak dekat wastafel ini. Sebetulnya Manda ingin cuci piring sendiri, tapi Senja larang karena dia sedang sakit. Bagaimana Manda tidak enak tinggal dengan pria ini, Senja tahu kapan dia harus memanjakan Amanda.“Apa, Manda?” tanya Senja menoleh ke arah Manda, pria ini pun melepaskan celemek dan menghampiri sang gadis, takut Amanda membutuhkannya segera.“Gendong ke kamar!” Amanda merentangkan tangannya, dia dalam mode manja setelah makan mie bareng Senja. Udara di ruang dapur tidak enak, ventilasinya besar, angin dari luar sangat terasa dingin. Di dalam kamar memang yang paling aman untuk istirahat. “Ayo!” Senjanya juga hanya mengiyakan saja, menuruti apa yang Manda mau. Senja tak tega melihat wajah Manda yang masih pucat dan ekspresi Manda yang sendu, biasanya gadis ini ceria dan cerewet, sekarang banyak diamnya, rumah jadi sepi. Aura menyenangkan di rumah ini hilang karena salah satu penghuninya tengah tidak bersema