Beranda / Romansa / Bukan Sekedar Sahabat / 35. Jadi Cinta Itu Apa?

Share

35. Jadi Cinta Itu Apa?

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-23 11:59:58

Rayyan dan Reihan hanya menatap pasrah tiga wanita dalam keluarga Nara yang kini sedang menangis tersedu-sedan. Timbunan tissue sudah memenuhi keranjang sampah sejak dua jam yang lalu. 

"Sedih banget, kenapa harus sad ending sih?!" omel Nasha begitu melihat adegan terakhir drama saeguk yang sedang dia tonton.

"Iya, Mah. Gak mau tak tonton tapi penasaran. Padahal Zaza udah tahu endingnya dari cerita Yaya. Tapi ... Zaza penasaran. Hiks ... hiks."

"Nyesek ya Za. Hiks hiks hiks."

I-iya, Mah."

"Huwaaa." Ibu dan anak menantu saling berpelukan lalu kembali menangis.

Baik Rayyan dan Reihan hanya bisa menghela napas pasrah. Mungkin bagi logika pria, kenapa juga harus nonton padahal hanya membuat nangis Bombay. Mending kan nonton yang bikin happy bukan makan hati apalagi nangis-nangis gak berhenti. Tapi dasarnya wanita kan begitu.

Kedua bapak dan anak itu memilih diam. Karena berkomentar hanya akan membuat kedua wanitanya melirik sadis, me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Sekedar Sahabat   36. Tamu Tak Terduga

    Warjo dan Narti sedang menemani Zio menonton TV. Sesekali mereka bercerita."Mas Zio gak jalan sama temen-temen? Biasanya hari minggu kemana gitu. Ini tumben udah minggu kedua Mas Zio di rumah aja.""Lagi males aja, Pak. Pengen di rumah aja.""Tumben males, Mas.""Ya emang lagi males, Bu.""Oooo."Ketiganya fokus kembali ke layar televisi."Mbak Fina kok lama gak main ya, Mas?" tanya Narti.Zio tak langsung menjawab. Dia terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum akhirnya bersuara."Lagi sibuk, Bu. Kan sebentar lagi kita ujian. Jadi Fina sibuk belajar.""Oooo."Tidak ada lagi yang bersuara. Baik Narti maupun Warjo terlalu fokus pada acara sinetron bertema komedi. Keduanya sesekali tertawa.Berbeda dengan Zio, fokusnya sama sekali tidak berada di TV melainkan pada dua wanita yang sudah memenuhi relung hatinya. Fina si sahabat dan Azizah si tambatan hati. Zio menggeleng-gelengkan kepalanya. Tern

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   37. Berkawan

    Zio sedang menikmati pemandangan alun-alun Purwokerto dari teras Masjid Agung Baitussalam. Ada ketenangan tersendiri di hatinya, jika dia berada di masjid. Mendengarkan kalimat-kalimat yang mengandung pujian pada Allah maupun Rasul-Nya.Hampir dua jam, Zio berada di tempat ini dengan posisi yang sama. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saatnya menunaikan sholat isya."Mari Nak, bapak sholat dulu." Seorang lelaki tua yang sering bertemu dengan Zio di teras Masjid Baitussalam menyapa Zio."Silakan, Pak."Si bapak masuk sambil mengulas senyum. Zio sendiri kembali menatap ke arah alun-alun sambil mendengarkan setiap kalimat yang terucap dari sang imam.Ucapan salam terdengar, kumandang zikir mulai digumamkan dilanjutkan dengan lantunan doa yang dipimpin oleh sang imam. Satu per satu jamaah mulai keluar. Beberapa dari mereka menyapa Zio, ada beberapa lagi yang menatapnya dengan tatapan heran dan selebihnya cuek.Tepukan lembut

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   38. Mengambil Hati Nathan

    Zio sampai di rumahnya pukul dua belas malam. Terlalu asyik mengobrol dengan Kahfi, Zio sampai lupa waktu. Padahal biasanya jam sembilan Zio sudah berada di rumahnya."Kamu sudah pulang, Nathan?"Suara Sri dari dalam kegelapan sedikit mengagetkan Zio. Sri menyalakan lampu ruang tengah, dia tersenyum kepada Zio sementara Zio hanya memasang wajah datar malah terkesan dingin."Kamu dari mana? Sudah makan? Eyang tadi bawa gudeg sama sate usus. Eyang minta Narti angetin ya? Kita makan.""Gak usah. Nathan udah makan."Sri mencoba tersenyum. "Ya sudah, sana ke kamar. Istirahat. Jangan lupa cuci tangan dan kaki dulu, Nat-"Brak!Suara pintu kamar yang ditutup menghentikan ucapan Sri. Sri memegang jantungnya. Belakangan ini, dia sering merasa jantungnya mudah sekali merasa sakit. Lebih tepatnya, setelah dia mengetahui fakta kalau kedua cucu kebanggaannya ternyata bukan darah daging Pandu. Belum lagi kenyataan lainnya kalau Pandu didiagnosa man

