Beranda / Romansa / Bukan Simpanan CEO / #76 Sepenggal Fakta

Share

#76 Sepenggal Fakta

Penulis: Lunetha Lu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-03 11:00:13

Dia tahu, gadis itu marah. Meski Aneth memasang raut datar seperti biasanya, ia mulai memahami emosi gadis itu. Yuka tidak berani mengganggunya sejak kemarin malam. Kalau sebelumnya dia menggodanya habis-habisan, kemarin Yuka hanya diam memerhatikan gadis itu, tertidur di sebelahnya.

Dia tidak pernah segalau ini menghadapi wanita yang sedang murka kecuali kakaknya. Kemungkinan besar penyebabnya pastilah karena kabar Adeline yang menghilang. Siapa sih, yang akan suka kalau orang yang telah mencelakainya kabur begitu saja?

Oleh karena itu, dia harus mendongkrak mood gadis itu. Yuka meminta bantuan Becca, sekretarisnya, untuk membeli sesuatu yang kiranya disukai wanita selain perhiasan dan barang-barang branded. Dia tidak tahu apa yang disukai Aneth. Tetapi berdasarkan firasatnya, Aneth akan tersinggung jika tiba-tiba diberikan benda mahal tanpa alasan jelas. Tidak seperti wanita-wanitanya yang lain.

Kotak karton tebal berisi empat kue sifon masin

Lunetha Lu

Waktu nulis part ini aku jadi ikutan sedih :"D Semoga perasaan Aneth juga sampai ke readers.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nofiana D.F
ampun kasihan banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Simpanan CEO   #77 Tak Kasat Mata

    Sudah berakhir.Semuanya sudah berakhir.Ini yang terbaik. Tidak akan ada lagi rasa bersalah di kemudian hari. Meski perasaan mengerikan itu sempat menguar dan naik ke permukaan saat ia mengatakan yang sesungguhnya dengan mulutnya sendiri.Perasaan menjijikkan yang dirasakannya lebih dari apa pun.Yuka mungkin mengasihaninya. Atau bahkan merasa muak lebih dari yang dirasakannya. Entahlah. Yang ia tahu, kali ini ia merasa lebih ikhlas dari sebelumnya. Karena orang yang sejak awal tidak memiliki apa-apa seharusnya tidak perlu takut kehilangan. Penderitaan dan luka telah menjadi teman baiknya sejak lama.Tapi...Benarkah ia mengakhirinya dengan ikhlas?Lantas kenapa butiran air terus saja berlomba-lomba keluar dari kedua sudut matanya setelah laki-laki itu berderap keluar meninggalkan kamarnya?***Elden tidak pergi dari sana. Menunggu di depan pintu ketika Yuka tidak juga keluar dari kamar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Bukan Simpanan CEO   #78 Unwanted

    “Masuk,” terdengar ketukkan pintu saat ia sedang memantau pergerakan candlestick di halaman aplikasi investasi saham pada laptopnya.“Permisi, Pak. Renovasi kamarnya kan sudah selesai, perabot juga sudah diganti yang baru. Kuncinya saya titip ke sekretaris Becca atau saya serahkan ke Anda?” tanya Rendy mengangkat kunci dengan gantungan bola bulu berwarna abu-abu.Ia terdiam menatap kunci itu, tidak mungkin menemui Aneth lagi dalam waktu dekat. Aneth juga masih di rumah sakit. Entah apakah gadis itu akan kembali tinggal di kost lamanya atau pindah dari sana.“Kamu kasih Becca aja dulu,” sahutnya kemudian.“Oke, Pak.”“Oke. Makasih, Ren.”“Sama-sama Pak. Ada lagi yang bisa saya bantu?”“Gimana dengan posisi staf desain? Iklan lowongan pekerjaannya udah disebar, kan?”“Iya, Pak. Katanya cukup banyak yang melamar. Minggu depan akan ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Bukan Simpanan CEO   #79 Elden dan Yuka

