Victoria terkejut saat melihat ada dua orang pria disana yang mana satu adalah Deron sementara di belakangnya juga ada pria dengan wajah dingin. Victoria bisa melihat mata biru pucat pria asing itu seperti sebuah es dingin saat ini.
"Tu ... tuan Gonzaga ... Eh--maaf. Saya akan pergi." Marilyn hendak pergi ketika suara Deron menghentikannya.
"Jaga kelakuan kamu!" ucap Deron dengan nada dingin dan tidak bisa dibantah yang mampu membuat Marilyn pucat pasi.
"Ba--baik tuan Gonzaga." Marilyn pun langsung bergegas pergi dari meja Victoria.
Deron melihat Victoria yang sangat terkejut dan hanya tersenyum smirk. "So, nona MacAlpen. Apa yang kamu lakukan disini?"
Victoria hanya bisa menganga. Deron adalah boss aku? Victoria berusaha mengembalikan wibawanya. "Selamat pagi, tuan Gonzaga. Saya adalah sekretaris baru anda. Perkenalkan, Victoria MacAlpen." Victoria mengangguk hormat.
Deron hanya mengangguk angkuh. "Baiklah. Atur semua jadwalku. Sekretaris aku yang lama sudah meninggalkan datanya. Jika kamu ada pertanyaan, kamu bisa tanya ke Roberto."
Pria yang dipanggil Roberto hanya mengangguk pelan ke Victoria. Gadis itu mengulurkan tangannya ke Roberto yang disambut pria jangkung itu. "Victoria."
"Roberto," balas Roberto pendek.
Deron pun berjalan menuju pintu ruangannya dan membuka pintu. "Masuk kamu dan bawa ipad mu." Deron menoleh ke Victoria yang sudah siap dengan notebook dan ipadnya.
Ketiganya pun masuk dan Victoria menunggu untuk mencatat semua perintah Deron.
"Victoria, buatkan aku kopi!" perintah Deron sebelum duduk di kursi kebesarannya "Hi--"
"Hitam dengan satu gula. Baik tuan," potong Victoria yang langsung menuju pantry khusus milik CEO yang berada di dalam ruang kerja Deron yang mewah itu.
Deron hanya menatap datar ke Victoria yang dengan cekatan membuatkan kopi untuknya.
"Ini tuan Gonzaga, kopi anda." Victoria meletakkan cangkir itu diatas meja mewah Deron.
"Grazie, Victoria. Duduk!"
Victoria pun duduk di kursi depan meja kerja Deron sementara Roberto berdiri di samping pria itu dengan wajah tetap datar tanpa ekspresi.
"Apa kamu tahu siapa Marilyn Rowan?" tanya Deron tanpa basa basi.
"Dulu dia teman kuliah saya, tuan."
"Apakah kamu tahu dia bekerja disini?"
Victoria menggelengkan kepalanya. "Tidak tuan. Saya tidak tahu Marilyn bekerja disini."
Deron menangkupkan kedua tangannya diatas meja kerjanya. "Marilyn adalah kepala divisi marketing di TechPro. Lalu apa history antara kamu dan dia?"
Victoria tersenyum kecut. "Permasalahan pribadi saya, tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya disini, tuan. Sangat tidak etis mencampuradukkan kehidupan pribadi dengan kinerja
"--sangat penting aku tahu, Victoria!" potong Deron. "Aku tidak mau ada drama lagi yang aku tidak tahu soal apa dan mempengaruhi kinerja kamu sebagai sekretarsi aku!"
"Tapi tuan, saya baru beberapa jam disini-- "
"--Justru karena itu, aku harus tahu latar belakang kalian!" Deron menyipitkan matanya. "Apakah benar yang aku dengar tadi? Marilyn merebut pacar kamu yang berada disini?"
Victoria tergagap. "Berapa ... berapa banyak yang anda dengar, tuan?" cicitnya dengan nada gemetar.
"Cukup banyak dan yah ... kamu benar. Dia memang pecundang!" jawab Deron dengan nada sinis yang sepertinya sudah sangat dihapal Victoria.
Gadis itu menghela nafas panjang. "Maafkan saya tuan. Hari pertama sudah ada drama."
