Kenapa malah membawa Patrik di dalam percakapan ini? Apa katanya tadi? Patrik selalu mengancam dia dengan kematian? Apa itu artinya Patrik juga tahu kalau kematian Vivaldi bukanlah kematian yang wajar?"Sudahlah. Walaupun anda membunuh saya saat ini juga dengan cara yang paling kejam pun saya tidak akan memberitahu anda apapun. Saya menganggap diri saya tidak mengetahui apapun pada malam itu." Pria paruh baya itu rupanya tetap bertahan untuk tutup mulut. Ana tidak bisa membiarkan pria ini diam begitu saja dan tidak memberikan informasi yang berharga. Ana sudah membayar mahal untuk semua ini masa iya dia tidak mendapatkan informasi berharga apapun untuk menyerang Jagad? "Baiklah kalau itu memang keinginan anda. Tapi apakah hutang-hutang pinjaman online dan judi yang ditinggalkan putra anda juga sepakat demikian? Harusnya sebagai orang yang pernah punya posisi penting dalam suatu organisasi dan bahkan dipercaya untuk menghabisi nyawa seorang putra konglomerat anda kan menghabiskan mas
Hah? Ada orang lain yang wajahnya sama dengan Edna? Bukankah ini berbahaya? "Siapa kaki tangan itu?" Ana harus memastikannya sendiri dan setelah itu dia akan menyingkirkan anak perempuan itu. Ah, kenapa cara berpikir Ana jadi seperti ini? Kenapa seakan mudah bagi Ana untuk menghabisi seseorang? Tidak, tidak boleh begini. "Kami sudah tidak berhubungan lagi dan bahkan aku juga sudah lupa siapa namanya. Aku bekerja dengan orang yang berbeda-beda setiap saat. Jadi bagaimana bisa aku mengingat orang itu? Beban hidupku juga sangat banyak." Pria paruh baya itu menjawab dengan malas pertanyaan yang diajukan oleh Ana. Tampaknya dia memang tidak ingin membahas hal yang sudah berlalu. Tapi hal yang sudah berlalu itu adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh Ana. "Jadi kalian sudah tidak berhubungan lagi ya. Aku paham kalau begitu. Yang aku ingin tanyakan lagi adalah bagaimana bisa kalian berpisah begitu saja? Apakah dia pensiun atau bagaimana?" Duh. Berbicara seperti ini sebenarnya benar-benar m
"Cepat juga kamu dalam memulai aksi." Ana memang menjawab dengan santai tapi dalam hatinya dia benar-benar gelisah. Sampai sekarang pun Ana belum bisa menemukan kelemahan Jagad yang bisa menghancurkan dirinya. Ana juga belum menemukan sesuatu untuk menyelematkan keluarga Hariman. "Kamu gak penasaran apa rencanaku?" Jagad merasa sedikit heran karena Ana tidak lagi menjawab atau bertanya apapun tentang rencana barunya. "Loh aku nunggu kamu ngasih tahu makanya diam saja. Memang apa rencana kamu?" Ana hanya tidak ingin saja membahas sesuatu yang dia sudah tahu ujungnya akan kemana. Kemana lagi kalau bukan ke masalah pertengkaran. Mereka pasti hanya akan menghabiskan waktu untuk bertengkar dan itu sangat tidak disukai oleh Ana. "Rencana aku itu sederhana saja. Kamu tahu kan Claudia akan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif? Rusak imagenya hingga dia bahkan tidak berani untuk keluar dari rumah dan menampilkan wajahnya di depan masyarakat." Jagad tersenyum jahat ketika membayangkan
Hari ini adalah saatnya. Jam 9 nanti Claudia akan memulai kampanye dan tentu saja Ana akan ikut serta untuk mendampingi Claudia. Kemarin Ana tidak jadi mengikuti kegiatan makan malam di rumah keluarga Hariman karena sakit. Tentu saja awalnya Jagad memarahinya dengan berbagai kata yang tidak pantas. Namun setelah mengetahui bahwa Ana sungguhan sakit dan tidak mampu untuk datang ke acara makan malam itu, kemarahan Jagad langsung mereda. Yah orang itu kan lebih mementingkan rasa marahnya terlebih dulu sebelum mempelajari bagaimana fakta yang sebenarnya. Dasar manusia sinting yang kokoh. "Kamu cantik sekali hari ini. Kecantikan yang tidak akan diduga oleh keluarga Hariman akan menusuk mereka." Wajah Jagad menyeringai puas saat masuk ke dalam kamar Ana. Ana yang sudah terbiasa dengan tingkah tidak sopan Jagad yang suka menerobos masuk sudah mulai terbiasa dengan tingkah tersebut. Ya walaupun tentu saja Ana tetap merasa muak. "Apa lagi mau kamu? Ada rencana tambahan baru atau bagaimana?"
