Chelsea bersiap untuk pulang. Ketika dia melihat mobil yang biasa menjemputnya, dia pun segera mendekat dan masuk."Pak Danang datang tepat waktu," ucap Chelsea seraya menghembuskan napas lega. Saat dia menoleh, dia terkejut mengetahui jika bukan Danang-lah yang mengendarai mobil itu."Roan? Bagaimana kamu bisa di sini?""Untuk menjemputmu," ucap Roan, seraya bersiap untuk kembali melajukan mobilnya.Namun, Chelsea dengan cepat menghentikannya. "Tunggu!"Perempuan itu kembali turun. Roan sempat mengira jika Chelsea menolak untuk dijemput olehnya dan memilih pergi. Tapi ternyata, istrinya itu hanya berpindah ke kursi depan. Tepat di samping Roan."Aku tidak keberatan jika kamu duduk di belakang," ucap Roan."Aku tidak mungkin seperti itu. Kamu bukan supir, melainkan suamiku. Rasanya sangat tidak pantas," tukas Chelsea. Dia tak memperdulikan ekspresi Roan saat ini. Dia menyuruh Roan untuk segera melajukan mobilnya, "ayo pergi!"Roan pun kembali melajukan mobilnya.Selama perjalanan, mer
Chelsea menemui ayahnya hanya untuk memastikan sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui tentang suaminya."Katakan sejujurnya padaku Ayah, sebenarnya siapa Roan itu?""Suamimu, tentu saja," jawab Argan lugas. Pria itu mengedikkan bahunya dengan acuh. "Bukankah kamu sudah tahu tentang itu? Mengapa masih bertanya? Apa kamu lupa ingatan?""Maksudku bukan itu!" pekik Chelsea, geram.Status yang tersemat di diri pria itu tentu saja tidak akan dia lupakan. Hanya saja, setelah kejadian kemarin, Chelsea merasa ia tidak mengetahui apapun tentang Roan."Aku menerima uang dari Roan, dan jumlahnya tidak sedikit. Aku rasa ini sangat aneh. Bukankah dia hanya karyawan biasa? Rasanya tidak mungkin jika gajinya sebesar itu," ucap Chelsea. Kepalanya penuh dengan tanda tanya. Karena itu, dia mendatangi ayahnya dengan harap bisa menemukan jawaban."Itu bagus." Argan terlihat sangat puas mendengarnya. "Aku tahu dia bisa dipercaya.""Apa maksud Ayah?" tanya Chelsea jengkel. Ucapan ayahnya itu s
Ada yang aneh dari Roan. Chelsea menyadari jika pria itu tidak seperti apa yang ia pikirkan selama ini.Benar. Tidak mungkin ayahnya memilih Roan jika pria itu hanya pria biasa. Pasti pria itu memiliki sesuatu hingga ayahnya memilih dia untuk menjadi suami Chelsea.Chelsea kini mulai penasaran siapa sebenarnya suaminya itu?"Aku sepertinya akan lebih banyak pulang terlambat hari ini," ucap Roan, di tengah acara makan malam mereka.Chelsea segera menatapnya. Ini bukan sesuatu yang ingin dia dengar. Mereka baru menikah beberapa minggu. Dan kini Roan sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Chelsea tentu tidak ingin ditinggal sendiri lebih sering. Meski dia tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu, dia tak ingin merasakan bagaimana diacuhkan oleh suami sendiri."Mengapa?" tanya Chelsea menuntut.Gerakan mengunyah Roan mulai melambat. Dia sepertinya menyadari jika istrinya menanggapi ucapannya dengan nada yang kurang bersahabat. Apa dia marah?"Atasanku sedang mengurus pekerjaan di luar
Chelsea berdiri di depan gedung kantor tempat Roan bekerja. Kantor ini tidak kalah besar dengan milik ayahnya. Cukup lama Chelsea berdiam diri di sana, hanya untuk memantapkan hatinya sebelum masuk.Setelah menarik napas beberapa kali, dia akhirnya beranjak dari tempatnya. Kakinya melangkah memasuki kantor itu.Pertama-tama, dia mendekati resepsionis dan bertanya tentang Roan. Resepsionis itu dengan sigap menanggapi permintaannya untuk bertemu Roan. Dia menghubungi Roan, mengabari tentang kedatangan Chelsea."Pak Roan akan turun untuk menjemput Anda. Silakan tunggu sebentar, Nona.""Terima kasih."Tidak lama Chelsea menunggu, akhirnya seseorang yang ingin ditemuinya keluar dari lift. Pria itu berjalan mendekatinya."Maaf jika membuatmu menunggu lama," ucap Roan."Kamu bercanda?" Chelsea terkekeh ringan. "Kamu datang sangat cepat. Aku pikir, aku perlu menunggu beberapa menit.""Aku tidak mungkin membuatmu menunggu lama, jadi aku cepat datang." Roan menuntun Chelsea menuju lift. Beberap