Deron tertawa kecil. "Hei, kami orang Italia. Segala sesuatu dibuat drama. Jadi, Victoria MacAlpen, aku tahu kamu merasa tidak nyaman satu kantor dengan perebut kekasihmu. Bagaimana aku tawarkan kamu sebuah perjanjian? Kontrak antara aku dan kamu diatas hitam dan putih."
Mata hijau Victoria tampak bingung. "Per--perjanjian apa tuan?"
"Kamu menjadi kekasih kontrakku dan aku akan melindungi kamu dari Marilyn. Bagaimana?"
Victoria tertegun. Jadi apa yang Deron ucapkan di hotel itu masih terus berlaku. "Tapi tuan Gonzaga ...."
Deron menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. "Aku punya kekuasaan disini, Victoria. Dan aku memanfaatkan itu termasuk, aku memanfaatkan dirimu yang sudah tampil menjadi kekasihku saat ibuku hendak menjodohkan aku."
Victoria mendelik. "Ta ... tapi itu kan sudah saya jalankan dan anda tidak perlu khawatir dengan perjodohan itu bukan?" Victoria sekarang dilanda kepanikan karena sekarang dia tidak bisa lepas dari Deron karena dia bekerja dengannya!
"Siapa bilang hanya seperti itu, Victoria. Tugas kamu masih banyak dan itu akan terus berkelanjutan. Jadi, aku minta kamu sebagai kekasih kontrakku dan kita tetap profesional di perusahaan. Kita hanya tampil mesra di depan keluarga aku. Ingat, kamu baru menandatangani kontrak kerja di TechPro dan jika kamu memutuskan untuk pergi, ada biaya penaltinya dan itu tidak sedikit!" Deron menyeringai. "Dan aku yakin, kamu tidak akan mampu membayarnya dalam waktu dekat ini, Victoria.
Rahang Victoria mengeras dan dirinya merasa terjebak saat ini. Brengsek!
Victoria menatap Deron dengan perasaan campur aduk. Benar-benar bisa memanfaatkan situasi! Victoria merasa menyesal dia tidak membaca detail tentang kontrak pekerjaannya dimana ada pasal penalti jika melakukan pemutusan kontrak di tengah jalan. Apalagi dia baru dua jam disini! Victoria lebih memilih nama baiknya dan cukup tahu jika Deron bisa melakukan apa saja. Parahnya, pria ini bisa memblacklist dirinya di berbagai perusahaan sebagai orang yang tidak bisa bersikap profesional! "Apa yang anda tawarkan, tuan Gonzaga?" tanya Victoria pada akhirnya. Deron tersenyum yang entah dimata Victoria sebagai senyum licik penuh kemenangan. "Roberto!" Victoria melihat Roberto berjalan menuju ke meja dan mengambil sebuah map dari dalam tas kerjanya. Gadis itu tidak menyangka jika Deron sudah mempersiapkan semuanya. "Silahkan dibaca Nona MacAlpen," ucap Roberto sambil menyerahkan map ke Victoria. Gadis itu membaca poin-poin yang ada di surat perjanjian. Matanya melebar saat ada poin, harus berm
Victoria berjalan dengan santainya menuju gedung apartemennya dengan memperhatikan sekelilingnya. Bukan untuk mengawasi orang-orang tapi menghapalkan tempat makan jika dia malas memasak. Victoria melihat ada sebuah toko roti dan teringat dia belum membeli baguette yang biasa dia toast dan diberikan campuran mayonaise, alpukat dan potongan udang rebus serta kepiting. Victoria tersenyum ke arah bakernya. Mereka saling mengobrol dan Victoria berjanji akan mengambil roti dari bakeri itu.Victoria berjalan keluar sambil membawa roti dan ke arah apartemennya tanpa tahu ada sebuah mobil sport hitam berhenti di seberang mengawasi dirinya. Victoria pun masuk ke dalam gedung apartemennya dan dua orang yang di dalam mobil itu hanya memperhatikan dari jauh."Rupanya itu gedung apartemen La Sole," gumam Deron.Roberto hanya mengangguk."Oke. Sudah tahu. Ayo pulang," perintah Deron membuat Roberto menjalankan kembali mobil miik boss yang juga sahabatnya.Deron adalah orang yang tertutup dan hanya s