Semua orang jelas terkejut dengan teriakan Ana yang tiba-tiba. Pihak yang paling terkejut adalah Claudia. Claudia bahkan terlihat tidak bisa berkata-kata. "Saya...setelah saya tahu tentang kebenaran itu saya merasa takut. Saya takut kalau saya sungguhan akan dibunuh dan bernasib malang seperti kakak saya. Akhir-akhir ini saya benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Suami saya bilang tidak perlu memikirkan hal tersebut namun mau bagaimanapun juga saya tetap kepikiran." Ana menangis tersedu-sedu. Tidak ada yang mengira bahwa hari ini Ana akan mengatakan hal yang begitu luar biasa. Kemudian Ana menampilkan layar yang terdapat percakapan antara Claudia dan mafia itu. Claudia yang melihat percakapan itu jelas langsung terduduk lemas. Mata Claudia menatap nanar ke arah layar tersebut dan jelas hal itu membuat Ana makin merasa bersalah. Namun Ana sudah terlanjur melakukan hal tersebut sampai kesini sehingga yang bisa dia lakukan adalah terus melangkah saja. "Kalian bisa melihat kan betapa
"EDNA! EDNA! BUKA PINTU KAMAR KAMU!" Patrik benar-benar terlihat seperti orang yang tidak waras. Beberapa penjaga yang dikerahkan untuk mencegahnya masuk benar-benar tidak bisa mencegahnya. Kemarahan telah membuat tenaga Patrik menjadi sangat besar. Ana yang mendengar gedoran dan teriakan Patrik jelas merasa takut setengah mati. Kenapa orang itu gemar membuat gebrakan baru seperti itu sih? Ana tahu pasti Patrik marah karena tindakan Ana yang sembrono di tempat kampanye. Namun Ana tidak mengira kalau amarah Patrik bahkan mampu mengeluarkan sisi tidak terduga yang tidak pernah disangka oleh Ana. "Edna! Keluar kamu sekarang juga! Mas tahu kamu ada di dalam. Atau perlu pintu ini mas dobrak supaya mas masuk ke dalam." Patrik muak dengan tingkah Edna. Bagi Patrik tingkah Edna saat ini adalah tindakan kekanak-kanakan yang hanya membuang waktu dirinya. "DOBRAK AJA! BUNUH AJA AKU SEKALIAN!" Ana tahu ucapannya ini benar-benar mengerikan dan tak seharusnya dia ucapkan. Namun Ana benar-benar t
"Patrik sialan! Dia pikir dia siapa sampai bisa menghajar diriku seperti itu!" Wajah Jagad terlihat sangat murka. Setelah berteriak seperti itu Jagad terlihat kesakitan. "Aduh-aduh.""Jagad, simpan tenagamu. Jangan malah dipakai untuk teriak-teriak gak jelas gitu dong." Ana hanya merasa kesal saja dengan suara teriakan yang benar-benar menggangu itu. Bisa-bisanya ada makhluk seperti Jagad yang gemar berteriak-teriak seperti itu. "Kamu pikir ini gak sakit?! Patrik benar-benar kehilangan kewarasannya ternyata. Bisa-bisanya dia menculik orang lalu menghajarnya dengan membabi buta seperti ini." Terlihat jelas bagaimana kemarahan begitu terpancar dari wajah Jagad. "Kamu mau membalas dendam karena perbuatan mas Patrik?" Ana bertanya dengan nada datar tapi di dalam hati dia benar-benar ketakutan. Jagad mampu membunuh Vivaldi sehingga tidak mungkin bagi dirinya untuk tidak membunuh Patrik kan. Ana sekarang benar-benar mengkhawatirkan keadaan Patrik. Bagaimana kalau Patrik sampai tiada karen
