"EDNA! EDNA! BUKA PINTU KAMAR KAMU!" Patrik benar-benar terlihat seperti orang yang tidak waras. Beberapa penjaga yang dikerahkan untuk mencegahnya masuk benar-benar tidak bisa mencegahnya. Kemarahan telah membuat tenaga Patrik menjadi sangat besar. Ana yang mendengar gedoran dan teriakan Patrik jelas merasa takut setengah mati. Kenapa orang itu gemar membuat gebrakan baru seperti itu sih? Ana tahu pasti Patrik marah karena tindakan Ana yang sembrono di tempat kampanye. Namun Ana tidak mengira kalau amarah Patrik bahkan mampu mengeluarkan sisi tidak terduga yang tidak pernah disangka oleh Ana. "Edna! Keluar kamu sekarang juga! Mas tahu kamu ada di dalam. Atau perlu pintu ini mas dobrak supaya mas masuk ke dalam." Patrik muak dengan tingkah Edna. Bagi Patrik tingkah Edna saat ini adalah tindakan kekanak-kanakan yang hanya membuang waktu dirinya. "DOBRAK AJA! BUNUH AJA AKU SEKALIAN!" Ana tahu ucapannya ini benar-benar mengerikan dan tak seharusnya dia ucapkan. Namun Ana benar-benar t
"Patrik sialan! Dia pikir dia siapa sampai bisa menghajar diriku seperti itu!" Wajah Jagad terlihat sangat murka. Setelah berteriak seperti itu Jagad terlihat kesakitan. "Aduh-aduh.""Jagad, simpan tenagamu. Jangan malah dipakai untuk teriak-teriak gak jelas gitu dong." Ana hanya merasa kesal saja dengan suara teriakan yang benar-benar menggangu itu. Bisa-bisanya ada makhluk seperti Jagad yang gemar berteriak-teriak seperti itu. "Kamu pikir ini gak sakit?! Patrik benar-benar kehilangan kewarasannya ternyata. Bisa-bisanya dia menculik orang lalu menghajarnya dengan membabi buta seperti ini." Terlihat jelas bagaimana kemarahan begitu terpancar dari wajah Jagad. "Kamu mau membalas dendam karena perbuatan mas Patrik?" Ana bertanya dengan nada datar tapi di dalam hati dia benar-benar ketakutan. Jagad mampu membunuh Vivaldi sehingga tidak mungkin bagi dirinya untuk tidak membunuh Patrik kan. Ana sekarang benar-benar mengkhawatirkan keadaan Patrik. Bagaimana kalau Patrik sampai tiada karen
Ana hanya terdiam di depan laptopnya sambil memikirkan ucapan Leona. Dari ucapan Leona memang terlihat kalau Jagad sungguhan mencintai Edna. Ana kemudian mengingat hal lain dari ucapan Leona yaitu kalau Jagad rela membunuh dan menghancurkan orang-orang yang menyakiti Edna. Kalimat ini terasa mengerikan namun Ana jadi mengetahui bahwa bisa jadi ini alasan mengapa Jagad ingin menghancurkan keluarga Hariman. Bagi Jagad keluarga Hariman adalah keluarga yang menyakiti Edna. Namun mengapa Jagad sampai beranggapan seperti itu? Tidak mungkin kan Jagad sekedar berasumsi bahwa anak selingkuhan akan diperlakukan dengan buruk padahal dia bisa melihat kenyataan yang ada bahwa Edna begitu disayang oleh keluarganya. Berarti ada hal yang membuat Jagad yakin kalau keluarga Hariman telah menyakiti Edna. Ada satu peristiwa yang membuat Jagad mengambil kesimpulan bahwa keluarga Hariman akan menyakiti Edna lagi. "Terus apa yang membuat dia berpikir seperti itu? Sebesar orang rasa yang diberikan pada Edna
