Roan menemui Chelsea di kamar. Istrinya pamit lebih awal dari yang lain. Dia berkata ingin segera beristirahat. Tidak ada yang menghalanginya karena semua tahu jika Chelsea baru saja mengalami kecelakaan.Roan sebenarnya cukup bersyukur. Karena tidak lama setelah istrinya pergi, kekasih dari istrinya itu datang. Chelsea pun tidak mengetahuinya hingga sekarang.Ia melihat istrinya itu berbaring di ranjang, membelakanginya. Roan mendudukkan diri di tepi secara hati-hati. Dia tak ingin membuat tidur istrinya terganggu.Tangannya bergerak sangat pelan, mengusap kepala Chelsea penuh kasih sayang. Dia tak bisa menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Roan khawatir jika Chelsea tahu, dia akan menjauhinya."Roan."Roan tersentak. Tangannya tiba-tiba diraih oleh istrinya. Dia melihat kedua mata istrinya mulai terbuka, pupilnya bergerak menoleh ke arahnya."Kau ... belum tidur?" tanya Roan, cukup gugup."Kenapa?" Chelsea mengernyit bingung melihat reaksi Roan yang tidak biasa. "Apa aku m
Roan memasuki rumah dengan langkah lesu. Dia tidak bersemangat pulang ketika mengingat jika saat ini istrinya tengah marah padanya. Roan menjadi menyesal telah memicu pertengkaran antara mereka. Roan tidak bermaksud membuat Chelsea kesal. Dia hanya tidak yakin untuk mengungkapkan keinginannya. Dia khawatir hubungannya dengan Chelsea akan semakin memburuk."Kamu sudah pulang?"Langkah Roan berhenti. Dia menoleh, menemukan istrinya berdiri di ruang makan, tengah menata makanan yang sepertinya baru saja dipesannya."Kebetulan makanan yang kupesan baru tiba. Ini masih hangat. Ayo kita makan!" seru Chelsea. Perempuan itu mendekati suaminya, menarik tangannya untuk ia ajak ke meja makan.Roan hanya menuruti keinginan istrinya meski perasaannya masih bingung. Dia merasa jika ini terlalu aneh. Karena seingatnya, istrinya tengah marah padanya. Mengapa dia masih menyambutnya dengan baik?Roan melirik makanan di piringnya yang memang terlihat masih hangat. Aroma dari makanan itu membuat rasa lap
Chelsea duduk di tepi ranjang, memperhatikan suaminya yang berjongkok di bawah, memeriksa kakinya.Chelsea masih ingat ketika dia dan Roan terlarut dalam dunia mereka, kakinya yang tidak mengerti situasi tiba-tiba membuatnya tergelincir. Menghancurkan suasana romantis yang sebelumnya tercipta. Chelsea merasa malu dan juga bersalah. Karena ia merasa dirinyalah yang menyebabkan keintiman mereka terganggu."Kamu tidak apa-apa?" Roan mendongak, bertanya padanya. "Apa ini sakit?"Chelsea menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "tidak. Hanya sedikit saja."Roan berdiri sembari menghela napas pelan. "Ini kesalahanku. Seharusnya aku tidak membiarkan kamu berdiri."Karena terlalu terbuai, dia sampai lupa jika istrinya masih terluka. Roan seharusnya lebih berhati-hati. Dia yang berkewajiban untuk menjaga istrinya."Tidak. Ini sepenuhnya salahku," bantah Chelsea.Roan terlalu banyak menyalahkan diri sendiri. Meski bukan dia yang salah, dia akan tetap melimpahkan kesalahan pada dirinya sendiri.