    Yuka memeriksa jadwal yang diberikan Becca, lalu melirik ke arah jam tangannya. Ada rapat jam dua siang nanti. Diraihnya dasi yan tergeletak di meja dan dikalungkannya ke leher. Gerakkannya terhenti saat ia hendak mencoba memasang dasi. Teringat seseorang yang belakangan selalu memasangkan dasi untuknya. Beberapa hari ini terasa seperti mimpi. Berat untuknya memejamkan mata di malam hari dan membuka mata di pagi hari. Seperti ada bagian dirinya yang menghilang. Tangannya lalu meraih telepon, menekan dua angka yang sudah sangat sering dihubunginya. Hanya butuh satu detik untuk mendapat jawaban dari seberang sana. “Becca, tolong ke ruangan saya pasangin dasi. Hari ini biar Rendy yang ikut saya pergi meeting,” “Baik, Pak.” *** Beberapa minggu ia melewatkan kegiatan seperti ini karena Aneth berada di apartemennya waktu itu. Berkumpul dengan teman-teman di akhir pekan biasanya menjadi rutinitas untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Bukan Simpanan CEO   #80 Tempat Bercerita

    Sepanjang jalan ia mengemudi gila-gilaan hingga apartemennya. Isi kepalanya sudah sangat kacau, sekacau wajahnya yang babak belur. Dia tidak dapat berpikir jernih lagi. Bahkan ia meninggalkan Selly di Lounge sebelum mengantarnya pulang. Ini sungguh menyiksanyanya.Aneth hampir meregang nyawa?Kenapa?Apa yang sebetulnya terjadi beberapa hari terakhir?Jantungnya sempat berhenti sesaat ketika mendengar kabar tentang gadis itu. Tanpa melangkah lebih jauh lagi, Yuka bersandar pada pintu apartemen yang baru menutup. Berusaha menopang tubuhnya di sana sambil merosot turun dengan kedua lutut yang sudah lemas sejak tadi.Kacau.Ini sulit sekali.Dia tidak bisa mengalihkan pikirannya dari gadis itu sedikit pun meski sudah berusaha keras menyibukkan diri dengan berbagai hal. Panas di kelopak mata membuatnya menumpahkan buliran air. Meraba saku celananya, ia mengeluarkan ponsel dari sana.Dicarinya sat

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Bukan Simpanan CEO   #81 Kejiwaan

    “Berdasarkan hasil evaluasi, penjualan selama hari Valentine meningkat pesat dibanding hari-hari biasanya. Bahkan melebihi target pemasaran. Banyak perempuan yang antusias menyambut bundle hari Valentine,” Suara kepala manajer mengisi ruang rapat pagi itu.Pada layar proyektor terdapat diagram perbandingan total penjualan selama lima bulan terakhir. Tapi bukan diagram itu yang menjadi fokus utama Yuka saat mendengarkan hasil rapat pagi ini. Melainkan hari Valentine yang sudah lewat.“... Desain yang ditampilkan untuk promosi pada media sosial juga berpengaruh besar dalam menarik pelanggan. Secara tampilan, warna dan tulisannya cukup eye catching, faktor utama yang menjadi click bait untuk calon customer,”“... Konsep kita kali ini mendapat respon positif dari para pembeli. Tinggal menjalankan rencana produk baru dan kemasan bundle untuk event hari raya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Bukan Simpanan CEO   #82 Keluar dari Sangkar

    “Ini,” Gadis itu menyerahkan kantong kertas yang diambilnya dari dalam lemari.Ia lalu menerimanya. “Makasih.”“Ada yang ketinggalan lagi?” tanya Aneth ketika Yuka masih tidak juga beranjak dari tempatnya.Sewaktu Aneth menanyakan alasannya datang kemari, kepalanya masih sibuk berpikir. Tapi pertanyaan gadis itu selanjutnya cukup menyelamatkannya.“Ah, Anda mau ambil barang yang tertinggal, ya?”Ada sarat kecewa ketika Aneth kembali membatasi hubungan mereka dengan bicara formal seperti itu.“Huh? Oh, iya,” jawab Yuka kaku. Dia sendiri lupa barang apa yang ditinggalkannya di kamar Aneth.“Harusnya langsung ambil ke kamar aja, nggak pa-pa, kok.”“Ah, itu... rasanya nggak enak datang dan pergi begitu aja,” sahutnya. Mencari alasan lain untuk mengulur waktu.Yuka sangat bingung sampai kehilangan kata-kata. Sejak di taman tadi fokusnya tertuj

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Bukan Simpanan CEO   #83 Berdamai

