Chelsea mendengar bel pintu berbunyi. Dia segera ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu rumah, Chelsea terkejut melihat Tristan berdiri di teras rumahnya. Pria itu tidak hanya menunjukkan senyum yang menawan, tapi juga sikap yang sangat manis. Tangannya memegang bunga yang sangat indah. Dia memberikannya pada Chelsea."Untukmu," ucap pria itu.Ini terasa sangat romantis. Sebagai perempuan, Chelsea tidak bisa menahan rasa tersanjung. Dia sangat bahagia mendapat kejutan semacam ini. Terlebih, dari kekasih yang dia cintai."Kamu mengejutkanku," ucap Chelsea, tersipu. Dia mencium aroma bunga di tangannya, sembari menyembunyikan wajahnya yang malu. "Mengapa kamu datang? Tidak memberitahuku lebih dulu?""Ini kejutan."Jika saja Tristan mengatakan padanya sebelumnya, Chelsea mungkin bisa bersiap-siap lebih dulu. Dia akan mengganti pakaiannya dengan gaun yang indah. Juga berdandan dengan sangat cantik. Meski begitu, moment saat ini tidak membuat Chelsea menyesal. Walau d
Roan kembali ke rumahnya. Dia melihat Chelsea di ruang tengah. Duduk di sofa dengan beberapa kantong belanjaan di sekitarnya. Dia menoleh saat menyadari keberadaan Roan."Kamu sudah pulang?" sapa Chelsea, sembari mengoles cat kuku di tangannya.Roan menyadari Chelsea menjadi sedikit acuh dari sebelumnya. Padahal hubungan mereka sempat membaik beberapa hari ini. Namun, setelah berkencan dengan pacarnya, Chelsea sepertinya kembali menjadi dirinya yang sebelumnya.Roan berusaha menguatkan hatinya. Dia tahu jika sejak awal perempuan itu bukan miliknya. Meski berstatus sebagai istrinya, dia adalah milik pria lain. Roan hanya memiliki status yang sah, namun tidak dengan raga dan hatinya.Jika mengingat semua itu, rasanya sangat pahit. Roan juga kehilangan minat untuk bicara. Sehingga ia memilih kembali melanjutkan langkahnya tanpa membalas sapaan Chelsea sama sekali.Sikap acuh Roan membuat Chelsea mendelik jengkel. Dia sudah berbaik hati menyapa, namun balasan Roan padanya sangat tidak men
Perasaan Chelsea sedang sangat berbunga-bunga sekarang. Dia pulang dengan gembira. Di setiap langkahnya, dia tak berhenti tersenyum. Seharian menghabiskan waktu dengan Tristan membuat Chelsea merasa diratukan sebagai seorang perempuan.Langkahnya melambat ketika melewati dapur. Senyum di wajah Chelsea perlahan menghilang. Dia berjalan mendekati meja, melihat setiap masakan yang masih utuh tak tersentuh, berjejer rapi.Chelsea tiba-tiba teringat saat ia hendak pergi sebelumnya. Suaminya ada di dapur, menata masakan dengan apron di tubuhnya.Apa pria itu memasak?Tapi ... mengapa masakan yang dia buat ini seolah tidak tersentuh sama sekali?Chelsea mengambil garpu dan mencicipi satu masakan, hanya satu suapan. Dia tertegun saat merasakan rasanya. Meski masakan itu telah dingin, rasanya masih terasa nikmat.Air mata seketika menumpuk di pelupuk matanya. Chelsea mengunyah makanannya sembari menahan tangis.Kakinya mulai kehilangan tenaga. Chelsea terduduk di salah satu kursi. Dia menutup w
Chelsea sangat marah. Dia meninggalkan Roan begitu saja tanpa sepatah kata pun.Saat Roan kembali ke kamar, dia melihat istrinya berbaring di ranjang di sudut paling ujung. Dengan selimut yang menutupi hingga kepala.Roan menghela napas. Dia tahu, istrinya marah.Dia tak melakukan apapun untuk membujuk Chelsea kembali. Roan memilih untuk segera tidur. Dia telah melewati banyak masalah hari ini. Rasanya terlalu lelah untuk menghadapi masalah lainnya.Untuk malam ini saja, dia membiarkan istrinya merajuk. Roan akan memikirkan solusinya besok pagi.****Penolakan Roan malam tadi amat membekas dalam benak Chelsea. Tapi, dia mencoba menerima. Chelsea sadar, dia tak pantas untuk marah. Karena, Chelsea sendiri sudah berkali-kali menyakiti suaminya sadar ataupun tidak.Hanya karena hal kecil seperti itu saja seharusnya tidak membuat Chelsea mengabaikan Roan. Sehingga, pagi ini Chelsea berusaha melupakan kejadian memalukan semalam.Dia tak ingin mengingat hal itu lagi. Karena, dia akan merasa