Ana hanya terdiam di depan laptopnya sambil memikirkan ucapan Leona. Dari ucapan Leona memang terlihat kalau Jagad sungguhan mencintai Edna. Ana kemudian mengingat hal lain dari ucapan Leona yaitu kalau Jagad rela membunuh dan menghancurkan orang-orang yang menyakiti Edna. Kalimat ini terasa mengerikan namun Ana jadi mengetahui bahwa bisa jadi ini alasan mengapa Jagad ingin menghancurkan keluarga Hariman. Bagi Jagad keluarga Hariman adalah keluarga yang menyakiti Edna. Namun mengapa Jagad sampai beranggapan seperti itu? Tidak mungkin kan Jagad sekedar berasumsi bahwa anak selingkuhan akan diperlakukan dengan buruk padahal dia bisa melihat kenyataan yang ada bahwa Edna begitu disayang oleh keluarganya. Berarti ada hal yang membuat Jagad yakin kalau keluarga Hariman telah menyakiti Edna. Ada satu peristiwa yang membuat Jagad mengambil kesimpulan bahwa keluarga Hariman akan menyakiti Edna lagi. "Terus apa yang membuat dia berpikir seperti itu? Sebesar orang rasa yang diberikan pada Edna
"Apa?" Sejenak Ana merasa aliran darahnya telah berhenti mengalir. Orang di depannya ini mengatakan sesuatu yang terdengar sangat tidak menyenangkan di telinga Ana. "Maksudnya apa? Ana itu nama temanmu yang meninggal itu kan? Yang sekarang kamu kunjungi makamnya. Lalu kenapa kamu mengatakan hal aneh begitu sih?" Ana berusaha keras agar pembahasan mengerikan ini tidak berlanjut lagi. "Ana, sampai kapan sih kamu mau berpura-pura? Kamu ini gak takut kah karena sudah menipu orang pakai identitas orang lain? Edna yang asli yang ada di kuburan ini. Kamu gak kasihan dengan Edna yang asli? Kamu gak kasihan dengan keluarganya itu?" Wajah Leona terlihat marah sekaligus kecewa ketika menatap Ana. "Leona, saya gak menerima omong kosong seperti ini ya! Kamu pikir kamu bicara dengan siapa sampai berani bersikap lancang seperti itu? Kamu tahu kamu sedang menyamakan saya dengan siapa?" Ana mulai menunjukkan wibawa yang dia bisa agar Leona merasa terintimidasi dan tidak mengatakan hal yang aneh lag
Ana benar-benar tidak mengerti dengan Clathria. Orang ini ternyata tak kalah plin plannya dibanding dirinya dan itu membuat Ana kesal. Apakah ini yang dirasakan oleh Jagad ketika Ana bersikap plin plan terhadap rencana yang sudah disusun oleh Jagad? Ternyata rasanya sangat menyebalkan. Ana jadi tahu bagaimana perasaan Jagad selama ini dan itu benar-benar membuat Ana jadi menyesali bagaimana dulu dia bersikap. "Clathria, harusnya kamu mengatakan itu di depan Leo. Kenapa juga kamu harus plin plan seperti ini? Kamu mendukung kakakku dihabisi dengan cara yang keji seperti itu? Walaupun Vivaldi itu suka bersikap kejam kepadaku tapi dia tetaplah kakakku. Ibu kandungnya rela untuk merawatku dengan sepenuh hati jadi tak usah heran kalau anak laki-lakinya tak suka dengan keadaan seperti itu. Aku pikir Jagad juga harus belajar bagaimana sebenarnya cinta itu bekerja. Bagaimana sebenarnya dia harus memperlakukan orang yang dia cintai. Jagad harus belajar tentang semua itu bukan. Sudahlah, rencan
Clathria yang ada di sebelah Leo terlonjak kaget saat mendengar ucapan Ana. Bukti kematian Vivaldi? Bukti apa yang Ana maksud saat ini? "Bukti kematian siapa? Vivaldi? Memang ada urusan apa antara kematiannya dengan rencana kita saat ini?" Wajah Leo terlihat bingung dan kemudian dia bertanya kepada Clathria yang berada di sebelahnya. "Vivaldi itu pacarmu dulu kan? Yang kamu bilang dia dibunuh oleh Jagad?" Clathria hanya mengangguk dan tak menjawab apapun. Tampaknya Clathria memang benar-benar