Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan
Seorang wanita sedang duduk dalam ruangan serba putih. Di depannya seorang dokter sedang membaca hasil tes pemeriksaan kakaknya. Dia –Kiara- sangat gelisah dan khawatir saat mendapat kabar kalau kakaknya pingsan di halaman rumah mereka. Apalagi sang kakak memang memiliki penyakit turunan dari sang ibu yang meninggal karena kanker darah atau leukimia.“Sel kanker dalam tubuh Fira makin menyebar. Sekarang sudah mencapai stadium tiga,” seru dokter yang selama ini menangani kakaknya.“Ba-bagaimana bisa? Selama ini Kak Fira sudah menjalani kemoterapi dan metode pengobatan lainnya, kenapa sel kankernya masih berkembang?” balas Kiara dengan bibir bergetar menahan tangis.“Karena sel kankernya sudah menyebar pada organ tubuh lainnya, maka dari itu sel kanker makin berkembang. Metode yang selama ini kita gunakan merupakan upaya menghambat perkembangan sel kanker. Dan tingkat keberhasilannya di bawah 50%,” jelas dokter dengan singkat dan jelas.Tubuh Kiara melemas dengan air mata yang menetes d
“Apa yang kamu bicarakan, Honey!” sentak Andra melepas tangannya dari sang istri. Dia tidak percaya kalau Tere akan melakukan hal itu. Tadi wanita itu hanya ingin ditemani ke restoran favorite mereka, tidak disangka ternyata sang istri merencanakan untuk menjodohkannya dengan Kiara, teman baik istrinya.Tere menatap sendu sang suami dan dengan lirih dia berkata, “Aku cuma mau kamu punya anak dari darah dagingmu sendiri, Bang. Dan dari sekian wanita, aku percaya pada Kiara yang bisa menggantikan peranku saat sudah tiada di dunia ini.”“Tere!” seru Kiara dan Andra secara bersamaan.“Kamu ngomong apa sih, Re?!” lanjurt Kiara yang tidak pernah menduga permintaan teman baiknya. “Tidak ada satu pun wanita yang lebih dari kamu untuk menjadi istri Mas Andra, termasuk aku! Lagian mana mungkin aku menikahi suami temanku sendiri, Re! Sama saja aku mengkhianati kamu dan aku tidak mau seperti itu!”Meski membutuhkan banyak uang, Kiara tidak akan pernah mau kalau harus menikah dengan suami teman ba
Kiara mengerjapkan matanya berulang kali setelah mendengar perkataan lelaki yang duduk di sebelahnya. Andra yang merupakan lelaki tampan, mapan, dan tidak pernah tergoda dengan wanita mana pun, bisa-bisanya mengajak Kiara menikah. Walaupun alasannya demi Tere, tetapi Kiara tidak serta-merta percaya dengan perkatan lelaki tersebut.“Mas Andra sadar ‘kan apa yang Mas ucapkan?” tanya Kiara memastikan. “Aku tidak mau jadi orang ketiga atau duri dalam rumah tangga kalian Mas. Kakakku juga pasti tidak akan setuju kalau dia tau aku melakukan itu.”Bahkan mungkin Fira akan semakin merasa bersalah karena sudah membuat Kiara menjadi istri kedua. Hal tersebut bisa memicu penurunan kesehatan sang kakak. Tentu Kiara tidak mau kalau penyakit kakaknya semakin memburuk. “Aku sadar dengan keputusan yang sudah aku buat, Kiara. Lagipula aku yakin kalau kamu tidak mungkin menusuk Tere dari belakang. Dan soal kakakmu, kita bisa mengatakannya saat dia sudah menjalani operasi. Aku sendiri yang akan menjela
Di dalam ruang rawat Tere, Kiara sudah mengenakan kebaya putih khas untuk akad. Pagi hari tepatnya jam delapan pagi ini, dia akan menikah dengan Andra yang sudah mempersiapkan semua keperluan pernikahan, termasuk saksi pernikahan mereka.“Kamu tenang saja, Ra. Aku akan pastikan kalau Bang Andra bersikap adil pada kita,” ucap Tere yang merias Kiara dengan tipis. “Cantik sekali. Kamu terlalu cuek dengan penampilanmu. Nanti aku akan mengajarimu merias seperti saat ini.”Kiara memperhatikan wajahnya yang dirias oleh Tere dari cermin yang dia pegang. Wajah yang putih pucat biasanya hanya dipoles sedikit bedak padat dan pelembab bibir, itu pun kalau Kiara ingat dan tidak malas menggunakannya. Kini wajahnya dipoles tipis, sehingga lebih cerah dan berwarna.Tanpa kedua wanita itu sadari, Andra masuk ke dalam ruangan bersama penghulu dan saksi yang dia siapkan. Pandangannya begitu dalam pada kedua wanita itu, terutama pada istrinya yang terlihat berbinar bahagia. Kalau umumnya, tidak ada wanit
