Berita kecelakaan yang menimpa Ratna, membuat gempar para dosen dan staf kampus. Juga menimbulkan kecemasan tersendiri di hati Umar, apalagi setelah dia mendengar kalau Ratna mengalami kerasukan. Umar cemas wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu akan membocorkan rahasia mereka, kecemasan Umar kian menjadi-jadi kala teringat kalimat ancaman yang diucapkan Ratna.Umar curiga, Ratna mengintip saat dirinya melecehkan Dewi. Bisa jadi itulah kenapa wanita tersebut berani blak-blakan mengatakan Dewi dendam kepada Umar, saat laki-laki itu kepada Ratna perihal istrinya yang dirasuki roh Dewi."Tidak ada lagi yang bisa aku harapkan dari wanita cacat itu," gumam Umar. "Ratna harus dibuat lupa, agar dia tidak menyebut namaku dalam situasi apapun." gumamnya lagi, dengan alasan tersebut Umar kembali mendatangi dukun langganannya."Ada seorang perempuan, yang pernah hadir di masa lalu saya, Angku. Sementara saya sudah menikah dan punya anak, perempuan itu masih terus mengejar.
Johan memperhatikan ponsel yang ditemukan di gedung bekas kantin kampus, benda itu ditemukan anggota tim saat mereka menyelidiki TKP pada malam hari.“Bagaimana dengan orang misterius yang kepergok menyelinap ke ruang rapat para dosen semalam?” tanya Johan kepada Yosef—seorang anggota tim-nya.“Siap Kep, sudah dapat data nama-nama pemilik mobil serupa di kota ini dari satlantas kota," lapor Yosef.“Oke, ada info lain lagi?”“Kabarnya di malam saat gadis bernama Juriah itu terseret puluhan meter, ada seorang dosen yang sedang dirawat di rumah sakit juga mengalami kerasukan serupa, Kep.”Sepasang alis Johan tampak bertaut,”Siapa dosen tersebut?” tanyanya.“Namanya Umar, Kep. Kabarnya si Umar ini dosen pembimbing Dewi dalam membuat skripsi,” Yosef menambahkan keterangannya.“Baiklah, korek informasi apa saja terkait orang bernama Umar itu,” titah Johan.“Siap laksanakan, Kep!” seru Yosef bersemangat.Sementara Yosef pergi ke rumah sakit untuk m
“Kejadian apa itu?” tanya Johan penasaran.“Saya, juga Akmal sama melihat penampakan hantu Dewi, dia mencekik Maya dan melemparkan tubuh Maya dari ketinggian. Sekarang Maya lumpuh,”“Maya itu teman Dik Sofa?” tanya Johan ingin memastikan.Sofa mengangguk, “Teman sekamar Dewi di asrama,” jawab Sofa.Tiba-tiba Johan merasa sekujur tubuhnya merinding, alangkah banyaknya korban teror hantu Dewi, seumur hidup baru kali ini dia menghadapi kasus sepelik ini."Jadi sampai sekarang kondisi Maya masih lumpuh?" tanya Johan lagiSofa mengangguk, "Menurut dokter ortopedi, Maya mengalami cedera di tulang belakang. kemungkinan pulih 50:50 tergantung bagaimana perkembangan dan penanganannya.""Bagaimana dengan Akmal?" tanya Johan, seingatnya Akmal disebut-sebut juga memiliki hubungan spesial dengan Dewi."Dia baik, sangat religius, gak pernah tinggal sholat, dan gak terlalu genit dengan perempuan.""Mungkin tidak kalau akmal melakukan sesuatu di luar nalar?"