terguncang ketika mendengar ucapan Ana. "Adik ipar, aku harap apa yang kamu bawa ini memang berguna untuk digunakan dalam rencana kita. Coba aku ingin dengar apa yang kira-kira bisa kita manfaatkan dalam bukti itu."Ana pun memantapkan dirinya untuk mengatakan hal ini. Tidak ada waktu lagi dan Ana harus segera bersiap agar bisa menjatuhkan Jagad dengan segera. "Saat ini Jagad ditahan di kantor polisi karena adanya bukti kematian Afandi akibat ulahnya. Dari rumor yang beredar hal itu dikarenaka
Jadi ini yang namanya Leo? Yah dia memang kelihatan mengintimidasi sih. Sejenak Ana ingin mengurungkan niatnya untuk bekerja sama dengan orang semacam ini. Tapi tampaknya Leo bukanlah orang yang bermurah hati ketika ada orang lain yang menyita waktunya tanpa alasan. Bisa-bisa nanti Ana lenyap dari dunia ini. "Ah, muak gimana ya?" Sungguh Ana kesulitan untuk merangkai kalimat dalam menjawab ucapan Leo. Leo benar-benar terlihat seperti orang yang mampu untuk mengintimidasi Ana dengan tatapannya yang luar biasa tajam itu. Padahal tidak melotot tapi mengapa tatapan matanya setajam itu? Benar-benar mengerikan. "Clathria sudah menceritakan keadaan kamu dengan Jagad. Anak itu benar-benar tidak tahu balas budi ya. Padahal dulu kan kamu sudah menyelamatkan dia waktu tenggelam di kolam renang. Ah tapi mungkin kamu sudah lupa dengan hal itu karena aku dengar kamu mengalami kecelakaan. Apakah sekarang kondisi kamu sudah membaik adik ipar?" Leo dengan angkuh lalu duduk di hadapan Ana. Clathria j
Apa karena Clathria adalah seseorang yang suka sekali dengan hubungan gelap untuk dapat melindungi dirinya makanya saat ini dia malah mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? "Aku hanya ingin membalas dendam pada Jagad bukan ingin melakukan perbuatan rendahan semacam itu. Jangan samakan semua orang dengan dirimu yang mudah sekali untuk menghalalkan cara seperti itu demi bisa mencapai tujuan kamu." Ana sedikit sensitif jika menyangkut masalah perselingkuhan. Ana teringat pada dirinya yang diabaikan dan diperlakukan dengan keji oleh keluarganya karena statusnya sebagai anak selingkuhan. Lalu orang luar yang tidak tahu apa-apa dengan kehidupannya ini malah mengatakan hal bodoh semacam itu. Wajah Clathria sempat terhenyak sebentar sebelum akhirnya dia bisa menyadarkan dirinya sendiri. "Astaga, kamu sensitif sekali ya soal perselingkuhan. Padahal kan aku hanya bercanda soal selingkuh itu. Sudahlah, karena kamu sudah bisa mengatakan alasanmu dengan jelas maka aku tidak jadi pulang d
Ambisi Ana untuk bisa menjalani hidup yang lebih berguna perlahan-lahan mulai bangkit. Ana merasa tak ada gunanya jika dirinya hanya terus bermalas-malasan. Setidaknya nanti jika dirinya diusir atau bahkan dipenjara karena kedoknya telah ketahuan maka Ana bisa tetap hidup dengan uang yang dia hasilkan selama menjadi Edna. Untuk itulah Ana harus bisa tetap hidup dengan baik dan hidup lebih lama. Tiba-tiba Ana jadi teringat dengan Leona yang tak kunjung kembali walaupun Ana telah memintanya datang. Apakah Leona berpikir dia adalah bawahan Jagad sehingga merasa enggan untuk menemui Ana di rumah keluarga Hariman? Padahal kan tidak perlu seperti itu. Padahal kan Ana juga hanya ingin menjadikan Leona sebagai temannya karena Ana benar-benar merasa kesepian saat ini. Rasa kesepian yang amat menyiksa ini tentu saja akan sulit untuk ditangani oleh Ana yang tidak punya satu pun teman sekarang. Kesalahannya saat bersikap super arogan kemarin telah menghilangkan teman yang harusnya dia dapatkan. T