"Apa maksud kamu?" tanya Roger saat dia berada dalam satu tempat tidur dengan Marilyn. "Anak udik kuno itu bekerja di satu perusahaan sama kamu?""Iya. Si bloon itu sekarang adalah sekretaris boss aku, Deron Gonzaga dan tadi, dia memisahkan aku dengan si kuno itu! Aku merasa kesal ! Bagaimana dia bisa menjadi sekretaris CEO mengingat dia sangat bodoh !" omel Marilyn dengan nada cemburu berat membuat Roger menoleh ke wanita yang memeluknya dengan tubuh polosnya. "Dia dulu bekerja sebagai sekretaris juga, sayang." "Tapi di perusahaan tidak jelas ! Bahkan aku dengar, perusahaannya juga nyaris bangkrut sekarang! Yang aku tidak habis pikir, bagaimana bisa dia diterima di TechPro? Mengingat otak dia sangat dangkal hingga aku bisa memanfaatkan dia!" "Apakah dia beruntung?" gumam Roger. "Tapi dia kemarin sangat terkejut melihat kita ... " Pria itu melirik licik ke Marilyn. "Bagaimana jika kita buat dia tidak betah berada perusahaan kamu, sayang ?" Marilyn terseyum licik. "Aku suka dengan
Victoria menatap wajah Roger dengan perasaan kesal luar biasa karena tidak hanya dia dipermainkan secara hati tapi juga dengan finansial dan itu sangat memukul egonya. Perasaannya yang tulus ke Roger, ternyata hanyalah harapan semu, sia-sia dan buang-buang waktu! Selama ini dia menunggu Roger menjadi sosok yang lebih serius dan mengambil level yang meningkat tapi ternyata ... tidak ada dalam agenda Roger yang jelas."Lebih baik kamu pergi, Roger!" usir Victoria.Roger tertawa. " Harusnya kamu yang pergi, anak kampung! Karena kamu tidak cocok disini dengan gaya pakaian kamu yang kuno dan tidak sophisticated ... Kamu memang cocoknya di Inggris yang muram bukan di Milan yang fashionable dan glamor." "Memang siapa kamu? Kok malah mengatur kehidupan aku? Kita sudah selesai Roger sejak kamu bergumul dengan liar macam binatang tidak punya aturan di atas tempat tidur kamu! Justru aku berterima kasih, karena kaku sekarang terbebas dari kamu jadi aku hanya memikirkan diri sendiri ... Seperti k
Mobil milik Deron akhirnya tiba di sebuah restauran ekslusif yang berada tepat di seberang butik Morr. Victoria baru tahu soal ini jadi tidak heran jika tadi Deron bilang untuk datang ke butik saat dia membicarakan soal bisnis dengan Alessandro Moretti. Ketiganya pun turun dan pelayan mengantarkan mereka ke sebuah ruangan VIP. Victoria bisa melihat seorang pria sudah menunggu mereka disana dan menurutnya, Alessandro Moretti adalah pria Italia yang matang dan sangat seksi. Victoria tidak heran jika banyak wanita yang akan suka rela melemparkan tubuhnya ke pria itu. Dia sepertinya sangat panas di tempat tidur - batin Victoria. Dibandingkan Roger, mantannya itu tidak ada apa-apanya! "Alessandro ...." Deron tersenyum ke arah pria tinggi besar itu. "Deron ... Apa kabar?" senyum Alessandro sambil bersalaman dengan Deron. "Kamu ingat Roberto, asistenku dan ini sekretaris aku yang baru, Victoria MacAlpen." Deron memperkenalkan mereka semua dan Alessandro menyalami mereka satu p
Victoria melihat dirinya di depan cermin dan melihat dirinya tampak berbeda. Kulitnya yang putih pucat khas gadis Inggris dengan gaun off shoulder warna hitam, ditambah dengan rambut merahnya yang mencolok, membuat dirinya semakin terpancar kecantikan alaminya. Aku sangat berbeda jika pakai gaun ini - batin Victoria. Deron berdiri dan menghampiri Victoria. Pria itu berdiri di belakang gadis itu. "Rambut kamu tinggal disanggul Perancis dan wajah kamu diberi makeup sedikit saja, aku yakin, kamu akan membuat semua pria menoleh dua kali," ucap Deron. Pipi Victoria sedikit menghangat. "Saya ... tidak cantik." Deron berbisik di sisi telinganya. "Oh yeah, kamu sangat cantik." Victoria merasa bulu kuduknya berdiri saat Deron berbisik dan mengingatkan saat mereka bersama di kamar hotel. Entah mengapa dirinya masih saja terpengaruh dengan Deron. Apa karena kontrak itu? Yang membuat dirinya menjadi kekasih sementara pria itu hingga mempengaruhi dirinya? "Sa .. saya akan mengg