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   39. Latihan Di Rumah Zio

    Fina menatap rumah Zio dengan ragu. Dia masih berdiri di halaman rumah Zio sementara teman-teman satu kelompoknya sudah mulai memasuki rumah. Jujur, berkunjung ke rumah Zio sekarang ini rasanya aneh, tidak seperti dulu sebelum keduanya memiliki orang lain di hati masing-masing.Fina berbalik dan kaget mendapati Zio berada dua langkah di belakangnya. Zio pun sedang menatap rumahnya dengan ekspresi yang terlihat enggan. Padahal biasanya Zio semangat sekali kalau dikunjungi teman-temannya."Zi ....""Cari tempat lain aja yuk, Fin. Cafe, mall, lapangan, sungai, gunung atau laut juga boleh."Fina mengernyit. "Kenapa?""Rumahku ada Voldemort sama Cruella.""Hah?"Fina melongo mendengar penjelasan Zio sementara Zio sama sekali tak menoleh pada Fina."Woi, Zi. Tuan rumah kok malah bengong di depan. Buruan, kita dijamu. Keluarin apa kek, bakso, mie ayam, opor, bahkan cilok juga gak masalah." Yudho melongok dari dalam rumah.Zio t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   40. Fina Campur Tangan

    Fina menatap ponselnya. Ada beberapa chat yang berasal dari para sahabatnya, salah satunya Kahfi. Seperti biasa, ucapan selamat pagi, jangan lupa makan, jangan lupa sholat, selamat belajar menjadi bahasan sehari-hari antara Kahfi dan Fina. Fina yang sedang terkena efek virus merah jambu tentu merasa berbunga-bunga."Fina! Ayok berangkat.""Iya Mas."Fina segera menaruh ponselnya dan segera keluar setelah mengambil jaketnya."Ngambil apa sih, Fin? Lama banget. Gak boleh bawa HP loh!" Reihan menatap tajam sang adik lewat pantulan cermin tengah."Iya Mas Rei. Kan tadi Fina cuma ngambil makalah yang ketinggalan sama jaket. Ish, lagian temen-temen Fina juga banyak yang bawa masa Fina gak boleh," gerutu Fina.Zaza yang mendengar sedikit perdebatan pendapat antara adik dan kakak hanya tersenyum."Kamu sudah bawa surat ijin cutinya, Dek?""Sudah, Mas.""Oke."Reihan segera melajukan mobilnya menuju ke sekolah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   41. Ini Tugas Orang Tua

    Azizah terdiam. Dia hanya bisa menunduk, pasrah dengan keputusan abi dan uminya."Besok kamu langsung berangkat ke Madiun. Abi dan Umi sudah meminta ijin pada pihak sekolah, kamu tidak bisa mengikuti perpisahan sekolah.""Tapi Abi, Zizah ingin melepas kangen dulu sama teman-teman.""Buat apa? Mereka pasti paham, kok.""Tapi ....""Gak ada tapi-tapian, Zizah. Sejak kapan kamu menjadi pembangkang? Abi mendidik kamu agar menjadi anak penurut bukan pembangkang!" Manaf berkata dengan keras membuat Azizah ketakutan dan hanya bisa diam. Zaenab sendiri menatap sang anak dengan kesedihan, sejak kecil Azizah selalu dididik dengan keras. Terkadang Zaenab merasa kalau suaminya terlalu memaksakan kehendak, tapi Zaenab sendiri tidak berani mengucapkan pendapatnya. Sehingga Zaenab hanya bisa membantu sang putri dengan cara menghiburnya.Sementara di tempat lain

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   42. Kelulusan dan Perpisahan

