"Roan, tunggu!"Melisa mengejar Roan yang tampak sengaja menghindarinya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bisa menghentikan pria itu dengan menahan lengannya. Melisa tidak menyukai hubungan mereka yang menjadi seperti ini. Melisa awalnya melakukan ini karena dia hanya ingin jujur, supaya Roan tahu tentang perasaannya. Tapi, Melisa merasa tak terima jika hubungan mereka menjadi seperti ini."Apa kesalahanku?" Melisa terlihat sangat sedih. Dia tidak mengatakan sesuatu yang salah. Perasaannya juga bukan sesuatu yang bisa merugikan Roan. Mengapa pria itu harus bersikap seperti ini padanya. "Kau marah karena aku menyukaimu? Memang apa salahnya jika aku jatuh cinta padamu? Roan, aku hanya berterus terang. Aku tidak bermaksud apapun.""Aku tahu, Mel." Roan menurunkan tangan perempuan itu dari lengannya. Pria itu menghela napas, lalu menatap Melisa dan berkata, "Maaf jika sikapku membuat kamu sedih. Aku hanya terkejut."Melisa memaklumi hal ini. Tapi, hatinya tetap merasa sedih saat Roan m
Roan baru tiba di rumah. Dia sedikit terlambat pulang karena banyaknya pekerjaan di kantor setelah cuti yang dia ambil. Roan juga sudah mengabari Chelsea supaya perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya itu tidak khawatir. Roan tentu tidak ingin membuat istrinya itu menunggu.Setelah dia memarkirkan mobilnya, Roan segera masuk ke dalam rumah. Dia terkejut melihat Chelsea tengah duduk di ruang makan. Ia kira, istrinya itu sudah tidur karena malam sudah semakin larut.Sambil berjalan mendekatinya, Roan bertanya, "Mengapa belum tidur?"Tanpa menoleh pada Roan, Chelsea menjawab, "Apa aku tidak boleh menunggu suamiku?"Roan merasa suasana sekitar menjadi sangat dingin. Mungkin, ini karena sikap Chelsea yang tidak biasa. Perempuan itu menunjukkan sikap permusuhan yang lebih kental dari sebelumnya.Roan mulai berpikir, apakah dia melakukan kesalahan?"Aku sudah mengabarimu untuk tidak menungguku. Itu hanya akan membuat dirimu kerepotan."Chelsea beranjak. Kakinya melangkah mendekati Roa
Chelsea menghembuskan napas kasar. Pagi ini dia hanya berniat menghindari Roan. Tapi dia lupa jika Tristan selalu menunggunya. Dia telah melakukan kebodohan kecil. Chelsea seharusnya segera meminta maaf supaya pacarnya itu tidak berlarut-larut marah padanya.Meski, Chelsea masih sedikit bingung mengapa Tristan sedikit kasar padanya? Biasanya, jika marah pria itu akan lebih memilih mendiamkannya daripada mencecarnya. Ini sangat aneh. Chelsea yang tidak terbiasa merasa terganggu dengan sikap yang berbeda itu."Ada apa? Sudah bosan bekerja?"Chelsea tersentak. Dia tak sadar kapan seseorang datang ke ruang kerjanya. Tiba-tiba saja ayahnya sudah berdiri di depannya, setelah menyimpan sebuah berkas di meja."Ayah, mengagetkan saja." Chelsea mencebikkan bibirnya."Kau melamun di jam kerja. Apa kau pikir ini rumahmu sehingga kau bisa bersikap sesuka hati?""Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," tukas Chelsea. Dia memberikan ayahnya tatapan jengkel. "Berhenti memarahiku! Aku tidak akan fokus m
Chelsea bersiap untuk pulang. Ketika dia melihat mobil yang biasa menjemputnya, dia pun segera mendekat dan masuk."Pak Danang datang tepat waktu," ucap Chelsea seraya menghembuskan napas lega. Saat dia menoleh, dia terkejut mengetahui jika bukan Danang-lah yang mengendarai mobil itu."Roan? Bagaimana kamu bisa di sini?""Untuk menjemputmu," ucap Roan, seraya bersiap untuk kembali melajukan mobilnya.Namun, Chelsea dengan cepat menghentikannya. "Tunggu!"Perempuan itu kembali turun. Roan sempat mengira jika Chelsea menolak untuk dijemput olehnya dan memilih pergi. Tapi ternyata, istrinya itu hanya berpindah ke kursi depan. Tepat di samping Roan."Aku tidak keberatan jika kamu duduk di belakang," ucap Roan."Aku tidak mungkin seperti itu. Kamu bukan supir, melainkan suamiku. Rasanya sangat tidak pantas," tukas Chelsea. Dia tak memperdulikan ekspresi Roan saat ini. Dia menyuruh Roan untuk segera melajukan mobilnya, "ayo pergi!"Roan pun kembali melajukan mobilnya.Selama perjalanan, mer