Deron nyaris tidsk bisa berkomentar karena Victoria sangat berbeda dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya. Dalam bayangan Deron, make over yang dilakukan Mario, sangat di luar ekspektasi. Victoria menjadi sosok yang berbeda dan berubah dari gadis polos menjadi gadis yang mampu menyihir banyak pria di pesta nanti dan Deron tidak tahu bagaimana bisa menghalau pria-pria haus darah itu."Apakah aku terlalu berlebihan, Deron sayang?" tanya Mario. "Jujur, aku sangat suka mendadani sekretarismu itu karena dia memiliki banyak hal yang belum aku ekplorasi. Asal kamu tahu, aku bisa membuat Victoria menjadi orang berbeda dalam seribu model.""Tidak usah banyak-banya!" jawab Deron dingin. "Kita berangkat sekarang?"Victoria mengangguk lalu menoleh ke Mario. "Terima kasih Mario, sudah memberikan aku kesempatan untuk membersihkan diri disini dan membuat aku seperti Cinderella."Mario memeluk Victoria. "Ayo, Cinderella, pergilah berpesta tapi jangan sampai sepatumu ketinggalan di jam dua belas mal
Victoria menyambut ciuman panas Deron karena dalam pikirannya, jika Roger bisa, kenapa dia tidak bisa! Apalagi Deron berbeda dengan Roger. Dia bukan pria mokondo. Deron semakin memperdalam ciumannya dan tangannya pun mulai merayap ke dada Victoria yang membusung. "Deron ..." desah Victoria."Dia sudah pergi?" bisik Deron."Sudah dari tadi ...." Victoria melirik ke arah ujung lorong.Deron mengatur nafasnya. "Jika aku tidak tahan, kita ke kamar hotel ya?"Tiba-tiba semuanya kembali ke titik nol dan Victoria hanya menatap datar ke arah Deron. "Jadi ... ini?"Deron tersenyum. "Salah satu permulaan dan aku tidak menyangka kamu akan membalas sama panasnya. Rupanya kamu banyak belajar ya, Victoria?"Ooohhhh rasanya Victoria ingin meninju wajah tampan Deron tapi dia harus mengurungkan niatnya karena pasti akan terjadi keributan dan Victoria tidak mau jika Elena membuat alasan agar Deron mau menikahi Ursula hanya karena dia meninju wajah pria itu!"Apakah kamu bawa lisptik? Bibir kamu bengka
Victoria hanya mendelik mendengar ucapan tanpa filter Georgina yang tampaknya bodo amat yang penting dia sudah mengatakan apa yang ada di benaknya. Deron hanya tersenyum simpul melihat dua sahabat itu namun dia tidak marah karena tahu itu hanya gurauan garing. "Oke, aku rasa aku harus pulang. Sampai besok,sayang." Deron mencium bibir Victoria lembut. "Bye Georgie." "Bye Deron. Drive safe." Deron pun masuk ke dalam lift dan melambaikan tangannya ke Victoria dan Georgina yang membalasnya. Pintu lift itu pun tertutup. Victoria menoleh ke arah Georgina. "Really, tidur bersama?" "Hanya menyarankan." Georgina mengedikkan bahunya.Victoria menggelengkan kepalanya. "Selamat malam George.""Selamat malam Tori."***Victoria tampak cantik dengan blazer dan celana panjang musim panasnya bewarna pink pucat dan tank top hitam serta sepatu datarnya yang senada dengan bajunya plus tas tangan juga dengan warna pink. Gadis itu membuka pintu saat mendengar bel apartemennya dan tersenyum saat meli
"Aku tidak tahu kamu begitu paham soal elektronik seperti ini," ucap Georgina sambil mengajak Roberto makan malam di apartemennya karena merasa sepi makan sendirian, sementara Victoria sedang diajak makan malam dengan Deron. "Bisakah kamu ceritakan siapa dirimu?""Apa maksud kamu?" balas Roberto sambil memakan fish and chipsnya.NoteFish and Chips adalah makanan pesan-bawa yang paling terkenal yang berasal dari Britania Raya. Makanan ini terdiri dari ikan (secara tradisional cod) ditepungi dengan tepung roti dan dimakan bersama kentang goreng yang dipotong panjang.Fish and chips populer di Britania dan jajahannya pada abad ke sembilan belas, seperti Australia dan Selandia Baru serta Kanada. Fish and chips juga populer di beberapa bagian di Amerika Serikat sebelah utara (New England dan Barat Laut Pasifik).Fish and chips adalah makanan populer di kalangan kelas pekerja di Britania Raya sebagai hasil dari cepatnya perkembangan penangkapan ikan dengan pukat di Laut Utara, diiringi pem
