"Emangnya aku mau dibuang kemana, mas?" Kalimat Patrik seakan menyiratkan kalau tak lama lagi Ana akan disingkirkan dari keluarga Hariman. "Ya kamu gak akan kemana-mana. Bisa saja suatu saat kamu menikah dan otomatis nama belakang kamu akan berganti kan. Kamu gak akan terus membawa nama keluarga Hariman." Patrik hari ini sangat berbeda dengan Patrik yang biasanya hingga membuat Ana merasa heran dengan perilaku orang-orang ini. Kenapa mereka semua bersikap dingin seperti ini? Apakah Ana melakukan kesalahan? Tapi seingat Ana dirinya tidak melakukan apapun yang bisa dikategorikan sebagai kesalahan. "Mas, itu kan masih lama. Lagian aku masih mau lama-lama dengan keluarga kita." Ana mencoba bicara dengan nada yang jenaka tapi yang dilihatnya adalah Patrik yang tetap bergeming. Sebenarnya ada apa ini? "Edna, ayo kita bicara ke dalam. Nanti saja kamu keluarnya." Patrik langsung berjalan lebih dulu ke dalam rumah. Ana menebak ini adalah pembicaraan yang serius karena sampai harus bicara di
"Terus aku harus gimana, mas?" Ana tahu kalau Leo adalah orang yang licik. Namun Ana tak mengira bahwa dirinya akan terjebak dengan semudah ini dalam permainan Leo. Patrik hanya diam saja hingga akhirnya Ana kembali bicara. "Mas, tapi itu semua baru dugaan saja kan? Siapa tahu Leo tidak akan bertindak sejauh itu kan? Leo tetap akan jadi kepala keluarga juga kan? Harusnya dia sudah puas dengan hal itu kan?" Ana hanya sedang menenangkan dirinya sendiri karena rasa takut yang mulai merayap ke seluruh tubuhnya. Patrik yang biasanya terlihat bisa diandalkan pun kini terlihat tidak bisa berbuat apa-apa dan melampiaskan rasa takutnya pada Ana. Ana takut sekali dengan semua ini. "Kamu benar-benar ceroboh kalau begitu. Kamu tidak mengenal Leo dengan baik. Leo tidak akan pernah puas dengan apapun sekalipun dia sudah mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan seandainya Leo adalah anak tunggal dia bisa saja membunuh orang tuanya demi mempercepat posisi kepala keluarga ada di tangannya. Leo itu juga
Ana pikir dirinya akan benar-benar sendiri di rumah ini tapi nyatanya sekarang ada Patrik yang menemani dirinya. Sebenarnya situasi tidak menyenangkan macam apa yang menimpa dirinya saat ini ya? "Kenapa kamu diam saja? Bukannya katamu tadi mau keluar?" Patrik sedang menikmati teh panas yang dia buat sendiri. Asisten rumah tangga yang ada sudah disuruh keluar oleh Patrik sehingga tersisa hanya dirinya dan Ana. "Aku gak jadi keluar. Aku mau di rumah saja." Padahal ini rumah keluarga Hariman tapi Ana benar-benar takut jika meninggalkan Patrik sendirian di rumah ini. Rasanya seakan Patrik bisa melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang tidak akan terbayangkan oleh Ana. "Kamu itu sudah seharusnya terjun di pergaulan kelas atas bukan. Terlalu nyaman di rumah juga tidak baik. Setidaknya selain membawa nama keluarga Hariman kamu juga harus tahu diri untuk membawa identitas kamu sendiri." Sama seperti tadi nada bicara Patrik masih saja tidak enak untuk didengar di telinga Ana. Ana yakin seb