Wajah Afandi terlihat pucat pasi saat melihat Ana dan mendengar siapa nama Ana yang disebutkan oleh Jagad. "Jagad, dengarkan saya baik-baik. Saya sudah tidak punya urusan apapun dengan keluarga Hariman ataupun keluargamu. Sebaiknya kamu pergi saja dari sini. Tidak baik membawa istrimu juga ke tempat ini. Saya dengar juga istrimu ini baru saja mengalami kejadian yang tidak menyenangkan bukan. Sudah seharusnya dia tidak berada disini."Ana bisa merasakan bahwa ayahnya ini merasa ketakutan karena suatu hal. Entah mengapa Ana sedikit kecewa karena ayahnya tidak menunjukkan tanda-tanda mengenali Ana. Bahkan raut wajah syok akibat melihat raut wajah seseorang yang sama persis dengan putrinya pun tidak ada. Ana hanya bisa melihat ketakutan di mata ayahnya karena sesuatu yang diinginkan oleh Jagad. "Yang memutuskan apakah anda masih punya urusan atau tidak itu kan saya. Anda itu tidak punya hak apapun lho, pak. Disini saya hanya ingin mengambil barang-barang di kotak itu. Anda tahu kan bara
Beberapa hari ini terasa sangat tenang sampai Ana mempertanyakan pada dirinya sendiri apakah pantas dia merasakan ketenangan seperti ini? Dipikir-pikir tidak tapi Ana cukup menikmatinya. Dirinya juga sudah mulai belajar untuk mempersiapkan ujian masuk kampus tahun depan. Ya sesuatu yang bahkan tidak pernah Ana bayangkan akan terjadi di dalam kehidupannya. Di tengah aktivitas belajarnya tiba-tiba Ana teringat dengan ayahnya. Apakah ayahnya benar-benar dihabisi atau tetap dibiarkan hidup? Namun itu bukan urusan Ana kan? Yah Ana memang khawatir tapi tindakan Jagad yang seperti itu juga bukan tanpa alasan. "Bi, nanti tolong masakin sapo tahu sama udang asam manis ya." Ana pergi ke dapur dan meminta masakan itu pada asisten rumah tangganya. Sangat jarang bagi asisten rumah tangganya ini untuk memasak karena baik Jagad maupun Ana akan sering makan di luar ataupun memesan secara online. Sebenarnya Ana menganggap hal tersebut sebagai pemborosan tapi karena selalu saja ada yang untuk membeli
Patrik memulai penyelidikannya terhadap seseorang yang bernama Ana itu. Patrik tahu bahwa Ana yang merupakan sahabat Leona telah meninggal dunia. Hanya saja Patrik ingin memastikan apakah Ana yang Patrik yakini terlibat dalam rencana Jagad sama dengan Ana yang merupakan sahabat Leona. Tentu saja Patrik melakukan penyelidikan ini secara mandiri tanpa diketahui oleh siapapun termasuk Leona yang sudah tanpa sengaja memberikan dirinya petunjuk. Patrik yakin Leona pasti akan mengadukan penyelidikan yang dia lakukan pada Edna dan itu hanya akan memperburuk keadaan yang ada. Patrik harus mulai datang ke perkampungan mawar karena itu adalah tempat tinggal Ana. "Aku harus mulai darimana dulu ya?" Patrik tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya sehingga dia bisa dibilang lumayan kebingungan. Ayo berpikir, Patrik! Kalau lambat berpikir maka semuanya akan sia-sia. Patrik bahkan sudah melakukan penyamaran dengan berdandan sesederhana yang dia bisa. Pokoknya Patrik akan membaur dengan ora
"Heh! Mulutmu itu jangan sembarangan kalau ngomong ya. Kamu tahu kan keluarga Hariman tuh keluarga yang seperti apa. Mereka sudah banyak membantu perkampungan mawar ini lho sehingga bisa jadi layak. Disini mulut kamu malah kayak orang yang gak terdidik dengan baik. Jangan pernah ngomong sembarangan kayak gitu." Salah satu perempuan itu memarahi temannya yang dia anggap bicara sembarangan. "Loh memang benar kok. Kalau gak percaya mending kamu cari tahu saja sendiri. Dikasih tahu kok malah ngeyel padahal itu faktanya." Orang tersebut terlihat tidak terima dengan sanggahan temannya."Heh dengar ya. Aku gak tahu kamu dengar kabar yang aneh-aneh kayak gitu dari mana tapi itu beneran gak sopan lho. Kamu ini gak ada takut-takutnya sama sekali lho ya. Benar-benar bikin merinding saja." Temannya tetap teguh pada pendirian bahwa keluarga Hariman tak salah apapun dan malah memarahi rekannya yang bicara sembarangan seperti itu. "Memangnya kamu dapat rumor kayak gitu darimana sih? Kok ya ada-ada