“Ka-kakak bicara apa sih? Aku benar-benar dapat pinjaman dari Tere kok,” ucap Kiara berusaha bersikap seperti biasanya. “Sebenarnya Tere tuh lagi sakit, Kak. Dia minta aku hendle butik selama dia rehat. Sebagai gantinya dia akan gaji aku dua kali lipat, tapi akan dipotong buat bayar utang.”Kiara terpaksa menggunakan penyakit Tere, walaupun tidak menjelaskan penyakit temannya dengan spesifik. Semoga saja kakaknya percaya dengan alasan yang Kiara berikan. Sebisa mungkin dia juga bersikap bisa dengan senyum manisnya.“Kakak tidak perlu khawatikan apa pun. Fokus pada operasi dan pengobatan Kakak biar sel kankernya tidak makin menyebar,” kata Kiara meyakinkan kakaknya.Fira belum bisa percaya begitu saja. Saat melihat senyum adiknya, dia mencoba untuk percaya sembari berucap, “Baiklah, kakak percaya. Kamu harus ingat untuk tidak melakukan hal yang merugikan demi kakak. Lagian kakak sudah pasrah kalau memang sudah waktunya untuk-- .”“Kakak!” sela Kiara dengan cepat seolah tahu lanjutan per
"Kenapa kamu terlihat gugup?" tanya Andra pada perempuan di depannya. Kiara berdehem untuk memenangkan diri. "A-aku tidak gugup. Hanya saja ... aku tidak terbiasa dekat dengan laki-laki seperti ini."Selama ini Kiara hanya fokus pada sekolah dan ingin membahagiakan kakaknya. Tidak ada waktu untuk dekat, bahkan dia tidak pernah memikirkan sama sekali. Walaupun Kiara yang cantik, pintar, dan humble pada siapapun banyak disukai oleh teman laki-lakinya, tetapi Kiara selalu menolak untuk menjalin hubungan agar pikirannya tetap fokus pada tujuan."Oh ya?" seru Andra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Baguslah kalau begitu."Dahu Kiara mengerut. "Apanya yang bagus?"Andra tidak menjawab pertanyaan istri keduanya. Dia membuka laci yang ada di samping ranjang, lalu mengeluarkan sebuah map berwarna hijau yang segera diberikan pada Kiara. "Itu surat perjanjian selama kita menikah!" "Su-surat perjanjian?"Andra mengangguk. "Hm, aku tidak mau memberikan harapan atau janji palsu pada
Kiara tidak segera menyahuti pertanyaan suaminya. Kalau dibilang siap, tentu Kiara tidak siap haris melepaskan mahkota yang selama ini dijaga. Di sisi lain, Kiara ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan demi memenuhi keinginan Tere. "Aku akan tidur di sofa," kata Andra beranjak dari ranjang tanpa melihat pada Kiara. "Tidurlah, aku tidak akan menyentuhmu."Ucapan Andra yang terkesan santai membuat Kiara mengira kalau lelaki itu memang tidak mau menyentuhnya. Andra pasti berat harus tidur bersama wanita yang tidak dicintai. Kalau bukan karena keinginan Tere, pasti Andra tidak akan di kamar ini bersamanya. Kiara tiduran sambil menatap langit-langit kamar. Entah sampai kapan dia dan Andra akan menahan diri untuk tidak saling menyentuh. Padahal, mereka harus segera melakukan hubungan intim agar bisa mewujudkan keinginan Tere untuk agar Andra punya keturunan. "Kamu belum tidur, Kiara?" tanya Andra tanpa melihat pada Kiara yang ada di atas ranjang. Perempuan itu menoleh pada s
Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan
Kiara merasa asing dengan sikap suaminya, di lain sisi dia merasa hangat dengan sikap Andra. Mereka saling menatap begitu dalam, hingga Andra memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Lumayan dilakukan oleh Andra seraya memegang tengkuk istrinya untuk memperdalam penyatuan bibir mereka. Perlahan, dia membawa sang istri ke ranjang lalu merebahkannya dengan pelan tanpa melepas penyatuan bibir mereka. Detik demi detik berlalu, Andra mulai melepaskan tautan bibir mereka. Namun, dia masih berada di atas tubuh Kiara sambil melihat bibir bengkak karena ulahnya. "Kamu menyukainya, Ara?" tanya Andra mendapat anggukan pelan dan istrinya. "Bagus, kalau begitu ... bisa kita ke tahap selanjutnya?"Melihat respon istrinya yang pasrah, Andra kembali menyatukan bibir mereka dengan tangan yang mulai bergerilya membuka satu per satu pakaian Kiara. Kini perempuan di bawahnya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Lalu Andra berdiri dan sedikit menjauh. Kiara merasa sedikit malu dengan pen