"Ana, kalau kerja yang becus! Jangan cuma leha-leha aja! Kamu pikir kamu siapa di rumah ini?!"Ana menghela napas mendengar ucapan dari wanita paruh baya itu. "Kerjaan aku udah beres semua, Tante. Piring sama perabotan yang lain udah dicuci, baju kalian semua juga udah dicuci, rumah udah dibersihin. Bukannya kalian yang dari tadi cuma leha-leha?"PLAK!"Dasar jalang gak tahu diri! Masih untung kamu masih diterima di rumah ini. Anak haram itu gak usah kebanyakan bacot!” sergah Rita, ibu tiri Ana. Setelah puas mencacinya, wanita itu pergi dan memanggil ketiga anaknya.Ana merasakan bekas tamparan yang sakit sekaligus panas. Dari dulu ibu tirinya itu memang punya dendam yang membara pada Ana karena ia adalah anak selingkuhan ayahnya. Ana tahu, Rita merasa sakit hati dengan bukti perselingkuhan suaminya yang hidup di rumah yang sama dengan dirinya. Dan Ana tidak bisa melakukan apapun untuk itu. Ibu tirinya akan selalu memperlakukannya dengan kasar, seolah dirinya bukan manusia. "Heh pel
Keesokan harinya, Ana bekerja seperti biasa sebagai buruh cuci. Ia berencana untuk menemui Jagad setelah ini."Ana, mau pulang sekarang?" Suryani, salah satu ibu-ibu yang tinggal di kawasan tempat Ana tinggal, muncul dari arah belakangnya. Hari ini, Ana bekerja di rumah wanita itu."Iya, bu. Ada apa ya?" tanya Ana. Ia baru saja selesai menyetrika baju. "Ini tolong kasih ke ibu kamu. Kebetulan ibu kemarin baru saja dapat rejeki." Suryani menyerahkan satu box besar kue kepada Ana. Ana pun menerima pemberian itu sambil tersenyum. "Terima kasih ya, bu. Kalau begitu saya izin pamit ya." "Eh, tunggu dulu,” kata Suryani menahan Ana. “Ini, kamu makan dulu kuenya di sini. Kalau di rumah pasti gak akan kebagian. Bentar, ibu panggilkan Leona dulu ya buat nemenin makan." Wanita itu kembali masuk ke dalam rumah sambil memanggil anaknya. Ana menatap potongan kue yang disajikan di piring itu dengan seksama. Ana tidak kaget kalau para tetangganya sudah tahu dengan perlakuan buruk keluarganya kepa
Tak lama kemudian ada dokter dan beberapa perawat yang masuk ke dalam ruangan tempat Ana berada."Edna, apa kamu merasakan sesuatu yang salah?"Ana terlihat kebingungan saat melihat dokter tersebut dan dia dengan segera menjawab. "Maaf tapi saya bukan Edna. Saya mau pulang saja," katanya dengan suara pelan. Ana tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang jelas, dia tidak ingin berada di sini lama-lama.Wajah semua orang yang ada di ruangan itu terlihat syok. Claudia, wanita paruh baya yang berpenampilan anggun itu bahkan oleng dan hampir terjatuh andai saja tidak ditahan oleh Patrik. Patrik melihat ke arah dokter dan memberikan isyarat untuk memeriksa adiknya dengan lebih detail."Nama kamu adalah Edna. Griselda Edna Hariman. Kamu tidak ingat?” tanya dokter. Ana menggeleng, hendak menjelaskan bahwa dirinya bukan gadis yang dimaksud. “Saya—” “Nyonya dan tuan, tolong keluar sebentar. Saya mau memeriksa Edna dengan lebih mendalam." Dokter yang tahu bahwa ada yang tidak beres de
"Ini bukan Ana!" Rita melihat jenazah yang diidentifikasi sebagai Ana mulai memberikan reaksi yang keras terhadap jenazah itu."Maksud mama apa sih? Jelas-jelas ini Ana." Vina mulai merasa janggal dengan tingkah mamanya. Apakah ternyata diam-diam selama ini mamanya itu menyayangi Ana hingga tidak rela akan kepergiannya?"Pak, bisa tunggu di luar saja? Saya dengan istri saya sangat syok dengan kepergian anak kami." Afandi kemudian meminta petugas kamar jenazah itu untuk keluar dan petugas kamar jenazah itu pun setuju."Kamu menyesal sekarang? Kamu memperlakukan anak itu dengan buruk, lalu ketika dia sudah meninggal kamu menganggap dia masih hidup. Penyesalan itu tidak ada gunanya, Rita!" kata Afandi, ayah Ana, lalu memandang wajah jenazah itu. Afandi merasakan penyesalan yang amat mendalam karena selama ini tidak memperlakukan Ana dengan baik. Afandi merasa bersalah pada anak dan istrinya sehingga membiarkan saja perlakuan mereka pada Ana. Padahal nyatanya, Afandi benar-benar menyaya