"Apa maksud kamu mengkhianati? Kamu pikir aku orang yang seperti apa memangnya?" Ana terkejut bukan main mendengar ucapan dari Jagad. Ana merasa memang tindakannya selama ini dia lakukan untuk melawan Jagad demi bisa melindungi keluarga Hariman. Tapi kan semua tindakan itu tidak ada hasilnya semua. Ana benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Jagad. "Kamu orang yang seperti apa? Menurut kamu sendiri memangnya kamu orang yang seperti apa? Kalau di mataku kamu adalah orang plin plan yang benar-benar kesulitan dalam memahami esensi kehidupan, Ana. Aku sudah lama pergi dan tidak melakukan penyelidikan apapun ke kamu. Jadi wajar saja kan kalau aku merasa curiga? Untuk itu aku bertanya ke kamu sebelum aku menemukan kenyataan yang sebenarnya. Selama aku pergi kamu tidak melakukan pergerakan yang tidak semestinya kan? Kamu sadar diri dengan tempatmu itu kan?" Raut wajah Jagad yang awalnya cerah langsung berubah menjadi suram hingga Ana benar-benar tidak bisa mengerti mengapa orang bis
Edric dan Ana memutuskan untuk tidak kembali ke perkumpulan Sastrawidjaja. Sebenarnya yang memutuskan hal tersebut adalah Edric. Edric sih mengatakan keinginannya itu dengan suara yang tidak terdengar marah sama sekali. Namun Ana tetap ragu kalau Edric tidak marah pada dirinya. Bagaimanapun juga yang terjadi di dalam perkumpulan tadi adalah hal yang memalukan. Bisa jadi Edric merasa malu. Sungguh Ana merasa bersalah tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Suasana di dalam mobil ini pun terlalu hening bagi Ana. Bagaimana ini? Edna, maaf ya kalau aku gak ngajak kamu untuk kembali ke perkumpulan tadi. Suasananya terlalu gak nyaman jadi kurang memungkinkan kalau mengajak kamu kesana lagi. Nanti di lain kesempatan aku akan ajak kamu untuk ikut perkumpulan lagi. Kalaupun tidak lewat perkumpulan keluarga seperti tadi aku akan berusaha mencari kesempatan supaya kamu bisa berbaur dengan keluargaku." Edric benar-benar terlihat tertekan tapi berusaha terlihat baik-baik saja di depan Ana. Bagi Ana
Ibu kandung Edna? Tantenya Clathria yang sudah mencelakai dirinya itu? Ibu kandung yang itu yang ada disini? Dengan segera Ana menoleh dan benar saja terdapat perempuan paruh baya yang berjalan ke arah dirinya. Makin dekat perempuan itu berjalan maka makin jelaslah bagaimana raut wajahnya. Ana bisa melihat kalau perempuan ini terlihat berkaca-kaca dan penuh keharuan. Hanya saja Ana tidak tahu harus bereaksi seperti apa hingga hanya bisa membeku. Apa yang kira-kira harus Ana lakukan ya? "Edna, sayang. Ini mama nak. Ah, panggil ibu saja. Ini ibu nak. Akhirnya kita bisa bertemu." Suara perempuan itu tentu saja menarik perhatian keluarga Sastrawidjaja yang sedang berkumpul. Walaupun mereka memiliki perkumpulan yang berbeda-beda tapi saat ini mereka berada di dalam satu ruangan yang sama. Tentu saja keadaan ini mendatangkan rasa canggung bagi Ana. Sebenarnya bagaimana bisa perempuan ini masuk ke dalam rumah ini? "Anda siapa? Kenapa masuk ke dalam rumah ini? Ini adalah perkumpulan keluarg