Roberto terkejut saat Georgina menempelkan bibirnya ke bibir milik pria itu. Roberto tidak menyangka kalau gadis itu seberani itu dengannya. Ciuman dari Georgina memang tidak dia balas karena Roberto masih merasa harus mencerna semuanya. Sungguh, Roberto merasa bibir Georgina sangat manis dan satisfying. Setelah lima belas detik kemudian, Roberto mendorong tubuh Georgina hingga pagutan itu terlepas. "Miss Heathfield!" "Ada apa Roberto? Apakah ... kamu tidak suka?" goda Georgina genit."Ini bukan yang seharusnya terjadi ...." Roberto mengusap rambutnya. "Kita anggap tidak ada apapun yang terjadi sekitar ... tiga puluh detik lalu!""Awww, Roberto, ayolah kita have fun sedikit dan menikmati hidup karena hidup itu hanya sekali!" senyum Georgina. Roberto melirik ke arah meja kopi dan terdapat satu gelas berisikan whisky yang hanya separo disana. Roberto menggelengkan kepalanya tidak menduga gadis cantik ini benar-benar khas Inggris yang suka minum. For God's sake .... Ini baru jam satu
Victoria menerima ciuman lembut dari Deron ketika mereka mendengar suara pintu ruang VIP dibuka. Keduanya melepaskan pagutannya dan melihat Georgina dan Roberto datang dengan wajah berseri. Georgina sih yang sebenarnya memiliki wajah berseri-seri sementara Roberto tetap dengan wajah dinginnya. "Apakah kalian bersenang-senang di bawah?" tanya Deron. "Aku yang senang, kulkas Milan ini hanya berdiri kaku macam ... kulkas !" jawab Georgina sambil menoleh ke arah Roberto yang tetap dingin tanpa ekspresi. "Ya, Roberto memang dingin begitu sih," senyum Victoria."Kalau boleh nih Deron, aku pinjam asistenmu minggu depan, boleh?" Georgina memajukan tubuhnya ke Deron tanpa takut."Ada apa kamu mau pinjam Roberto?" tanya Deron bingung."Mau aku bawa ke Imola."Deron dan Victoria menatap Georgina dengan tatapan tidak percaya. "Ke Imola?"Georgina mengagguk penuh semangat. "Aku ingin memperlihatkan sisi lain dari Imola. Aku tahu kalian sudah biasa melihat perlombaan formula satu disana tapi bel
Georgina mengajak Roberto untuk turun ke lantai satu, arena dansa, berbaur dengan banyak orang yang memang ingin melepaskan euforianya dengan melakukan emosinya dengan menari. Selain itu, tidak sedikit yang mencari pasangan meskipun hanya one nigth stand. Roberto hanya diam saja saat dirinya ditarik oleh gadis berambut hitam pendek dengan mata biru indah yang membuat dirinya seperti seorang penyihir di cerita-cerita fantasy Medieval dan membuatnya memilih tidak menolak. Bukankah menyeramkan jika membuat seorang penyihir marah. "Whoah, ini sangat berbeda dibandingkan saat aku pertama kali kemari," ucap Georgina sambil melihat interior Milano club yang tampak sophisticated. "Kita hendak apa, nona Heathfield?" tanya Roberto. "Berdansa tentu saja, Roberto ! Dan tolong, panggil aku Georgie atau G, jangan nama belakang aku. Rasanya seperti hendak memesan kamar hotel untuk traveling," kekeh Georgina. Roberto menatap wajah cantik Georgina. "Kenapa anda suka dipanggil Georgie?" "Ag