"Mau sampai kapan kamu meratapi kematian Ana? Anak ini meninggal karena kesalahannya sendiri!” kata Rita sambil melipat tangan di dada. “Kecelakaan karena membawa motor ugal-ugalan? Motor siapa yang dia pakai hingga jadi seperti itu?" Saat ini Afandi, Rita, dan ketiga anak mereka masih berada di pemakaman karena Afandi masih merasakan kesedihan yang amat mendalam karena meninggalnya Ana."Diam kamu, Rita! Apakah anak yang sudah meninggal pun masih kamu salahkan seperti ini? Setidaknya kalau tidak bisa menyayangi dia layaknya seorang ibu, maka sayangi dia layaknya manusia yang tidak kamu kenal. Apakah sulit untuk melakukan itu?" Afandi tidak ingin bahkan di hari kematian Ana pun dia masih mendapatkan cercaan dan caci maki. Apakah sulit untuk lebih sedikit mempunyai empati?Wajah Rita langsung menyeringai untuk meremehkan. "Aku bahkan lebih bisa menyayangi manusia asing yang tidak aku kenal dibanding menyayangi anak selingkuhanmu itu,” katanya dengan nada sinis. “Seharusnya kamu sada
Ana pikir dirinya akan benar-benar sendiri di rumah ini tapi nyatanya sekarang ada Patrik yang menemani dirinya. Sebenarnya situasi tidak menyenangkan macam apa yang menimpa dirinya saat ini ya? "Kenapa kamu diam saja? Bukannya katamu tadi mau keluar?" Patrik sedang menikmati teh panas yang dia buat sendiri. Asisten rumah tangga yang ada sudah disuruh keluar oleh Patrik sehingga tersisa hanya dirinya dan Ana. "Aku gak jadi keluar. Aku mau di rumah saja." Padahal ini rumah keluarga Hariman tapi Ana benar-benar takut jika meninggalkan Patrik sendirian di rumah ini. Rasanya seakan Patrik bisa melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang tidak akan terbayangkan oleh Ana. "Kamu itu sudah seharusnya terjun di pergaulan kelas atas bukan. Terlalu nyaman di rumah juga tidak baik. Setidaknya selain membawa nama keluarga Hariman kamu juga harus tahu diri untuk membawa identitas kamu sendiri." Sama seperti tadi nada bicara Patrik masih saja tidak enak untuk didengar di telinga Ana. Ana yakin seb
"Terus aku harus gimana, mas?" Ana tahu kalau Leo adalah orang yang licik. Namun Ana tak mengira bahwa dirinya akan terjebak dengan semudah ini dalam permainan Leo. Patrik hanya diam saja hingga akhirnya Ana kembali bicara. "Mas, tapi itu semua baru dugaan saja kan? Siapa tahu Leo tidak akan bertindak sejauh itu kan? Leo tetap akan jadi kepala keluarga juga kan? Harusnya dia sudah puas dengan hal itu kan?" Ana hanya sedang menenangkan dirinya sendiri karena rasa takut yang mulai merayap ke seluruh tubuhnya. Patrik yang biasanya terlihat bisa diandalkan pun kini terlihat tidak bisa berbuat apa-apa dan melampiaskan rasa takutnya pada Ana. Ana takut sekali dengan semua ini. "Kamu benar-benar ceroboh kalau begitu. Kamu tidak mengenal Leo dengan baik. Leo tidak akan pernah puas dengan apapun sekalipun dia sudah mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan seandainya Leo adalah anak tunggal dia bisa saja membunuh orang tuanya demi mempercepat posisi kepala keluarga ada di tangannya. Leo itu juga