Apa yang dikatakan oleh Edric tentang Nata seolah membuka pikiran Ana. Ana tahu bahwa Edric sedang meyakinkan dirinya bahwa dirinya dan Nata tidak berada pada level yang sama. Walaupun demikian tetap saja Ana merasa bahwa dirinyalah yang berada pada level paling bawah. Edric kan tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di dalam hidup Ana dan apa yang dia lakukan agar dia bisa menjadi Edna. Seandainya saat ini Edric tahu pasti dirinya langsung membuang Ana dan bahkan merasa jijik karena sudah mengagungkan Ana diatas Nata. "Kok diam saja? Oh aku mau ngasih tahu besok ada pertemuan keluarga. Kamu gak perlu khawatir karena aku ada disana juga. Tapi aku minta tolong ke kamu supaya kamu juga bisa membela diri kamu sendiri ketika mungkin saja kamu direndahkan. Bagaimanapun juga aku memang harus bertanggung jawab karena yang bisa membuat kamu direndahkan nanti adalah statusku sebagai Sastrawidjaja gadungan. Hanya saja kalau aku terlihat terlalu membela kamu dan kamu tidak bisa membela diri kam
Mantan? Ya bukan hal aneh sih kalau Edric mempunyai mantan. Edric adalah pria dewasa yang tentu saja sudah bergaul dengan banyak orang termasuk perempuan. Namun tetap saja Ana tidak suka jika mantan yang dimaksud adalah Nata. Bagaimana mungkin Ana yang merupakan istri Edric bekerja satu tempat dengan mantan Edric? "Kenapa diam saja? Kalau kamu gak nyaman gak perlu diteruskan, na. Lagipula ini sudah masa lalu dan bisa dibilang kami putus gak baik-baik. Jadi gak ada alasan untuk kembali ke masa itu. Seandainya ada alasan pun tentu saja aku gak akan menikah kan. Aku sudah selesai dengan masa laluku, na." Edric menjelaskan dengan nada yang menenangkan hingga membuat Ana ingin berhenti sampai disini saja untuk pembahasan ini. Namun rasa penasarannya terlalu besar hingga Ana merasa bahwa dirinya tidak bisa jika berhenti di tengah-tengah. "Cerita aja, Edric. Kalau aku gak tahu apa-apa soal masa lalu kamu yang ada aku malah hanya terus berprasangka. Aku gak mau seperti itu." Baiklah Ana aka
Ana tahu ucapan Edric ini amat berbahaya. Sebaiknya Ana segera berhenti dan tidak membahas hal ini lagi. Ini akan lebih baik untuk Ana juga. "Walaupun kita gak ada perasaan cinta satu sama lain kok rasanya tetap gak etis ya kamu ngomongin cewek lain. Sudahlah, aku capek banget sekarang ini. Sekarang aku mau istirahat saja. Kamu memangnya gak mau istirahat sekarang?" Ana dengan langkah yang terburu-buru mulai mengalihkan pembicaraan. Bukan hal yang baik kalau Edric sampai mengungkit hal semacam itu. "Yang mancing-mancing kan juga kamu ini tadi. Ya sudah kamu sendiri maunya gimana? Kita stop pembicaraan ini? Lalu besok kamu masih mau kerja di tempat itu? Kalau kamu gak mau juga gak masalah lho. Aku akan carikan tempat lain untuk kamu supaya kamu bisa bekerja lebih nyaman. Aku tahu kalau Leo mungkin saja akan mencari-cari alasan untuk datang ke tempat itu. Selain memang untuk menganggu kamu tapi dia juga menjalani hubungan istimewa dengan Nata." Edric memberitahukan Ana sesuatu yang la
Edric terdiam lama saat mendengar pertanyaan Ana dan kemudian menjawab dengan santai. "Yah aku Edric, Edna. Edric yang dikenalkan sama keluarga Sastrawidjaja untuk menikah dengan kamu. Kamu berharap aku ini siapa?" Edric mengakhiri pertanyaannya dengan tawa geli. Tawa yang sayangnya tidak membuat Ana ikut merasa lucu karena dia merasa ada yang aneh disini. "Aku gak berharap kamu siapa-siapa. Aku cuma berharap kamu Edric yang seperti aku kenal. Edric yang mau membangun hubungan baik dengan aku tanpa ada rasa permusuhan di pernikahan ini. Ya walaupun aku tetap tidak paham kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu tetap apa ya? Kenapa sikap kamu terlalu baik? Buatku itu aneh sekali. Aku gak tahu kenapa dibanding menjaga hubungan dekat supaya tidak bermusuhan aku menganggap kamu seakan melakukan pernikahan ini dengan sungguhan bukannya seperti pernikahan yang dijodohkan." Ana tahu tata kalimatnya berantakan dan entah bisa dipahami atau tidak oleh Edric. Tapi Ana hanya menyampaikan apa yang a