Di tempat lain, tepatnya di rumah Akmal. Si pemuda baru saja mematikan layar laptop dan bersiap untuk tidur. Sejenak merebahkan badan, tiba-tiba Akmal merasa suhu udara di dalam kamar menurun drastis.Suhu dingin itu menusuk sampai ke tulang, mata Akmal melirik pada kipas angin yang berputar, putarannya terlihat normal dengan kecepatan sedang. Dirinya yakin perubahan suhu udara ini bukan disebabkan oleh angin yang dihasilkan putaran baling-baling kipas, tetapi berasal dari sesuatu yang tidak masuk akal.Baru saja Akmal hendak menarik selimut untuk menutupi badannya, dan mengabaikan ketidaknormalan ini. Tiba-tiba lampu kamarnya mati, seketika ruangan di dalam kamar menjadi gelap gulita.Akmal mengintip keluar lewat kaca jendela, yang berada di bagian kepala tempat tidur. Suasana di luar kamar juga tampak gelap gulita, dia mengira pasti sedang ada pemadaman listrik bergilir. Namun, anehnya kipas angin di dalam kamar tetap berputar seakan tidak terpengaruh dengan hilan
Masih di malam yang sama, di rumah Maya ramai sanak saudara menginap. Keheningan malam terusik oleh suara jeritan melengking panjang, membangunkan seisi rumah. Suasana seketika menjadi panik kala semua orang yang terbangun melihat tubuh Maya mengambang di udara.Abangnya Maya yang lulusan pesantren langsung membacakan ayat-ayat suci, berharap gangguan yang dialami sang adik mereda atau hilang. Namun, yang terjadi kemudian tubuh Maya terangkat semakin tinggi dan berputar kuat bagai gasing.Seisi rumah menjerit ketakutan, suara jeritan mereka tumpang tindih dengan suara tawa Maya yang melengking seperti ringkik kuda. Ayah Maya berinisiatif membukakan pintu lalu berlari ke rumah tetangga, yang merupakan seorang ulama di kampung mereka. Sang tetangga rupanya sudah terjaga, karena kebiasaannya melaksanakan sholat malam."Tunggu sebentar, tuan Angku sedang sembahyang, nanti beliau akan menyusul." ujar istri si ulama yang membukakan pintu. Ayah Maya mengangguk setuju, dia
"Aku tidak sanggup, dia bukan tandinganku, gadis ini bukan kerasukan biasa, dia dirasuki sijundai." ujar Tuan Angku terbata-bata, darah kental mulai mengalir dari sudut bibirnya, pertanda kalau si Tuan tidak hanya terluka luar tapi juga cedera pada organ dalam.Semua orang sigap mengangkat tubuh Tuan Angku ke mobil, untuk dibawa ke rumah sakit agar mendapat pertolongan segera. Tidak disangka, Tuan Angku dibawa ke rumah sakit yang sama dengan Akmal. Keluarga Maya yang mengantarkan Tuan Angku, bertemu dengan Sofa dan ibunya yang tengah menunggu Akmal di ruang tunggu IGD. Tentu saja Sofa langsung menghampiri kakak laki-laki Maya, untuk menanyakan apa yang terjadi dan siapa yang terluka itu?"Maya kerasukan, Tuan Angku mencoba mengobati tapi malah diserang sampai terluka," jelas kakak lelaki Maya.Sofa mengucapkan istighfar berulang kali, "Apa boleh kami ikut ke rumah Uda, untuk melihat Maya?" tanyanya.Pemuda itu mengangguk, tanda kalau dia memperbolehkan Sofa untu
*Petang Senin Malam Selasa*Bersamaan dengan teror yang menimpa Akmal, Maya, dan Juriah. Di sebuah tempat rahasia yang tidak diketahui di mana tempatnya. Seseorang tengah memainkan sebuah gasing tangan di dalam goa batu yang gelap, tapi tiba-tiba tubuhnya terbanting ke belakang menghantam dinding batu. Tengkorak kepala yang berada di hadapannya ikut terpental, bara pembakar bubuk kemenyan tumpah berserakan.Dari sudut bibir orang itu mengalir darah kental kehitaman, di jari tangan kanan dan kirinya masih terikat tali pengikat gasing yang dimainkan. Orang itu memperhatikan gasing di tangan, bentuknya masih utuh begitu pula dengan tali kain kafan pengikatnya. Orang itu mengeluh, sambil menyeka tetesan darah di sudut bibir.Dari bagian cerukan batu, satu sosok lain muncul menghampiri si pemain gasing."Uhuk uhuk," pemain gasing itu terbatuk, dan batuknya menyemburkan darah kehitaman."Kau terluka parah sekali, Anakku. Sudahilah untuk sementara," ucap oran
Bab 34Malam hari di kamar hotel, setelah makan dan minum obat pemberian Maya, Ardi memulai ceritanya. Perkenalan pertama Ardi dengan Juriah terjadi saat sang gadis kerap menemani ibunya berbelanja di lapak jualan Ardi."Aku pikir ibunya baik, ramah, dan sangat familiar. Kami bertukar nomor telepon. Lalu janji bertemu, dia gadis cantik, baik, dan sangat perhatian.” Ujar Ardi di awal cerita.“Sampai kemudian aku menyatakan perasaan kepadanya, tidak disangka Ria membalas cintaku. Semenjak dengannya aku mulai menyisihkan uang untuk masa depan hubungan kami. Tapi kemudian Ria mengatakan, kalau dirinya telah dijodohkan.” Tambah Ardi, setelah itu lama si pemuda terdiam. Bukan diam biasa, tapi sesungguhnya Ardi tengah menangis.“Lantas apa?” tanya Maya penasaran.“Ria tidak mau dijodohkan dan dia minta aku untuk membawanya pergi, aku mengajak Ria pulang ke kampung, kami menaiki bus yang menuju kota padang. Tapi di jalan bis dicegat polisi yang telah dibayar ayahnya Ria,