"Emangnya aku mau dibuang kemana, mas?" Kalimat Patrik seakan menyiratkan kalau tak lama lagi Ana akan disingkirkan dari keluarga Hariman. "Ya kamu gak akan kemana-mana. Bisa saja suatu saat kamu menikah dan otomatis nama belakang kamu akan berganti kan. Kamu gak akan terus membawa nama keluarga Hariman." Patrik hari ini sangat berbeda dengan Patrik yang biasanya hingga membuat Ana merasa heran dengan perilaku orang-orang ini. Kenapa mereka semua bersikap dingin seperti ini? Apakah Ana melakukan kesalahan? Tapi seingat Ana dirinya tidak melakukan apapun yang bisa dikategorikan sebagai kesalahan. "Mas, itu kan masih lama. Lagian aku masih mau lama-lama dengan keluarga kita." Ana mencoba bicara dengan nada yang jenaka tapi yang dilihatnya adalah Patrik yang tetap bergeming. Sebenarnya ada apa ini? "Edna, ayo kita bicara ke dalam. Nanti saja kamu keluarnya." Patrik langsung berjalan lebih dulu ke dalam rumah. Ana menebak ini adalah pembicaraan yang serius karena sampai harus bicara di
"Mama pikir ketakutan Patrik itu lama-lama tidak beralasan. Sebaiknya kamu memang segera pergi untuk bersosialisasi, Edna. Tidak baik kan jika kamu hanya diam saja di rumah. Mama tidak ingin anak mama tumbuh menjadi orang yang hanya di rumah tanpa mengeksplor dunia luar." Saat makan pagi berdua saja bersama Claudia tiba-tiba Ana harus mendengar ucapan semacam ini. Pasti ada yang tidak beres kan? Tidak mungkin tiba-tiba Claudia bicara seperti ini jika tidak ada sesuatu yang janggal. "Ma, tapi kata mas Patrik si Jagad itu bisa melakukan apa saja karena tidak terima dengan perceraian kami. Kalaupun bukan Jagad yang bertindak bisa saja keluarga Lazuardi lah yang akan mengambil tindakan. Aku gak mau sampai kenapa-kenapa. Aku gak mau sampai harus mengalami sesuatu yang buruk lagi. "Edna, kamu gak boleh terus terpaku pada masa lalu. Lagipula keluarga Hariman ini tidak selemah yang kamu bayangkan. Kamu tidak usah ketakutan seperti itu. Patrik itu merasa sangat khawatir karena dia kan sudah
Tidak ada tanda-tanda bahwa Ana akan diapa-apakan oleh Leo. Sepertinya itu hanyalah ketakutan Patrik saja. Ana juga tak bisa berlama-lama dikurung seperti ini karena dia juga harus mulai bekerja keras untuk mengumpulkan harta atas namanya sendiri. Ana tidak ingin dirinya terlunta-lunta saat hidup sendirian di luaran sana. Ana tahu entah kapan yang jelas identitas palsunya pasti akan segera ketahuan. Sebelum itu terjadi tentu saja Ana harus mengumpulkan uang. "Bu, apa anda ingin mencoba kuliah lagi tahun depan?" Beberapa hari ini Leona melihat bosnya ini sangat rajin dalam belajar materi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Apakah keluarga Hariman mengalami kesulitan ekonomi sehingga bosnya ini harus mengejar kampus negeri? Ya walaupun kampus negeri pun sekarang mahal dan mencakup semua kalangan. Apalagi jika kampusnya itu adalah top 3."Iya. Kuliah kedokteran kemarin membuat saya sadar bahwa saya tidak mampu di bidang itu. Kedokteran itu kan taruhannya nyawa. Akan sangat berbahaya ka
Jagad telah dibunuh kah? Apa iya semudah ini dalam menyingkirkan Jagad? Entah mengapa Ana merasa tak yakin dan merasa bahwa sebentar lagi pasti ada bom yang tidak dia duga. Apakah bekerja sama dengan Leo memang bisa mendapatkan hasil yang secepat ini? "Leona, ayo kita pulang ke rumah saya. Saya harus mengambil barang-barang yang masih tertinggal di sana. Tolong kamu panggilkan mobil pengangkut barang karena ada banyak barang milik saya yang ada disana." Ana akan mengecek sendiri apakah Jagad memang benar-benar sudah tidak ada atau itu hanya karangan Leo saja. "Berarti kita berangkat terlebih dahulu atau bareng dengan pengangkut barang, bu?" Leona dengan segera menelpon pengangkut barang yang terpercaya karena pasti barang-barang milik bosnya ini adalah barang-barang yang mahal. "Kita bareng pengangkut barang itu saja. Sekarang masih ada yang perlu saya kerjakan. Kamu juga bisa kembali ke ruangan kamu saja, Leona. Apa yang perlu saya kerjakan ini tidak memerlukan bantuan kamu kok."
