“Senja!” panggil Manda pada pria yang sedang menata piring bersih di rak dekat wastafel ini. Sebetulnya Manda ingin cuci piring sendiri, tapi Senja larang karena dia sedang sakit. Bagaimana Manda tidak enak tinggal dengan pria ini, Senja tahu kapan dia harus memanjakan Amanda.“Apa, Manda?” tanya Senja menoleh ke arah Manda, pria ini pun melepaskan celemek dan menghampiri sang gadis, takut Amanda membutuhkannya segera.“Gendong ke kamar!” Amanda merentangkan tangannya, dia dalam mode manja setelah makan mie bareng Senja. Udara di ruang dapur tidak enak, ventilasinya besar, angin dari luar sangat terasa dingin. Di dalam kamar memang yang paling aman untuk istirahat. “Ayo!” Senjanya juga hanya mengiyakan saja, menuruti apa yang Manda mau. Senja tak tega melihat wajah Manda yang masih pucat dan ekspresi Manda yang sendu, biasanya gadis ini ceria dan cerewet, sekarang banyak diamnya, rumah jadi sepi. Aura menyenangkan di rumah ini hilang karena salah satu penghuninya tengah tidak bersema
“Gila gak sih. Ini pasangan Manda dan Senja selalu FYP di toktok!” kata seorang pria saat dia telah melihat aplikasi berwarna hitam lambang huruf T, setiap kali buka aplikasi itu, Manda lagi, Manda lagi, Senja lagi, Senja lagi.Pasangan yang dulu dianggap pecundang dan yang akan gagal malah chemistrynya paling bagus, paling cocok, paling kompak dan yang paling apa adanya.“Video-video mereka juga lewat mulu di beranda gue.” Tidak lewat bagaimana, akun-akun fanbase mereka tak cuma satu dua, ada banyak, ada namanya Manda Senja Couple goals, AmSen Lovers, SenAm Lovers, My Roommate is AmSen, dan masih banyak lahgi nama akun pendukung mereka. Tak hanya fanbase, rating acara My Roommate juga melejit berkat banyaknya potongan video kebersamaan Manda dan Senja. “Liat deh, akun fanbase-nya aja ada banyak, repost-repost potongan kebersamaan mereka dari acara kita yang udah tayang.” Hasil video acara ini, selain tayang di televisi channel MND TV, tayang juga di akun official youtibe mereka, ja
Kepanikan melanda seisi kantor MND TV, mereka kira bakal pulang dengan tenang dari lombok, ternyata oh ternyata bos mereka marah besar. Awalnya mereka mengira alergi yang Amanda alami biasa saja, ternyata kalau lambat ditangani bisa menyebabkan gadis itu pingsan dan dirawat di rumah sakit.Sungguh merepotkan ternyata anak dari sultan yang satu ini, lemah sekali, apa-apa sakit, apa-apa membahayakannya. Tim kembali ke Jakarta dan jelas mereka dipanggil sang pemilik MND TV dan terkena amukannya.“Semuanya kumpul!” teriak salah satu orang yang keluar dari ruangan tuan Gustav. Pokoknya semua tim yang bertugas dalam acara My Roommate harus berkumpul. Yang sedang makan, yang sedang ngemil, yang sedang ke toilet pun ditarik untuk berkumpul membentuk lingkaran bulat.Wajah-wajah mereka tegang karena tahu yang akan memberikan pengumuman ini habis dari ruangan bos mereka. Di ruangan ini seperti habis terkena aingin puting beliung saja, semua panik dan berantakan.“Seperti yang kita tahu, salah s
Suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu vila Senja dan Manda. Pagi-pagi sekali tampaknya mereka sedang kedatangan tamu. Siapa yang bertamu sepagi ini? Manda dan Senja sungguh ingin bermalas-malasan karena hari ini tak ada agenda apapun. Lusa baru ada lomba lagi dan entah apa temanya.“Senja …. Kayanya ada tamu.” Amanda menepuk-nepuk pundak Senja yang tidur membelakanginya. Semalaman Senja dan Manda saling memeluk, sudah dini hari mungkin mereka merasa pegal dan saling membelakangi untuk mengubah posisi tidur agar lebih nyaman.Senja tak bergeming, semalaman dia menjaga Amanda dan baru tidur dini hari. “Hmmm …. Tumben aku masih mengantuk.” Tubuh Senja terasa berat dan enggan untuk bangun. Kasur ini seperti mempunyai perekat yang kuat sehingga pemiliknya sulit untuk lepas.“Mungkin karena kelelahan menjagaku.” Manda memeluk Senja dari belakang, dia usap pelan dada pria yang semalaman menjaganya ini. Senja khawatir Manda kenapa-napa karena reaksi obat yang memudar dan Manda harus m