Chelsea menemui ayahnya hanya untuk memastikan sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui tentang suaminya."Katakan sejujurnya padaku Ayah, sebenarnya siapa Roan itu?""Suamimu, tentu saja," jawab Argan lugas. Pria itu mengedikkan bahunya dengan acuh. "Bukankah kamu sudah tahu tentang itu? Mengapa masih bertanya? Apa kamu lupa ingatan?""Maksudku bukan itu!" pekik Chelsea, geram.Status yang tersemat di diri pria itu tentu saja tidak akan dia lupakan. Hanya saja, setelah kejadian kemarin, Chelsea merasa ia tidak mengetahui apapun tentang Roan."Aku menerima uang dari Roan, dan jumlahnya tidak sedikit. Aku rasa ini sangat aneh. Bukankah dia hanya karyawan biasa? Rasanya tidak mungkin jika gajinya sebesar itu," ucap Chelsea. Kepalanya penuh dengan tanda tanya. Karena itu, dia mendatangi ayahnya dengan harap bisa menemukan jawaban."Itu bagus." Argan terlihat sangat puas mendengarnya. "Aku tahu dia bisa dipercaya.""Apa maksud Ayah?" tanya Chelsea jengkel. Ucapan ayahnya itu s
Ada yang aneh dari Roan. Chelsea menyadari jika pria itu tidak seperti apa yang ia pikirkan selama ini.Benar. Tidak mungkin ayahnya memilih Roan jika pria itu hanya pria biasa. Pasti pria itu memiliki sesuatu hingga ayahnya memilih dia untuk menjadi suami Chelsea.Chelsea kini mulai penasaran siapa sebenarnya suaminya itu?"Aku sepertinya akan lebih banyak pulang terlambat hari ini," ucap Roan, di tengah acara makan malam mereka.Chelsea segera menatapnya. Ini bukan sesuatu yang ingin dia dengar. Mereka baru menikah beberapa minggu. Dan kini Roan sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Chelsea tentu tidak ingin ditinggal sendiri lebih sering. Meski dia tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu, dia tak ingin merasakan bagaimana diacuhkan oleh suami sendiri."Mengapa?" tanya Chelsea menuntut.Gerakan mengunyah Roan mulai melambat. Dia sepertinya menyadari jika istrinya menanggapi ucapannya dengan nada yang kurang bersahabat. Apa dia marah?"Atasanku sedang mengurus pekerjaan di luar
Chelsea berdiri di depan gedung kantor tempat Roan bekerja. Kantor ini tidak kalah besar dengan milik ayahnya. Cukup lama Chelsea berdiam diri di sana, hanya untuk memantapkan hatinya sebelum masuk.Setelah menarik napas beberapa kali, dia akhirnya beranjak dari tempatnya. Kakinya melangkah memasuki kantor itu.Pertama-tama, dia mendekati resepsionis dan bertanya tentang Roan. Resepsionis itu dengan sigap menanggapi permintaannya untuk bertemu Roan. Dia menghubungi Roan, mengabari tentang kedatangan Chelsea."Pak Roan akan turun untuk menjemput Anda. Silakan tunggu sebentar, Nona.""Terima kasih."Tidak lama Chelsea menunggu, akhirnya seseorang yang ingin ditemuinya keluar dari lift. Pria itu berjalan mendekatinya."Maaf jika membuatmu menunggu lama," ucap Roan."Kamu bercanda?" Chelsea terkekeh ringan. "Kamu datang sangat cepat. Aku pikir, aku perlu menunggu beberapa menit.""Aku tidak mungkin membuatmu menunggu lama, jadi aku cepat datang." Roan menuntun Chelsea menuju lift. Beberap
"Kamu terlihat seperti istri yang sedang cemburu."Kedua pipi Chelsea merona. Dia memalingkan wajah dan mengelak, "Mana mungkin!""Tentu, aku juga sadar itu tidak mungkin."Ketika Roan menjawab seperti itu, Chelsea merasa ia telah salah bicara. Tapi tidak mungkin baginya untuk menjelaskannya kembali.Roan juga tampak acuh tak acuh. Pria itu melanjutkan pekerjaannya lagi. Hal itu membuat Chelsea semakin resah. Apakah dia harus minta maaf? Ucapannya mungkin telah membuat Roan sakit hati."Chelsea, jika kamu bosan, kamu bisa pulang." Roan tidak bermaksud mengusir, dia hanya tidak tega membiarkan Chelsea terdiam di sini, hanya menunggunya menyelesaikan pekerjaan. "Aku tidak akan cepat selesai.""Apa aku mengganggu?" tanya Chelsea, khawatir."Tidak. Aku hanya takut kamu bosan. Bagaimana pun, jam kerjaku masih beberapa jam lagi. Kamu tidak mungkin menunggu selama itu di sini."Chelsea mengangguk mengerti. Membayangkannya saja, Chelsea sudah bisa merasakan bagaimana jenuhnya dia nanti. Jadi