Kiara pikir Tere akan meminta sesuatu yang normal untuk orang sakit, seperti makanan tertentu atau lainnya. Namun sang teman malah menginginkan hal yang tidak pernah dia duga. "Ayolah, Ra. Aku mau kamu menemani Bang Andra di rumah. Nanti biar Niken yang menemaniku di sini," bujuk Tere dengan wajah memohon. Kiara mendesah panjang. "Kalau aku menginap di rumahmu, Kak Fira bisa curiga, Re. Aku tidak mau membohonginya terus menerus," balas Kiara dengan jujur. "Kamu 'kan bisa pergi diam-diam seperti biasanya," sahut Tere terus membujuk Kiaranya dengan memegang tangannya. "Aku hanya ingin menebus waktu berdua kalian yang habis karenaku."Sudah berulang kali Kiara bilang kalau Tere tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak masalah kalau waktunya dan Andra berkurang. Tetapi wanita di depannya kekeuh ingin Kiara berduaan dengan Andra. Padahal, belum tentu lelaki itu setuju dengan keputusannya. Dan meski Kiara biasa pergi ke rumah Tere sembunyi-sembunyi untuk menjalankan tugasnya sebagai istri
Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer
Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga
Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak
Wanita cantik dengan pakaian yang modis memindai penampilan Kiara yang hanya mengenakan piayama. Tentu saja membuat perempuan itu merasa malu dengan penampilannya saat ini, tetapi mau bagaimana lagi Kiara tidak malas untuk ganti pakaian. "Bukannya kamu teman baik Kak Tere? Kenapa kamu malah mesra dengan Kak Andra? Kalian selingkuh di belakangnya?!" tanya beruntun wanita itu dengan mata memicing tajam. Kiara tidak menduga hal ini akan terjadi, di mana anggota keluarga Andra akan mengetahui hubungannya. Ya, wanita yang bertanya pada Kiara adalah keluarga Andra, lebih tepatnya adik dari suaminya. Kiara juga cukup mengenal wanita bernama Niken karena mereka pernah satu sekolah, namun Niken lebih muda dia tahun darinya. "Ya, aku teman dekat Tere dan kakak kelasmu waktu sekolah menengah atas," sahut Kiara sambil tersenyum, meskipun perasaannya tidak nyaman. "Terus kenapa kamu selingkuh dengan Kak Andra?""Soal itu-- ." Kiara menghentikan perkataan sejenak. "Tidak seperti yang kamu lihat
Di dalam gedung sedang berlangsung acara pergelaran busana. Para model berlenggak-lenggok dengan pakaian dari brand terpilih. Kiara duduk di bagian depan berdasarkan undangan yang diberikan oleh Tere. Dengan begitu mudah baginya untuk memindai dan memilih pakaian mana yang akan dibeli sesuai dengan pesanan Tere. Sedangkan Andra berada di lain sisi tempat Kiara berada. Namun, lelaki itu masih bisa dengan jelas memperhatikan sang istri yang terlihat fokus pada acara yang berlangsung. Peragaan sudah selesai dilaksanakan, Kiara sudah menentukan pakaian mana yang akan dia beli. Selagi menunggu pesanannya disiapkan, dia menikmati minuman dan makanan yang disajikan oleh pembuat acara. "Minuman itu ada alkoholnya," gumam sebuah suara membuat Kiara menoleh. "Minum jus di sebelahnya."Tadinya Kiara mau mengambil minuman berwarna coklat, tetapi Andra datang dan menyuruhnya mengambil minuman berwarna orange. Tidak mau ambil risiko, Kiara menurut tanpa sepatah kata pun. Selesai mengambil minuma
Jika hari sabtu biasanya Kiara akan menghabiskan waktu bersama kakaknya, kini dia harus ke Bandung untuk menghadiri fashion show. Bukan untuk ikut memeragakan pakaian dari butik tempatnya kerja, melainkan untuk membeli salah satu pakaian paling baik. Kini dia berada di dalam mobil bersama Andra yang ada di sebelahnya. Seperti biasa, tidak akan ada percakapan dari mereka. Apalagi sudah beberapa hari ini Andra dan Tere bersikap aneh. Keduanya lebih banyak diam, tidak pula meminta Kiara datang ke rumah mereka untuk melakukan kewajibannya. Kiara berpikir kalau mereka sedang ada masalah, tetapi Kiara bingung bagaimana dirinya bisa membantu menyelesaikan masalah pasangan tersebut. "Kita akan menginap di hotel dan pulang besok sore," ucap Andra tanpa menoleh pada perempuan di sampingnya. "Iya, Mas," balas Kiara menoleh pada lelaki itu. "Oh ya, apa Mas ada masalah dengan Tere?"Andra melihat istri keduanya sekilas, lalu melihat kembali ke jalan di depannya. "Hanya masalah kecil."Kiara tid