“Kamu mencuri gelangku ya?” tanya seorang gadis berhijab mengenakan pakaian pramuka. Gadis ini terlihat emosi sambil memegang sebuah gelang emas rantai dengan bandul berbentuk hati yang jumlahnya ada lima.“Tidak,” jawab gadis bersurai pendek bertubuh berisi. “Lalu kenapa gelangku ada di tas kamu hah?” tanya gadis ini emosi, dia mendapati gelangnya ada di dalam teman satu tendanya ini. Gelangnya semalam hilang dan pagi ini ada di tas wanita yang ada di hadapannya. Semalam dia berusaha tenang dan mengingat kira-kira ada dimana, ternyata saat pagi diadakan penggeledahan, gelangnya ketemu juga.“Aku sendiri tidak tahu,” jawab gadis ini bohong, dia kira wanita yang gelangnya dia curi tak sadar sampai pulang perkemahan selesai, eh ternyata pagi ini mengadakan penggeledahan bersama teman-temannya.“Ngaku kalau kamu maling hah.” Gadis berhijab ini kembali menekan orang yang sering membuat kegaduhan semenjak perkemahan, dari mulai katanya tak sengaja menyenggol peserta lain yang sedang memba
Bianca pasti sudah sangat jauh karena Amanda terlalu lama bercerita. Akhirnya Senja lari ke luar menyusul Bianca, tak mungkin juga kan jika Amanda yang melakukan adegan mengejar Bianca.“Bianca ….” teriak Senja sambil mengatur napasnya yang memburu. Pria itu berlari kencang pokoknya sampai bisa mengejar Bianca. Untung langkah kaki gadis itu tak besar dan tidak juga cepat, karena masih pagi, Bianca bersantai saja, yang penting kan sampai.“Tunggu Biancaa ….” teriak Senja lagi agar sang gadis mendengar teriakannya.Bianca menoleh karena merasa ada yang memanggilnya. “Ada apa Senja?” tanyanya sambil berdiri menunggu Senja. Bianca kira dia tidak ketinggalan sesuatu. Kenapa disusul?“Kamu tidak boleh pergi seperti ini.” Senja mencekal tangan Bianca.“Jelaskan dulu sesuatu pada kami.” Dengan susah payah Senja berbicara pada Bianca, napas tersengal-sengal dan pipi yang bersemu merah. Masih pagi Senja sudah olahraga jogging dengan mengejar Bianca karena disuruh Amanda.“Tidak ada yang perlu d
“Bersikap seperti biasa saja meski kau membenci wanita bermuka dua itu, Manda.” Senja memperingati Amanda yang bisa saja hilang kendali akibat membenci Marsha, wanita bermuka dua yang lihai sekali menutupi keburukannya. Marsha bak bidadari yang turun dari surga, aslinya Dajjal.Pria ini mengusap pundak Amanda lembut. Kini mereka berada di kediaman Bianca untuk melakukan perlombaan lagi, bedanya sekarang acaranya disiarkan langsung tidak diedit dan diolah dulu, jadi Amanda harus berhati-hati, salah sedikit semua orang yang ada di Indonesia bisa lihat.“Iya, Senja.” Gadis ini mengangguk paham. Acara kali ini harus bisa jadi momen Senja dan Amanda membalikkan posisi, Minggu lalu Marsha yang menang dan Michelle, Minggu ini harus dia dan senja.Mumpung acaranya disiarkan langsung, mereka harus bisa menjadi pusat perhatian kamera, pokoknya jadi yang paling menonjol. Jangan sampai terlihat tidak natural dan penuh adegan yang dibuat-buat.“Ingat untuk selalu berhati-hati. Orang yang baik saja
“Ini mudah!” ujar Marsha sambil tersenyum senang, dia jelas pasti akan memenangkan lomba ini dan yang kalah adalah Amanda. “Hmmm ….” Amanda menggigit bibir bawahnya, dia jelas takut kalah, mana saingannya orang-orang yang biasa masak. Kali ini dia tidak dapat bantuan pula dari Senja, bisa apa Amanda tanpa Senja.“Aku mana bisa masak,” gumam Amanda dengan perasaannya yang suram, sesuram ekspresi wajahnya saat ini. Kemana larinya rasa percaya diri Amanda, sepertinya sudah ketebas oleh angin.“O iya, ini lomba bukan cuma keterampilan tanpa kompor, soal rasa dan kerapihan, kami juga menilai apa makna kalian membuat makanan tersebut.“ Chef Juna ingin makanan ini berkesan dan bermakna, ada cerita di balik makanan yang peserta sajikan.“Lumayan sulit, mikir menu apa dan harus punya makna apa,” gumam Bianca sambil menggigit bibir bawahnya.Tiga pasangan ini diijinkan berdiskusi dulu sebelum memulai pertandingan. Bianca dan Brilian saling berhadapan, sepertinya Brilian tengah memberikan saran