Georgina menatap Roberto dengan wajah kesal karena pria satu ini macam tidak bisa diajak untuk bergurau. Gadis itu hanya berjalan dengan mendongakkan wajahnya membuat dirinya seperti putri Inggris yang angkuh. Roberto hanya menatap dingin ke arah Georgina dan memilih untuk tidak berkomentar. Mereka pun masuk ke dalam mobil SUV mewah milik Deron dengan Roberto sebagai sopirnya. Deron duduk di belakang bersama dengan Victoria sementara Georgina di depan bersama Roberto. "Kita sudah pesan tempat VIP di club Milano dan yang jelas semuanya aman." Deron memeluk pinggang Victoria saat berada di dalam mobil dan duduk berdekatan. "Bukankah itu klub yang sangat sulit ditembus? Apalagi kalau tidak ada koneksi yang berpengaruh ?" tanya Georgina saat mobil mewah menuju jalan raya. "Bagaimana kamu tahu?" tanya Victoria. "Tori, aku kan tukang petualang dan sebelum kamu kemari ... Aku sudah kesini duluan dan kalau tidak ada Charles McGregor saat itu, aku tidak bisa masuk ke club itu!" jawab
Roberto dan Victoria menemui investor yang cukup potensial untuk menjadi partner TechPro. Roberto bisa melihat kemampuan persuasif Victoria, membuat para investor semakin tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan keluarga Gonzaga. Roberto tidak menyangka jika di balik sikap polos dan naif Victoria, ternyata memiliki kemampuan bernegosiasi dengan klien potensial. Roberto sangat kagum dengan kemampuan Victoria yang selama ini tidak terlihat. Setelah mendapatkan deal dan mereka akan bertemu lagi di gedung TechPro. Mereka saling bersalaman dan kemudian, Roberto keluar bersama dengan Victoria. "Good job, nona Victoria," puji Roberto. "Terima kasih tuan Roberto. Terima kasih tadi tidak memanggil dengan panggilan yang biasanya," senyum Victoria sambil masuk ke dalam mobil. "Dan anda tidak memanggil saya dengan tuan Roberto seperti biasanya." Roberto pun duduk di kursi pengemudi. Victoria mengangguk. Suara ponselnya berbunyi dan gadis itu menerima. "Hai, Georgie." Roberto meliri
Georgina merasa gabut setelah Victoria pergi bekerja dan dirinya mulai memeriksa kembali semua draft tulisannya yang sudah dia buat sebelumnya. Bagi Georgina, typo atau kesalahan apapun, tidak bisa dia tolerir karena akan membuat pembaca merasa tidak nyaman apalagi dia menulis dengan dua bahasa, Inggris dan Italia. Georgina memasang headphonenya dan mulai bekerja memeriksa semua artikelnya yang masih berada di draft. Setelah dirasa sudah bagus semua, Georgina pun mengirimkan ke editornya dan menunggu feedback darinya, baru setelahnya artikel itu dimuat di halaman web otomotif itu. Biasanya tidak terlalu lama karena editornya macam zombie yang nyaris tidak pernah tidur karena tidak hanya artikel darinya saja yang dipegang tapi dia juga punya penulis lain yang berada di Amerika dan Jepang. Georgina memang memegang area Eropa karena dia sangat mengenal negara-negara di Eropa, hasil solo travelingnya selama ini.Tak lama, email dari editornya pun masuk. "Good job Georgie. Akan aku muat se
Georgina memarkiran motornya di area parkir gedung apartemen Victoria dan melepaskan helmnya. Gadis itu lalu membawa tas ransel dan duffle bag nya yang diikat di belakang, kemudian berjalan menuju lift apartemen. Victoria memang sudah memberikan kode pintu apartemennya karena hari ini, dia sudah masuk kerja sementara Georgina datang menjelang makan siang. Journalis dan pecinta petualangan itu pun tiba di lantai tempat unit apartemen Victoria berada. Georgina pun memasukkan kode pintu unit Victoria dan tersenyum karena apartemen itu sangat khas Victoria. Rapi, minimalis tapi tetap ada kesan girly disana. Georgina melihat ada memo diatas meja konsul dan membacanya. 'Ada makanan di kulkas tinggal kamu panaskan saja, Bestie. Minuman juga ada, bir dingin favorit kamu ada di kulkas juga. Jangan khawatir, kamu tidak akan kelaparan disini. Love Tori'.Georgina tertawa kecil karena tahu sahabatnya sangat memperhatikan kesenangan dirinya temasuk minuman favoritnya. Gadis itu lalu membuka kulk