Clathria tidak mengatakan apapun pada Ana dan hanya pergi begitu saja setelah dia dipanggil oleh istri sah dari pria yang menjadikannya simpanan. Ya kalimat sederhananya sih Clathria dipanggil oleh ibu kandung Marchelia. Tadi Ana bisa melihat bahwa Marchelia terlihat biasa saja saat ada simpanan ayahnya berkeliaran di acaranya yang penting itu. Apakah Marchelia tidak marah acaranya diganggu oleh wanita rendahan seperti itu? Atau sebenarnya Marchelia memang tidak punya hak untuk marah karena dirinya adalah anggota keluarga Sastrawidjaja yang punya posisi lemah di keluarga tersebut. Yah apapun itu yang jelas Ana sangat terkejut mengetahui bahwa ternyata Edna punya sepupu yang berasal dari pihak ibu kandungnya. Selama ini Ana tidak pernah mendengar tentang ibu kandung Edna. Yah siapa juga yang mau membicarakan hal tersebut secara terang-terangan di keluarga Hariman. "Edna, kamu tadi ngobrol sama siapa?" Wajah Claudia terlihat panik saat menghampiri Ana. Ana bisa melihat kalau Claudia da
Siapa pula Clathria ini? Ana belum pernah mendengar namanya sama sekali. Di rumah keluarga Hariman tidak pernah disebutkan tentang nama itu. Apa mungkin orang ini hanya berkhayal saja? Lagipula entah mengapa dari penampilannya Ana merasa orang ini kurang berkelas jika dibandingkan dengan semua manusia yang ada disini. "Kenapa merhatiin aku sampai segitunya? Menurut kamu aku gak pantas ya jadi pacarnya Vivaldi? Ya memang sih dari dulu kamu gak pernah suka dengan aku." Clathria kemudian tertawa geli dan itu membuat Ana makin tidak nyaman. Sebenarnya apa tujuan orang ini menghampiri Ana?"Ngomong-ngomong Edna, kenapa sekarang kamu berubah drastis ya? Edna yang biasanya melakukan sesuatu dengan pertimbangan matang dan enggan menimbulkan kontroversi sekarang malah berbuat serampangan hingga akhirnya dijauhi di perkumpulan kalangan atas. Kamu ada disini sekarang karena sudah tidak memiliki teman kan?" Clathria lagi-lagi tertawa. Bagi Ana orang ini mudah sekali tertawa ya. Padahal tidak ada
Ana sudah memutuskan untuk hidup dengan sangat baik sebagai Griselda Edna Hariman. Ana tidak ingin lagi menjadi suruhan Jagad. Ana memang terkesan tidak tahu karena sebenarnya hubungan antara dia dan Jagad itu saling menguntungkan andai saja Ana tidak terpengaruh oleh kasih sayang yang diberikan oleh keluarga Hariman kepada dirinya. Oleh sebab itu jika Jagad ingin membocorkan soal kesepakatan antara dirinya dan Ana maka Ana akan dengan sukarela menerima hal itu. Namun sebelum itu Ana ingin menikmati semua kasih sayang dan harta yang diberikan oleh keluarga Hariman. "Sayang, kamu mau ikut mama untuk pergi ke rumahnya Marchelia gak? Keluarga Sastrawidjaja sudah mulai mau menerima keluarga Hariman lagi. Ya bagaimanapun kan ada cucu mereka di kandungan Marchelia." Wajah Claudia terlihat sangat cerah saat mempersiapkan acara lamaran untuk Patrik dan Marchelia. Yah semua orang di rumah ini memang dengan senang hati mempersiapkan hari yang bahagia itu. Ya walaupun menurut Ana sendiri sebena