    Semua mata menatap tiga sosok yang baru keluar dari sebuah mobil. Decak kagum memenuhi bibir orang-orang yang menatap tiga keluarga Evrard yang sedang berjalan menuju ke dalam gedung SMADA.Zio selalu tersenyum ke arah orang-orang yang menyapanya. Pun dengan Emma dan Raphael."Aku suka orang Indonesia, mereka ramah." Raphael berbisik diantara aktivitasnya membalas senyuman orang-orang yang dia jumpai."Really?""Yes, karena itu aku jatuh cinta sama kamu, Emma. Ingat itu."Emma tersipu malu, sementara Zio hanya terkekeh melihat sang ayah yang tengah menggoda sang ibu."Zizi!" Sebuah teriakan yang dia sangat kenal mampir di telinganya.Zio menoleh ke arah kiri. Terlihatlah Fina yang memakai kebaya warna peach dengan rambut disanggul gaya modern menghampirinya. Mau tak mau Zio terpana.'Ck. Ini cewe

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Bukan Sekedar Sahabat   43. Keluarga Hangat

    Walau sudah dinyatakan lulus, Fina masih berjuang keras agar bisa masuk ke kampus incarannya. Dia rajin mengikuti les, privat dengan kedua orang tuanya. Dan kakak-kakaknya."Istirahat dulu, Fin. Punya keinginan boleh tetapi jangan lupa membahagiakan diri. Hasil akan sesuai usaha kita. Tapi kalau gagal, itu artinya kita sedang diuji kesabarannya sama mau diganti dengan yang lebih baik.""Iya, Pah."Fina memilih menyandar di bahu Rayyan, Rayyan terkekeh menyadari jika suatu hari nanti Fina akan seperti Fiqa. Dulu sebelum menikah dengan Elang, Fiqa pun suka bermanja-manja padanya. Tetapi setelah punya Elang, boro-boro dah."Kenapa Papah ketawa?""Oh, papah lagi membayangkan. Mungkin suatu hari nanti kamu gak bakalan manja-manja sama papah lagi, soalnya udah ada mamas ketemu gede yang jadi tempat bermanja kamu.""Hehehe. Tapi papah tetap papah terbaik.""Ya iyalah.""Gak akan tergantikan, Pah.""Tentu.""Kolak pisang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23

Bab terbaru

  • Bukan Sekedar Sahabat   97. Ekstra Part

    Sepuluh Tahun Kemudian Zio baru selesai bertugas. Dia segera membereskan barang-barangnya, memasukkan ke dalam tas, menaruh jas dan sneli pada tempatnya lalu segera keluar dari ruangannya. Di sepanjang koridor dia menyapa para perawat, rekan kerja atau tersenyum pada pasien atau pengunjung yang berpapasan dengannya. Sampai di parkiran dia segera masuk ke dalam mobil. Satu jam kemudian dia sudah sampai di rumah. "Sore Tuan Nathan." "Sore Gemma. Fin Fin sudah pulang?" "Belum, Nona Fina masih harus menunggu satu pasiennya yang mau melahirkan." "Oh, anak-anak mana?" tanyanya sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjuk angka setengah empat. "Jalan-jalan bersama Tuan Besar dan Nyonya." "Oke. Aku mandi dulu ya Gemma." "Baik, Tuan." Zio segera masuk ke kamarnya. Zio dan Fina akhirnya tidak LDR-an lagi sejak sembilan tahun yang lalu. Baik Fina dan Zio menyelesaikan program spesialis tepat waktu. Di sini Zio harus mengacungkan trofi buat sang istri. Di saat dia hanya memikirkan ku

  • Bukan Sekedar Sahabat   96. Kelahiran Sacha (Tamat)

    Tarik napas hembuskan. Fina berkali-kali mencoba mengontrol napasnya dan menahan agar tidak mengejan duluan. Sesuai perkiraan ternyata hari kelahiran putrinya hanya maju tiga hari dari HPL. Sang suami sudah diberitahu sejak Fina sering mengalami kontraksi palsu dua hari yang lalu. Zio bilang akan mengusahakan pulang, tetapi Fina paham jarak Paris-Purwokerto sangat jauh. Tapi tetap saja dia berharap sang suami segera pulang. "Suamimu katanya pakai jet pribadi lagi. Biasa nyewa punya temennya Mr. Oliver." Emma yang sejak satu minggu yang lalu sudah di Purwokerto menemani Fina bersama Nasha. Bahkan Ibu Arini juga sedang perjalanan menuju ke rumah sakit. "Sakit Sayang?" tanya Emma. Fina hanya mengangguk. Dia hampir mewek tapi berusaha tegar. Sang ibu yang paham apa yang dirasakan putrinya. Mengelus punggung sang anak yang sedang rebahan dalam posisi miring ke kiri. "Banyak istighfar ya Nduk. Mamah tahu rasanya. Kamu kuat." Fina tak bisa menahan tangisnya. Dia menarik tangan sang ibu

