*Bandara Soekarno Hatta“Abang Biru ke mana sih? Kok belum datang ….” Mami bergumam sambil terus celingukan mencari satu lagi anaknya.Cinta pikir sedari tadi mami celingukan seperti itu karena mencari toilet atau penjual minuman.“Abang enggak akan dateng, Mi … Abang udah bilang sama Cinta enggak akan anter Cinta ke Bandara.” Senyum Cinta terkembang tapi sorot matanya sendu.“Ya udah, berarti enggak ada lagi yang kita tunggu … kita masuk,” kata papi memberi instruksi.Beberapa hari lalu Biru datang ke rumah mami papi sepulang praktik sebelum menjemput Jingga di kantor.Abang kesayangan Cinta itu meminta maaf karena tidak bisa ikut mengantar ke Bandara.Cinta mengerti dan tidak mempermasalahkan karena tahu kalau abangnya belum berhenti didera perasaan bersalah dan masih membenci Davian.Sewaktu terbongkarnya niat jahat Davian, Berulang kali Biru meminta maaf kepada Cinta.Abangnya itu mengatakan kalau merasa bersalah karena dirinyalah telah membuat Cinta jadi seperti ini.Tapi sunggu
Benar kata Davian, mereka menempati rumah dinas yang jaraknya sangat dekat dengan kantor pria itu tapi di dalamnya disulap seperti rumah mewah yang tentunya dengan budget sendiri tidak ditanggung pemerintah.Ini semua Davian lakukan agar Cinta kerasan tinggal di sana.Dari luar, rumah itu seperti rumah dinas yang lain tapi dalamnya sangat eksclusive bahkan Davian mengganti cat dan lantai agar terasa lebih nyaman.Papi cukup puas saat melihat ke dalam rumah, bibir beliau sedikit tersenyum sambil manggut-manggut sembari memindai keseluruhan ruangan di rumah itu.Mami dan papi kemudian dituntun oleh driver yang membawa koper ke kamar tamu untuk membersihkan diri sebelum makan malam.“Kamu istirahat aja ya, aku minta Encum masak makan malam dulu.” Encum dan pakaian juga barang-barang Cinta sudah sampai seminggu yang lalu.Sengaja Encum pergi duluan ke Medan untuk merapihkan rumah dan barang-barang Cinta agar ketika datang—semua barang-barang Cinta sudah tertata rapih di kamar.Cinta meng
Davian masuk ke dalam kamar setelah tadi mami keluar dari kamar dan memberitahunya kalau Cinta sudah tidur.Dia akan tidur di ranjang yang sama dengan Cinta tidak peduli istrinya suka atau tidak.Cinta tidur meringkuk menghadap sisi ranjang bagiannya jadi Davian bisa menatap wajah cantik sang istri yang tengah tertidur pulas.Diusapnya pipi Cinta lembut seringan bulu dengan sorot mata sendu.“Maafin aku Cinta, aku menyesal.” Davian melirih.“Aku enggak tahu kalau kamu akan semenderita ini karena patah hati,” sambung Davian lagi.Perlahan Davian menyelipkan tangan ke bawah leher Cinta dan istrinya itu bergerak tanpa sadar masuk ke dalam pelukannya.Menempelkan sisi wajahnya ke dada Davian dengan satu tangan melingkari pinggang pria itu.Tangan Davian yang bebas mengusap-ngusap punggung Cinta.Dia kecup dalam kening Cinta sebelum akhirnya mengeratkan pelukan dan mulai terlelap menyusul Cinta ke alam mimpi.*** Beberapa hari ini Jingga sering memergoki suaminya diam-diam melamun sendiri
Mami dan papi sudah kembali ke Jakarta.Tinggalah Cinta bersama Encum, Davian tidak perlu dihitung karena Cinta tidak mempercayai pria itu.Kemarin malam sebelum pulang, mami dan papi cukup lama bicara dengan Davian entah membicarakan apa.Pasti papi melayangkan banyak ancaman kepada Davian agar tidak menyakiti Cinta.Tapi bukan hanya Davian, mami dan papi juga adil memberikan banyak nasihat untuk Cinta.Salah satunya adalah agar Cinta mau membuka hati untuk Davian.Kenapa mami dan papi percaya sekali kepada Davian?Pria itu sudah pernah menyakitinya begitu hebat sampai rasanya Cinta ingin mati saja agar terlepas dari sakit ini.“Cinta,” panggil Davian dari pintu depan.Kebiasaan baru Davian setelah mami papi pulang adalah berteriak memanggilnya dari pintu depan ketika pulang kerja.Mungkin Davian berharap Cinta menyambut dengan senyum seperti seorang istri pada umumnya.“Ih ogah,” gumam Cinta membayangkan dia harus melakukan itu.Dia menaikkan volume televisi dan pura-pura fokus meno