Mendengar teman dekat mereka mengalami kecelakaan, teman-teman Chelsea datang menjenguk. Mereka tidak mengabari terlebih dulu, sengaja ingin memberikan kejutan. Dan Chelsea tak menduga jika teman-temannya akan benar-benar datang menjenguknya."Kau ini kenapa, Chels? Astaga, mengapa bisa sampai seperti ini?" Laura berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya. Dia cukup prihatin melihat kondisi temannya itu saat ini."Ini juga bukan keinginanku," sahut Chelsea. Dia tentu tak akan mau disalahkan karena insiden yang menimpa dirinya. Jika bisa memilih, dia juga tak ingin mengalami hal ini.Siapa orang bodoh yang menginginkan diri sendiri mengalami kecelakaan hingga tidak bisa berjalan?"Apa sudah diobati?" tanya Fero. "Suamimu merawatmu dengan baik, kan?"Chelsea mengangguk sebagai jawaban."Dia suami yang sangat baik. Dia perhatian dan bertanggung jawab.""Ouh." Erica menyeringai. Kedua tangannya terlipat di dada. "Ada apa ini? Aku merasa jika hubunganmu sudah mulai berubah dengannya. Ap
Roan melangkah sedikit terburu-buru karena dia teringat akan istrinya yang menunggu di rumah. Tapi, sebelum dia mendekati mobilnya, seseorang memanggilnya. Roan pun terpaksa menghentikan langkahnya.Dia menoleh, melihat Liona berjalan menghampirinya sambil tersenyum."Kamu sudah selesai?"Roan mengangguk. "Aku baru akan pulang.""Aku ingin mengajakmu makan. Apakah kamu bisa?" tanya Liona. Dia sedikit menunduk sembari menyampirkan helai rambutnya ke belakang telinga. Dia menunjukkan ekspresi malu-malu. "Ada restoran yang sangat bagus. Aku harap bisa datang ke sana bersamamu."Roan tidak lantas menjawab. Dia menggaruk pelipisnya, terlihat bingung bagaimana menanggapinya."Hari ini sepertinya aku tidak bisa."Roan tak ingin melukai Liona. Tapi, dia tak bisa mengabaikan istrinya sendiri yang saat ini sedang tidak baik-baik saja di rumah. Roan tentu tak ingin melupakan istrinya hanya demi orang lain."Kenapa?" Liona merasa kecewa. Padahal dia sudah menunggu Roan dengan sabar. Dia sengaja m
Chelsea membuka kotak kue yang baru ia terima dari suaminya. Penampakan kue itu sangat cantik. Mereka terlihat sangat lezat. Dengan senyum di wajahnya, Chelsea mulai mengambil satu dan mencicipinya."Um, ini sangat enak," gumam Chelsea di sela ia mengunyah.Teman-temannya sudah pergi tidak lama setelah Roan kembali. Mereka merasa tidak nyaman saat Roan ada. Mereka khawatir akan mengganggu kebersamaan Chelsea bersama suaminya. Chelsea juga tak menahan mereka. Karena ia sendiri sebenarnya lebih menginginkan menghabiskan waktu bersama Roan daripada teman-temannya. Ia justru bersyukur teman-temannya mengerti untuk memberi ruang bagi ia dan Roan."Kau menyukainya?"Chelsea menoleh. Dia menemukan Roan berdiri tak jauh darinya. Pria itu baru selesai mandi. Tubuhnya tampak lembab dengan aroma segar yang menguar. Chelsea buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia merasa kesulitan untuk menelan sisa makanan di mulutnya.'Dia terlihat sangat tampan.'Diam-diam Chelsea mengagumi suaminya itu. Namun
Roan mengernyit dalam, melihat raut wajah istrinya yang tidak bersahabat. Sejak bangun pagi, tak ada senyum yang terlihat. Ekspresi wajah istrinya terlihat muram. Roan menjadi khawatir. Jadi, dia mendekati Chelsea dan bertanya dengan hati-hati, "Ada apa?"Chelsea terhenyak. Dia tak menduga jika suaminya akan menyadari suasana hatinya yang sedang buruk saat ini. "Ah, tidak apa-apa," elak Chelsea. Dia mencoba bersikap biasa supaya suaminya tidak lagi khawatir. Namun, Roan sangat peka terhadap suasana hati istrinya. Jadi, dia tahu jika Chelsea tengah menyembunyikan masalahnya dari Roan."Jika ada yang mengganggumu, kau bisa bicara padaku," ucap Roan. Dia tidak yakin masalah seperti apa yang tengah dihadapi istrinya. Namun, dia akan memberikan saran semampu yang ia bisa jika ia sudah mengetahui inti permasalahannya. "Bicaralah jika kamu percaya padaku. Tapi, aku tidak akan memaksa jika kamu memang tidak ingin bercerita."Chelsea berbalik dan menahan tangan suaminya saat pria itu hampir p
Chelsea berencana belanja hari ini. Dia berada di pusat perbelanjaan. Saat dia berjalan sendirian, Chelsea menemukan Tristan yang tampak dari kejauhan. Chelsea mengernyit heran, bukankah seharusnya pria itu bekerja sekarang?Chelsea melirik jam di tangannya. Ini memang masih jam kantor. Suaminya bahkan belum menghubunginya karena masih sibuk dengan pekerjaan. Mengapa Tristan berbeda? Dia terlihat bebas dengan berkeliaran sesuka hati di Mall ini.Saat Chelsea hendak menghampiri pria itu, langkahnya seketika berhenti ketika dia melihat seorang perempuan menghampiri Tristan. Perempuan itu tampak sangat dekat dengan Tristan. Ia tidak ragu untuk menggandeng tangan pria itu dengan mesra. Anehnya, Tristan seperti senang dengan perlakuan perempuan itu padanya.Sikap keduanya terlihat seperti pasangan kekasih. Chelsea menjadi semakin curiga. Apa jangan-jangan selama ini Tristan sering bermain-main di belakangnya?Karena merasa penasaran, Chelsea memutuskan untuk mengakhiri kegiatan belanjanya.