    “Selamat sore, Ranetha,” sapa dokter Hans lebih akrab sore itu. Tidak biasanya beliau datang di sore hari. Biasanya dia berkunjung di pagi atau siang hari.“Sore, Dok,” Aneth membalas sapaannya.Melihat wajah Aneth yang lebih segar dari sebelumnya, dokter Hans tersenyum. “Sepertinya suasana hati kamu lagi bagus, ya? Saya nggak jadi periksa, deh. Kalau lihat saya, nanti malah merusak mood kamu, lagi,” guraunya yang disambut senyuman sekilas oleh Aneth.Sang dokter tertegun sesaat. Karena selama ia datang ke ruangan pasien bernama Ranetha, baru kali ini ia melihat tatapan ramah gadis itu.“Dok,” panggil Aneth.“Ya?” Masih dengan lengkung di bibir dokter Hans menyahut.“Bagaimana cara bangun dari mimpi buruk?”Ini dia yang ditunggu-tunggu olehnya. Kesiapan gadis itu untuk menyembuhkan luka. Karena selama ini, dia tahu gadis ini sangat menutup diri. Perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • Bukan Simpanan CEO   #84 Everything Will be Fine

    Ponsel lamanya telah kembali. Yuka memberikannya bersamaan dengan kunci kamar indekos Aneth setelah dia keluar dari rumah sakit. Tetapi ia tetap harus mencari tempat tinggal baru. Ketika Aneth menginjakkan kaki di indekos lamanya, ia tidak sanggup.Berdiri di depan kamarnya membuat sekujur tubuhnya menegang, teringat teror yang diterimanya beberapa waktu lalu. Meski interior kamar telah dibenahi dan perabot yang rusak telah diganti, perasaan khawatir itu masih tersisa. Kecemasan akan seseorang yang mengintainya dan berusaha mencelakainya masih dapat ia rasakan saat berada di sana.Karena alasan itulah, akhirnya Aneth kembali ke sini.Apartemen Yuka.Selain itu dia tidak dianjurkan tinggal sendirian untuk sementara waktu. Mempertimbangkan kondisi tangannya yang belum terlepas dari gips dan luka di telapak kakinya, gerakkannya masih terbatas. Ia butuh seseorang yang dapat membantunya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Mencuci piring misalnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10

Bab terbaru

  • Bukan Simpanan CEO   Bonus Part II

    “Kamu tau, pertemuan kita waktu membahas kontrak... itu bukan pertemuan pertama kita?” tutur Yuka saat mereka duduk di ruang tengah. Sepasang alis Aneth terangkat naik menanggapi. “Ah, kamu ingat?” “Huh? Ternyata kamu tau? Kita pernah ketemu waktu—” “Waktu aku wisuda.” “Waktu aku masih kuliah.” Mereka bicara berbarengan. “Huh?” “Eh?” Keduanya bingung dengan jawaban yang tidak sinkron. “Waktu kamu wisuda?” Yuka mengulang jawaban Aneth dengan pertanyaan. “Iya, waktu itu lift penuh. Aku buru-buru naik tangga ke auditorium terus kesandung karena rok kebaya aku. Tapi kamu bantu menahanku di tangga dan ambilin tabung wisuda aku yang jatuh. Aku sempat kira kamu Valdi, tapi kamu nggak pakai toga.” “Ahh... waktu aku datang ke acara wisudanya Valdi, ya? Wisudanya kamu juga.” Aneth lalu mengangguk. Kemudian ganti ia yang bertanya. “Kalo waktu kamu kuliah itu, maksudnya kapan?” “Hm..

  • Bukan Simpanan CEO   Bonus Part I

    Setelah pesta pernikahan, banyak orang yang mengaitkannya dengan malam pertama. Nyatanya, gagasan mengenai malam pertama setelah pernikahan tidak selalu terjadi karena para pasangan cenderung lelah setelah seharian menjamu tamu. Tidur hanya dua hingga tiga jam sebelum acara, harus bangun dini hari khususnya pengantin wanita untuk berdandan, menghadiri acara peneguhan sesuai kepercayaan masing-masing, kemudian resepsi. Aneth yang baru pertama kali menikah—begitu juga dengan Yuka sebetulnya—merasa sekujur tubuh dan kakinya sakit karena terlalu lama berdiri. Padahal gaun pengantin didesain senyaman dan seringan mungkin untuk dikenakan di tubuh. Tapi tetap saja. Aneth sangat lelah berdiri dan menarik senyum senyum seharian. Setelah dibantu oleh kru untuk melepaskan gaunnya, ia masih harus membersihkan riasan dan melepas jepit-jepit di rambut. Saking lelahnya, Aneth dan Yuka langsung bergegas tidur semalam. Ya. Hanya tidur. “Morning,