Pintu kamar terbuka, sosok suaminya yang bertubuh tegap masuk.Sialnya Cinta malah menoleh dan dia mendapati Davian tersenyum.“Hai Cantik,” sapa Davian.Cinta mendelik manja, mengembalikan tatap ke layar televisi.Pria itu tidak menghampiri Cinta malah bergerak mendekati lemari lalu mengeluarkan tas dari dalam lemari.Cinta jadi semakin curiga karena biasanya Davian akan menggodanya dengan mengusap kepala atau mencuri kecup di kening atau pipi.“Aku harus ke luar kota, sekitar dua sampai tiga hari … nanti aku minta anggota buat ngecek keadaan kamu tiap hari, ada mobil sama supir kalau kamu mau jalan-jalan keluar … tapi kalau bisa jangan jauh-jauh ya.” Davian mengatakannya sambil memasukan pakaian ke dalam tas.Cinta langsung negatif thinking, dia berprasangka kalau Davian akan pergi bersama wanita yang sering datang ke kantornya.Tidak adanya sahutan dari Cinta itu tidak terlalu dianggap serius oleh Davian karena Cinta memang sering mengabaikannya. Pria itu bolak balik ke kamar mand
“Saya Sofia … Pak Davian ada?” Wanita itu bertanya dengan senyum ramah di bibir.“Lagi keluar kota,” jawab Cinta singkat.“Oh … ini, saya bawa kue untuk pak Davian … tadi saya di kasih tahu tukang parkir Polsek katanya pak Davian enggak ke kantor hari ini terus saya tanya alamat rumahnya dan ternyata dekat jadi saya ke sini,” tutur wanita itu, wajahnya tampak berseri. Cinta tidak langsung meraih paperbag itu.“Ada keperluan apa ya Mbak Sofia kasih-kasih kue gini sama suami saya? Suami saya aparat penegak hukum yang dilarang keras menerima hal-hal seperti itu.”Deg.Raut wajah wanita tadi berubah pias.Bukan karena perempuan yang di depannya menolak secara halus kue yang dia bawa melainkan karena informasi yang baru saja dia dapat bahwa perempuan muda ini adalah istrinya Davian. “Oh … pak Davian udah punya istri?” Dia bergumam.“Memangnya dia enggak cerita?” Cinta melipat tangannya di dada, tampangnya berubah judes.Wanita itu tersenyum canggung, dia menggelengkan kepala.Selama ini
Keesokan harinya Cinta seperti sedang menunggu seseorang, dia mandi pagi sekali menggunakan pakaian bagus sedikit seksi tidak lupa memoles sedikit wajahnya.Cinta duduk di depan jendela menjangkau pandangannya ke arah kantor Davian yang pelataran parkirnya sepi.Dia setia di sana sampai siang dan Encum mengajaknya makan siang.Lalu duduk di sana lagi sampai sore mengawasi apa saja yang dia bisa lihat di luar.Dan ketika hari hampir malam, Cinta membersihkan tubuhnya sebelum senja. Davian mengatakan akan pergi dua sampai tiga hari tapi tidak tahu kapan sebenarnya dia akan pulang.Seharian ini juga Davian tidak mengirim pesan sampai Cinta pegal menatap layar ponselnya.Mungkin Davian sedang dalam perjalanan pulang atau bisa jadi dia lelah mengirim banyak pesan hanya dibaca saja oleh Cinta.Dengam asumsi malam ini Davian akan pulang, Cinta pun memakai pakaian seperti malam ketika pria itu pergi, sesuai permintaan.Cinta menyemprotkan bodymist juga menggunakan lip product pelembap di bib
Davian bangun pagi itu tidak mendapati Cinta di sampingnya.Jam menunjukkan pukul sembilan pagi dan dia sudah sangat kesiangan untuk bangun tapi hari ini adalah hari liburnya jadi yang Davian lakukan bukan pergi ke kamar mandi melainkan keluar kamar mencari sang istri.Davian ingin tahu apa yang akan dilakukan atau dikatakan Cinta ketika mereka bertemu nanti setelah tadi malam untuk pertama kalinya setelah mereka menikah—melakukan hubungan suami istri.Dia yakin kalau tadi malam Cinta sadar saat bercinta dengannya karena dengan jelas Davian melihat mata Cinta sempat terbuka dan menatapnya sayu.Meski Davian tidak tahu kenapa Cinta tidak memprotes dan malah menikmati sentuhannya—yang padahal dia sudah berniat akan berhenti kalau tiba-tiba Cinta bangun dan menolak bercinta dengannya— tapi Davian merasa sangat bahagia.Bibir Davian tersenyum mengingat pergulatan panas mereka tadi malam.Ya ampun, Davian jadi ingin melakukannya lagi.Langkah Davian berhenti di dapur setelah mencari Cinta