"Kamu terlihat seperti istri yang sedang cemburu."Kedua pipi Chelsea merona. Dia memalingkan wajah dan mengelak, "Mana mungkin!""Tentu, aku juga sadar itu tidak mungkin."Ketika Roan menjawab seperti itu, Chelsea merasa ia telah salah bicara. Tapi tidak mungkin baginya untuk menjelaskannya kembali.Roan juga tampak acuh tak acuh. Pria itu melanjutkan pekerjaannya lagi. Hal itu membuat Chelsea semakin resah. Apakah dia harus minta maaf? Ucapannya mungkin telah membuat Roan sakit hati."Chelsea, jika kamu bosan, kamu bisa pulang." Roan tidak bermaksud mengusir, dia hanya tidak tega membiarkan Chelsea terdiam di sini, hanya menunggunya menyelesaikan pekerjaan. "Aku tidak akan cepat selesai.""Apa aku mengganggu?" tanya Chelsea, khawatir."Tidak. Aku hanya takut kamu bosan. Bagaimana pun, jam kerjaku masih beberapa jam lagi. Kamu tidak mungkin menunggu selama itu di sini."Chelsea mengangguk mengerti. Membayangkannya saja, Chelsea sudah bisa merasakan bagaimana jenuhnya dia nanti. Jadi
Tidak bekerja membuat Chelsea memiliki banyak waktu luang. Dia lebih sering menghabiskan waktu dengan bersantai dan merawat diri. Saat sedang bosan, Chelsea melihat-lihat isi kamarnya. Dia penasaran tentang suaminya. Chelsea berharap dia bisa menemukan sesuatu yang menarik.Dia tanpa sadar mulai mencoba mengenal lebih jauh pria itu. Padahal sejak awal, Chelsea sudah menolaknya."Tidak ada yang aneh," gumam Chelsea, ketika dia mengeluarkan satu per satu barang dari lemari. Hanya ada pakaian dan beberapa jam tangan dalam laci.Chelsea hendak menyimpan kembali jam di tangannya. Tapi dia urung melakukannya saat dia menyadari sesuatu.Chelsea mencoba melihat sekali lagi jam tangan milik suaminya. Tidak lama, kedua matanya membola."Ini ... tidak mungkin!" pekiknya. Chelsea memegang jam tangan itu dengan kedua tangannya. Dia sedikit bergemetar. "Ini jam tangan yang sangat mahal. Bagaimana ... Bagaimana Roan bisa memilikinya?"Hidup di keluarga kaya sejak kecil membuat Chelsea mengetahui har
Chelsea mendengar bel pintu berbunyi. Dia segera ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu rumah, Chelsea terkejut melihat Tristan berdiri di teras rumahnya. Pria itu tidak hanya menunjukkan senyum yang menawan, tapi juga sikap yang sangat manis. Tangannya memegang bunga yang sangat indah. Dia memberikannya pada Chelsea."Untukmu," ucap pria itu.Ini terasa sangat romantis. Sebagai perempuan, Chelsea tidak bisa menahan rasa tersanjung. Dia sangat bahagia mendapat kejutan semacam ini. Terlebih, dari kekasih yang dia cintai."Kamu mengejutkanku," ucap Chelsea, tersipu. Dia mencium aroma bunga di tangannya, sembari menyembunyikan wajahnya yang malu. "Mengapa kamu datang? Tidak memberitahuku lebih dulu?""Ini kejutan."Jika saja Tristan mengatakan padanya sebelumnya, Chelsea mungkin bisa bersiap-siap lebih dulu. Dia akan mengganti pakaiannya dengan gaun yang indah. Juga berdandan dengan sangat cantik. Meski begitu, moment saat ini tidak membuat Chelsea menyesal. Walau d
Roan kembali ke rumahnya. Dia melihat Chelsea di ruang tengah. Duduk di sofa dengan beberapa kantong belanjaan di sekitarnya. Dia menoleh saat menyadari keberadaan Roan."Kamu sudah pulang?" sapa Chelsea, sembari mengoles cat kuku di tangannya.Roan menyadari Chelsea menjadi sedikit acuh dari sebelumnya. Padahal hubungan mereka sempat membaik beberapa hari ini. Namun, setelah berkencan dengan pacarnya, Chelsea sepertinya kembali menjadi dirinya yang sebelumnya.Roan berusaha menguatkan hatinya. Dia tahu jika sejak awal perempuan itu bukan miliknya. Meski berstatus sebagai istrinya, dia adalah milik pria lain. Roan hanya memiliki status yang sah, namun tidak dengan raga dan hatinya.Jika mengingat semua itu, rasanya sangat pahit. Roan juga kehilangan minat untuk bicara. Sehingga ia memilih kembali melanjutkan langkahnya tanpa membalas sapaan Chelsea sama sekali.Sikap acuh Roan membuat Chelsea mendelik jengkel. Dia sudah berbaik hati menyapa, namun balasan Roan padanya sangat tidak men