  • Bukan Simpanan CEO   #96 Best Gift (END)

    Jalan-jalan sekitar resort, makan malam, dan bersantai sejenak. Saking semangatnya, rasanya Aneth tidak bisa memejamkan mata malam ini. Ia menyukai suasana di Bintan walaupun siang hari sangat terik. “Kamu belum mau tidur?” tanya Yuka yang melihat wajah Aneth masih tampak segar. “Aku belum ngantuk.” “Kamu suka di sini?” Aneth mengangguk sambil tersenyum lebar. “Kamu tau,” ucapnya memberi jeda sejenak. “Aku pernah berharap bisa pensiun dini dan menghabiskan sisa hidupku traveling ke berbagai tempat indah seperti ini.” “Aku bisa kabulin harapan kamu. Kita bisa pergi ke tempat-tempat yang kamu mau.” Aneth tersenyum. “Kalo jadi semudah itu rasanya aneh. Lagi pula pulang dari sini nanti kerjaan kamu udah menanti.” “Err... tolong jangan ingetin aku.” Keduanya lalu tertawa. “Aku mau ke jacuzzi, kamu mau ikut?” Yuka terdiam memandangi Aneth. Menyadari ajakan ambigunya, buru-buru Aneth menimpali, “Ma-mak

  • Bukan Simpanan CEO   #95 Romansa Bintan

    Semenjak bertemu dengan keluarga Yuka, Aneth sesekali diundang ke rumah orang tuanya pada akhir pekan. Katanya sekalian mengakrabkan diri karena mereka akan menikah. Jujur saja, sewaktu Yuka mengatakan ingin menikahi Aneth di depan kedua orang tuanya, Aneth masih merasa abu-abu. Menikah. Dulu, kata itu menjadi hal terakhir yang ada di pikirannya. Bahkan tidak masuk dalam rencana masa depannya. Tetapi sejak bersama Yuka, semuanya berubah. Keinginannya mulai berubah. Rencananya tak lagi miliknya sendiri. Belum lama ini dia juga baru tahu, kalau Yuka mengunjungi rumah Mama tanpa sepengetahuannya. Sewaktu Aneth pulang ke rumah, mamanya menceritakan apa yang disampaikan Yuka, termasuk hubungan mereka. Aneth sempat merasa takut dan tidak enak hati untuk mengakui. Tapi Mama kemudian berkata, “Kalau kamu memang mau menikah, jangan diam-diam aja. Setidaknya kasih tau kapan rencana kalian. Kamu juga bisa tanya persiapannya ke Kak Rena yang udah pengalaman

  • Bukan Simpanan CEO   #94 Empat Mata

    Benang kusut yang selama ini menghambat hubungan mereka sedikit demi sedikit terurai. Yuka telah mengumpulkan kepingan fakta yang menjadi sumber tanyanya pada gadis itu. Tinggal selangkah lagi. Hingga untaian benang yang berantakan lurus seutuhnya. Tatkala di pagi yang cerah, mobilnya yang kontras berhenti di depan rumah konvensional bergaya sederhana yang pernah dikunjunginya. Dia melangkah turun dari mobil. Berdiri di depan pagar hitam dengan ujung-ujung runcing yang tingginya melewati kepalanya. Dari celah pagar itu ia melongok ke pintu rumah yang terbuka. Berharap orang yang dicarinya ada di dalam. Sambil menghela napas dalam-dalam, ia mengumpulkan keberanian. Mengadu gembok yang tergantung di pagar agar menimbulkan suara bunyi. “Permisi,” panggilnya. Bukan, dia bukan mau jadi sales panci atau semacamnya. Dia perlu menemui seseorang. Tak lama kemudian tampak seorang wanita keluar dari dalam. Dengan raut keheranan berhenti melangkah di tera

  • Bukan Simpanan CEO   #93 Memeluk Duka

    Semakin langit menggelap, ruangan itu semakin ramai. Tidak seperti siang tadi yang sepi. Mungkin karena bukan akhir pekan, mereka baru menyempatkan datang sepulang kerja. Sebagian besar orang yang hadir mengenakan pakaian berwarna putih. Orang-orang sibuk menyalami keluarganya, memberikan ucapan belasungkawa. Di tengah suasana duka yang pekat, gadis itu sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dia tidak menitikkan air mata seperti beberapa dari mereka yang datang. “Neth, gantian kamu sama Niko makan, gih di kamar. Biar Kak Rena sama Kak Denny aja yang jaga.” “Iya, Kak.” Aneth beranjak dari duduknya, diikuti Niko dengan mata sembab dan wajah bengkaknya sehabis menangis. Aneth tidak tahu lagi apa yang harus ia rasakan sementara orang-orang jelas menunjukkan kesedihan mereka. Bisa saja dia mengikuti yang lainnya, berpura-pura menangis. Namun, Aneth tidak suka bersikap munafik. Ada rasa sesak yang mengganjal, tapi bukan kesedihan. Mungkin penyesalan.