Chelsea memesan makanan untuk ia bawa ke kantor Roan. Dia berniat untuk mengunjungi suaminya di jam makan siang. Chelsea tak ingin orang-orang berpikir jika ia tak mempedulikan suaminya. Hal itu akan membuat para perempuan di sekitar Roan mengambil kesempatan untuk menarik perhatian suaminya. Apalagi perempuan yang waktu itu ditemui Chelsea sewaktu ia pertama kali datang ke kantor suaminya. Chelsea tak akan memberikan kesempatan pada perempuan tidak tahu malu itu.Suara bel pintunya berbunyi. Makanan yang dia pesan mungkin sudah diantarkan. Chelsea bersemangat untuk segera ke pintu depan menemui kurir pengantar makanan itu.Tapi, dugaannya ternyata salah. Bukan kurir pengantar makanan yang berdiri di depan pintu, melainkan Tristan, kekasihnya."Tristan?" Chelsea cukup terkejut. "Kamu datang?"Chelsea merasa sedikit heran. Kali ini Tristan menjadi lebih sering menemuinya. Dan dia juga tanpa ragu-ragu mendatangi Chelsea di rumah tempat ia dan suaminya tinggal. Dia tidak merasa segan sam
Istrinya datang ke kantor. Roan sudah merasa senang karena istrinya itu memiliki inisiatif sendiri untuk menemuinya. Akan tetapi, Roan menyadari jika raut wajah istrinya sedikit berbeda. Dia terlihat murung.Saat mereka tengah duduk bersama, menikmati makanan yang dibawa Chelsea, akhirnya Roan bertanya, "Ada apa?"Chelsea terkesiap."Kamu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Apa ada masalah?"Roan hanya ingin memastikan jika tak ada sesuatu yang sedang terjadi. Dia tak ingin membuat istrinya memikul beban berat sendirian."Aku baik-baik saja." Sadar dirinya bersikap berbeda, Chelsea menegakkan tubuhnya dan mulai berusaha untuk terlihat tenang. Masalah tentang hubungannya dengan Tristan tentu bukan sesuatu yang bisa ia bahas dengan suaminya. "Mengapa bertanya seperti itu? Aku tidak memikirkan apapun. Mungkin itu hanya perasaanmu saja."Roan tahu istrinya tidak jujur. Tapi dia tak ingin memaksanya untuk bercerita. Roan pun hanya mengangguk dengan ringan."Roan, aku rasa kita tidak pernah
Roan membawa Chelsea ke restoran yang lebih mewah dari sebelumnya. Tindakan Roan kali ini membuat Chelsea ingin memprotes. Ia khawatir jika Roan terlalu memaksakan diri demi dirinya. Karena tidak seharusnya pria itu menghamburkan uang untuknya."Kita pilih tempat lain saja," ujar Chelsea. Dia enggan untuk masuk, meski kini mereka sudah sampai di depan restoran."Kenapa?" Roan menatapnya heran. Lalu dia melirik restoran yang telah ia pilih. "Apa restorannya kurang bagus?""Bukan!" Chelsea berdecak kesal. Mengapa pria itu masih belum mengerti? "Aku ... aku tidak ingin kamu menghamburkan uang untukku."Dia bicara dengan nada pelan. Khawatir jika ucapannya akan membuat Roan tersinggung.Namun ternyata, pria itu malah tertawa. Roan sedikit terhibur dengan perhatian yang diberikan istrinya."Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan kehabisan uang hanya karena mengajakmu makan di restoran ini," ucap Roan, menenangkan.Chelsea tidak lantas percaya. Dia masih membujuk Roan untuk pergi ke tempat la
Ketika Chelsea pergi ke toilet sebentar. Seseorang menghadangnya. Chelsea terkejut, melihat jika itu adalah Tristan. Bagaimana pria itu bisa berada di sini?"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Tristan, menatap Chelsea dengan mata menyalang. Saat ini, emosi seakan telah mengumpul dalam dadanya dan hanya tinggal menunggu beberapa saat untuk meledak. Rasanya dia begitu marah hingga bisa memukul siapa saja.Dia baru menerima informasi dari salah satu temannya tentang Chelsea. Emosi seketika menguasainya kala dia mendengar jika Chelsea tengah makan malam romantis dengan suaminya. Tanpa menunggu waktu lama, Tristan bergegas datang ke tempat yang dimaksud hanya untuk memastikan apakah informasi yang ia dapatkan ini benar.Dan, Tristan tidak dapat menahan lagi saat ia benar-benar melihat dengan matanya jika Chelsea ada di sana, bersama pria itu.Tristan hanya bisa memperhatikan dari kejauhan bagaimana kekasihnya menikmati makan malam romantis dengan pria itu. Dia menunggu kesempatan untuk m