"Aku beneran gak tahu na kalau Leo jadi investor di tempat itu. Tempat itu seperti yang Nata bilang ke kamu, aku gak peduli sama sekali. Aku menempatkan kamu disitu karena aku ingin kamu belajar dulu dari tempat yang gak menguntungkan. Aku beneran gak punya maksud apapun kok untuk itu. Aku benar-benar minta maaf ya, na. Sumpah aku gak tahu dan beneran minta maaf." Edric yang tahu soal kejadian tidak menyenangkan dari Nata tanpa aba-aba langsung meminta maaf pada Ana yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur. Kejadian di kantor tadi bisa dibilang telah membuang seluruh tenaganya menjadi tidak bersisa. "Kenapa sih? Kenapa juga kamu harus meminta maaf? Aku juga tahu kalau tempat itu gak kamu urus karena orang-orang disana sudah ngasih tahu. Jadi gak perlu minta maaf soal itu. Lagian gak usah lagi lah dibahas soal itu. Aku saja mau melupakan itu kok. Lah ini kamu malah membahas hal itu lagi." Ana tahu Edric adalah tipe yang langsung menjelaskan inti permasalahan tapi masalahnya disini
Apa hubungan antara Edric dan Leo? Bukannya harusnya Edric tahu kalau dirinya dan Leo ini bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Edric menyuruh Ana untuk bekerja di tempat yang sama dengan Leo? Walaupun kemungkinannya mereka akan jarang bertemu tapi tetap saja kan ini menyebalkan sekali namanya. "Ah, Edna. Untuk urusan investor disini aku yang mengurus. Tempat ini kebetulan tidak terlalu disukai oleh Edric sehingga dia tidak terlalu peduli. Oleh karena adanya Leo disini karena persetujuanku, buat persetujuan Edric." Nata menjelaskan situasi yang terjadi hingga mampu menghilangkan kesalahpahaman yang sempat Ana pikirkan. "Aduh. Kenapa kamu harus menjelaskan hal seperti itu sih? Kesannya itu adik ipar... oh salah, mantan adik ipar itu gak suka sama aku kan. Kesannya kami punya hubungan yang buruk. Padahal hubungan kami baik-baik saja. Bukan berarti Edna bercerai dari Jagad lantas membuat hubungan kami juga jadi ikutan memburuk. Itu salah besar, Nata." Leo dengan seny
Saat ini Nata dan Ana berjalan bersebelahan. Kalau berjalan bersebelahan begini mereka mau bicara apa sebenarnya. Apa nanti kalau Ana melakukan kesalahan yang fatal. Bagaimana kalau nanti karenaAna tidak mengerti apapun ya jadi yang dia kerjakan pada umumnya akan jadi tertawaan sih kalau menurut pikiran buruknya yang selalu punya firasat negatif. "Sebenarnya sih kalau dibilang staf magang itu kurang terima karena pekerjaan kamu itu menjadi model suatu produlk. Kamu kan cantik jadi sangat sesuai dengan hal itu. Edric pandai memanfaatkan situasi yang ada dengan memanfaatkan istrinya." Nafa dengan suaranya yang terdengar ramah sekaligus tegas telah berhasil membuat Ana merasa terusik. Kata-kata cantik ini adalah kuncinya. Kamu yang punya kekuatan seperti itu harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik kan pasti. Nah jadi mulai sekarang kamu harus percaya diri dan melakukan segalanya yang terbaik dengan rasa percaya diri itu ya. Aku gak mau setiap kita bertemu untuk melakukan perte