  • Bukan Simpanan CEO   #92 Kabar Duka

    Banyak yang telah terjadi selama empat bulan ini. Mulai dari hal yang kurang menyenangkan hingga hal baik. Memori buruk yang terus dipendam dan menghantuinya selama bertahun-tahun ternyata dapat memudar hanya dalam watu beberapa bulan. Alasan baru baginya untuk tetap bertahan dan memiliki arti hidup yang sesungguhnya. Apakah ini takdir? Ataukah keberuntungan? Yang pasti ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Segala hal yang semula bertentangan dengannya perlahan berbalik mendukungnya. Sampai suatu hari ketika terbangun, dia masih merasa semuanya bagai mimpi. Tapi ketika membuka ponselnya di pagi hari, Aneth tahu. Apa yang dialaminya adalah kenyataan. Setiap membuka mata, pesan itu selalu meyakinkannya. Ucapan selamat tidur, selamat pagi, atau sisa percakapan semalam yang membuatnya ketiduran. Bukan karena membosankan, hanya dia terlalu nyaman. Hingga insomnia tidak lagi dirasakannya akhir-akhir ini. *** “Kamu... gila....

  • Bukan Simpanan CEO   #91 Keluarga Leovin

    Perasaan bahagia menyelimutinya sejak turun dari pesawat. Ia tak bisa menahan sudut-sudut bibirnya yang mengembang. Setelah beberapa hari terpisah, akhirnya dia akan menemui pujaan hati di rumah. Andai bisa seperti ini setiap hari, batinnya. Disambut di rumah sepulang kerja, terlelap bersisian dan bangun memandangi wajahnya, menghabiskan waktu senggang, juga melakukan aktivitas dengannya. Ia pasti menjadi laki-laki paling bahagia di dunia jika itu terjadi. “Pak, biar saya bawakan kopernya.” “Nggak pa-pa, Ren. Barang yang kamu udah banyak. Cari troli aja dulu.” Rendy kemudian mengangguk mengiyakan. Selama dua tahun bekerja menjadi asisten Yuka Damiani Leovin, ia diperlakukan dengan amat baik. Pria itu tidak pernah menyuruhnya sesuka hati dan bertingkah semena-mena, menghormati waktu kerja dan hari liburnya, menggunakan tutur kata yang sopan meski ia bawahannya. Bagi Rendy, baru kali ini dia bekerja senyaman ini walau aktivitasnya selama jam kerja padat

  • Bukan Simpanan CEO   #90 Anak Kapten Bukan Gay!

    “Anda panggil saya?” tanya Aneth formal ketika memasuki ruangan. “Astaga, kita cuma berdua. Ngomong kayak biasa aja, Sayang,” “Kamu, nih. Kalo kedengaran orang lain kan, nggak enak. Udah cukup ya, Regina tau tentang kita. Jangan sampe ada pegawai lain lagi yang tau.” Melirik ke arah pintu besar yang baru ditutupnya. “Becca tau, Rendy tau, supirku juga tau. Memang kenapa kalo yang lainnya tau?” “Oke, mereka nggak masuk hitungan. Mereka orang kepercayaan kamu. Tapi kalau staf lain, bisa jadi biang gosip sekantor!” “Tenang ajaa. Yang lebih penting, aku pergi sore ini, loh. Kita nggak bisa ketemu beberapa hari. Memang kamu nggak bakal kangen?” Beranjak dari bangkunya, Yuka berjalan melewati Aneth yang masih berdiri. Berpindah duduk ke sofa. “Sini,” pinta laki-laki itu. Aneth pun mau tak mau mengikutinya, mengambil tempat di sebelahnya. Memiringkan badan saling berhadapan. Terasa sedikit aneh, ruang Direksi waktu itu menjadi

DMCA.com Protection Status