Hah? Janji apa? Ana tidak merasa telah menjanjikan apapun untuk Leo. "Kalau yang kamu maksud itu adalah rekaman pengakuan Afandi maka bukankah memang belum waktunya? Pengadilannya kan tidak jadi dilaksanakan. Jadi untuk apa kamu tahu tentang hal itu?" Apakah Ana yang salah sangka kalau pengadilannya tidak jadi diadakan tapi sebenarnya pengadilan itu tetap berjalan? Kenapa ada banyak salah paham seperti ini? "Pengadilannya memang tidak jadi dilaksanakan tapi bukankah harusnya rekaman itu tetap tersebar ke khalayak luas di hari itu? Apa menurutmu hanya pengadilan yang bisa menyebarkan rekaman itu?" Wajah licik Leo terlihat menyeringai dan meremehkan Ana. Tentu saja Ana tidak terima namun dirinya bisa melakukan apa memangnya. "Maksudnya apa? Bukankah memang hanya pengadilan yang bisa menyebarkan hal itu? Kamu mau membuat skandal baru atau bagaimana?" Ana ingin agar Leo tidak bicara yang bertele-tele karena dia tidak bisa keluar terlalu lama dari acara ini. Ana adalah keluarga dari ora
"Hah? Leo yang itu ma? Masa iya dia nyariin aku." Ana berusaha sebisa mungkin untuk menyangkal. Ana tidak ingin siapapun termasuk Claudia tahu transaksi apa yang dia lakukan dengan Leo. "Ya Leo yang itu lah. Lagian Leo yang mana lagi sih, Edna. Tadi di luar mama sama papa sempat ngobrol sama dia karena ya dia ngajak ngobrol. Tapi ternyata dia malah ngomongin kamu. Leo bilang pengen ketemu sama kamu buat nanyain soal Jagad. Tapi mama gak yakin soal itu. Kan semua orang juga sudah tahu kalau hubungan Leo dan Jagad itu gak baik. Jadi untuk apa Leo nanyain soal Jagad ke kamu. Makanya mama nanya ke kamu, kamu gak lagi melakukan hubungan atau transaksi yang aneh-aneh kan dengan Leo? Leo itu berbahaya, Edna. Semua orang tahu kalau keluarga Lazuardi itu berbahaya.""Tapi dulu kan kita pernah berbinis bareng. Waktu itu aku juga nolongin Jagad kan." Sebenarnya Ana penasaran kenapa keluarga yang awalnya berbisnis bersama tiba-tiba memiliki hubungan yang renggang seperti ini. "Sudah, gak perlu
Kedatangan Leo jelas mencuri perhatian. Resepsi mewah yang dihadiri oleh banyak orang ini pun tidak bisa mengalihkan perhatian dari Leo. Keluarga Sastrawidjaja memang mengundang keluarga Lazuardi untuk hadir dalam resepsi ini. Namun tidak ada yang berharap kalau ada anggota keluarga Lazuardi yang datang karena keluarga itu adalah keluarga yang seolah punya dunianya sendiri. Tentu saja kedatangan Leo tidak pernah diperkirakan oleh siapapun termasuk Ana. Kata Leona, Leo datang untuk menemui dirinya. Itu hanya asumsi Leona atau memang sebelumnya Leona telah berbicara dengan Leo ya? Ana tak sempat untuk menanyakan hal tersebut karena Leona sudah keburu pergi untuk mengobrol dengan orang lain. "Orang itu padahal diperhatikan oleh banyak orang tapi dia kelihatan biasa saja. Bagaimana orang yang menjauhi perhatian orang lain malah terlihat biasa saja ketika mendapat perhatian sebesar ini?" Ratih yang berbicara. Ucapannya yang mempromosikan anaknya untuk menjadi pengantin Ana pun teralihkan