  • Bukan Sekedar Sahabat   95. Aku, Kamu dan Kita

    Zio sedang mengangguk-angguk sambil mendengarkan perkataan dosennya. Sejak satu jam yang lalu sang dosen yang sedang marah memarahi Zio karena berani membolos dari ujian. Fina yang kasihan kepada suaminya, turut membantu. Dengan jurus rayuan maut, Fina meminta ijin pada sang dosen untuk bicara. Dia bercerita apa adanya kalau dia dan Zio bertengkar hebat yang menyebabkan Zio langsung ke Indonesia demi menyelesaikan masalah rumah tangga. Cukup lama keduanya bicara.Zio padahal sudah pasrah jika harus mengulang satu tahun lagi. Tapi rupanya aksi heroik Zio membuat dosennya, prof. Louisa yang terkenal killer jadi simpati. Bahkan menyebabkan Zio harus mendengarkan kisah cinta sang dosen dengan suaminya yang juga penuh liku drama. Zio antara harus bersyukur dan siap kuping. Bersyukur dia diberi keringanan dan kesempatan untuk mengikuti ujian susulan tapi dia juga harus membayar kebaikan hati sang dosen dengan mendengarkan cerita sang dosen selama hampir dua jam. Fina sendiri hanya menyaks

  • Bukan Sekedar Sahabat   94. Hukuman Untuk Fina

    Flo tertawa saat melihat ponselnya menampilkan nomer Fina. Rupanya Fina mengajaknya melakukan panggilan video call. Flo segera memposisikan dirinya di samping pria yang semalaman berbagi peluh, cairan dan kenikmatan bersamanya. Dia segera menekan tombol terima dan tampaklah wajah Fina yang menatap Flo dengan tatapan membunuh."Hai Fin, gimana kabarmu? Masih sehat kan? Hahaha. Eh, suamimu semalam hebat banget tahu. Kemarin dia semalaman bersama Aisyah, dan tadi malam dia menghabiskan malam bersamaku. Hahaha. Kita habis kamu tahu lah ... bercinta." Flo menunjukkan leher dan bagian tubuh atasnya yang penuh tanda merah. Dia bahkan sengaja masih belum memakai baju dan menutupi bagian tubuhnya dengan selimut. Bukan itu saja, Flo bahkan sengaja memancing kemarahan Fina dengan mengecup punggung toples lelaki yang kini masih tidur di ranjangnya.Fina menampilkan ekspresi marah dan air matanya sudah meleleh, meluber-luber bersamaan dengan ingusnya."Brengsek kamu, Flo," desis Fina."Hahaha. Ya

  • Bukan Sekedar Sahabat   93. Menghajar Pelakor

    Fina baru saja menyelesaikan sholat subuhnya. Dia menatap jam yang menunjuk angka lima. Fina memegang perutnya yang sudah meronta-ronta ingin makan. Mau marah terus sama suami dan ngumpet terus di kamar juga bukan pilihan yang baik. "Kamu lapar ya Dek? Umi juga, tapi Umi masih marah sama Abi kamu. Nyebelin." Fina mengelus perutnya, tapi dasarnya sudah sangat lapar, perutnya sampai berbunyi. Fina sudah tak peduli dengan aksi marahnya pada suami. Dia memutuskan bangkit dan keluar kamar. "Bodo amat. Aku marah tapi aku lapar, ya aku mau makan." Fina segera membuka pintu kamarnya, namun dia kaget mendapati sesosok tubuh terjatuh mengenai kakinya. Fina berteriak dan meminta Zio bangun. Saking marahnya dia hendak menggunakan kakinya untuk membangunkan sang suami tapi sadar itu gak sopan dan dosa pula. Akhirnya Fina berjongkok dan membangunkan suaminya. "Hei bangun. Jangan tidur di sini. Sana tidur di kamar tamu." Fina mengguncang-guncang tubuh suaminya. "Zi, bangun Zi. Hei bangun." Ta

  • Bukan Sekedar Sahabat   92. Karena Kamu Istriku

    Sebuah pesan mampir di ponsel Fina. Tubuhnya bergetar akibat menahan amarah.[Kamu lihat, suamimu di sini banyak yang naksir. Dan dia selalu ada waktu untukku, putriku dan wanita lain. Jadi jangan berpikir kalau kamu itu cuma satu-satunya. Ya mungkin kamu satu-satunya di Indonesia tapi di Paris, Nathan punya kami]Fina hampir membanting ponselnya saat lagi-lagi Flo mengiriminya foto. Tadi foto Zio sedang berpelukan dengan Aisyah dan sekarang giliran foto toples lelaki yang mirip Zio sedang tiduran bersama Florence.[Kami sering menghabiskan waktu berdua, di tempat tidur. Dia memang hebat, selalu bikin puas dan dia sangat suka kalau aku di bawah. Dia bilang suka melihat ekspresiku saat mengerang di bawah tubuhnya. Hahaha. Dia juga bilang kalau sekarang kamu gak bisa menuhin hasrat dia gara-gara lagi hamil. Dan dia bilang kini kamu terlalu gendut, gak enak buat dipandang apalagi diajak gelut di kasur hahaha]Florence bahkan sampai mengirimkan emoticon tertawa mengejek membuat Fina marah

  • Bukan Sekedar Sahabat   91. Si Pembuat Masalah

    Fina mencoba menikmati kehamilannya. Bersyukur kehamilannya tidaklah terlalu rewel karena yang rewel dan ngidam parah adalah bapaknya. Zio yang manja jadi semakin manja. Beberapa hari setelah dia tahu sang istri hamil dan dia sendiri sudah kembali ke Paris, Zio jadi kena sindrom ngidam parah. Setiap pagi dia muntah-muntah dan lemas membuat keluarganya khawatir. Jika siang hari gejala muntahnya sudah reda. Tetapi Zio juga sering ngidam makanan yang aneh-aneh membuat Gemma, Antonio, Emma, Raphael hingga sepupunya si Benyamin kelimpungan mencari makanan yang diinginkan si calon bapak. Tapi diantara semua keinginan si calon bapak, hanya ada satu ngidam yang tidak bisa dituruti oleh semua orang."Fin Fin, Mas Jo kangen. Pengen peluk, Mas Jo ngidam nenen?" rengeknya.Fina hanya bisa meringis mendengarkan rengekan sang suami, setiap hari setiap waktu. Bahkan pernah suatu hari, Zio mengungkapkan keinginannya ketika mereka sedang video call-an dimana ada keponakan-kepanakan yang tentu saja men

  • Bukan Sekedar Sahabat   90. LDM

    Kembali ke rutinitas, mau tak mau Zio dan Fina harus menjalani LDM (Long Distance Marriage) untuk satu tahun lebih ke depannya. Menjalani LDM ternyata tidaklah mudah, ada saja masalah mulai dari gara-gara tidak mengangkat telepon sesegera mungkin hingga cemburu. Ya cemburu. Fina jadi super pencemburu gara-gara sosok Florence yang kini jadi berada di sekitaran Zio dan juga sosok Aisyah yang kini jadi lebih intens berhubungan dengan sang suami dengan alasan pekerjaan. Florence terlihat sekali mencoba memancing Fina lewat update-an status I*-nya yang memasang momen-momen bersama keluarga Evrard dan beberapa kali memposting foto Zio saat menggendong putrinya. Bahkan Aisyah yang kalem juga sepertinya masih berharap jadi madunya. Terlihat dari kehadiran Tuan Ali yang sering membawa sang putri ke rumah Raphael dengan alasan Aisyah sedang belajar bisnis. Sama seperti Fina yang jadi pencemburu, Zio juga cemburu pada sosok Faisal dan Azka yang merupakan teman baru Fina dan usianya lebih tua se

  • Bukan Sekedar Sahabat   89. Resepsi

    Malam harinya keluarga Nara berkumpul. Mereka semua membicarakan perihal perkataan Winda dan mau tak mau Zio dan Fina bercerita. Meski sedikit menyayangkan sikap sang putri, tapi Rayyan bersyukur, anaknya masih selamat. "Kita jadikan hal ini sebagai bahan pelajaran." Fina dan Zio mengangguk. Semua orang lalu beristirahat. Esok harinya semua orang kembali ke Purwokerto karena dua hari lagi resepsi pernikahan Fina dan Zio akan diselenggarakan. Fina dan Zio jadi ikutan sibuk. Acara resepsi pun digelar dengan meriah, baik Fina dan Zio tak pernah tak menebar senyum. Teman-teman kuliah dan SMA mereka banyak yang datang, kebanyakan pasti akan mengolok-olok dua pasangan. Untung baik Fina dan Zio tahan banting. Zaky, Yudho, Emi, Yuni, Riris dan kawan-kawan dekat Fina-Zio akhirnya datang. Mereka membuat suasana makin heboh apalagi dengan banyolan-banyolan dari Yudho dan Zaky. "Gimana malam hari? Jatah aman?" "Aman, Zak." "Aku yang deg-degan, gak bisa gegayaan." Zaky terlihat nelangsa kare

DMCA.com Protection Status