Home / Romansa / Bukan Nikah Kontrak / Kontrak Penyelamat

Share

Kontrak Penyelamat

last update Last Updated: 2023-03-31 11:23:15

Tuk!

Sebuah map berwarna merah mendarat mulus ke atas meja tepat di depan Marina.

“Itu kontrak,” jawab pria berjas hitam, sebelum Marina sempat bertanya apa isi map merah itu.

“Kontrak apa?” tanyanya bingung. Bahkan ketika dia bangun pagi ini, rasanya semua membingungkan.

“Kontrak penyelamat,” ujarnya cepat. “Bisa dibilang begitu. Karena ini akan menyelamatkanmu dan juga menyelamatkanku.”

Marina tercenung. Sampul map merah itu ditatapnya lama. Mendengar kata menyelamatkan pikirannya langsung tertuju pada masalah yang sedang dihadapinya.

Tetapi tunggu! Dia ‘kan belum menceritakan masalahnya pada pria berjas hitam itu. Sontak Marina mengangkat kepalanya.

“Aku tahu kamu pasti punya masalah. Kalau tidak mana mungkin kamu coba bunuh diri dengan berusaha menabrakkan diri ke depan mobilku, ya ‘kan?” tembaknya langsung.

Kepala Marina menggeleng cepat. “Bukan begitu kejadiannya.” Dia sampai tercekat ludahnya sendiri. “Sebenarnya tadi malam itu ...”

“Oh iya aku lupa sesuatu,” potong sang pria tiba-tiba. “Mungkin kamu sudah dengar para maid menyebut-nyebut namaku. Tetapi alangkahnya baiknya kalau aku perkenalkan kembali. Namaku Marco.” Tangan kanannya terjulur ke depan wajah Marina. “Namamu?”

“Marina.”

“Marina? Kayak nama merek hand and body lotion.”

“Apa?” Marina sedikit berteriak. Mukanya tertekuk, merasa tersinggung. Entah pria itu sedang bercanda atau memang bagian dari kepolosannya saja.

“Aku tidak salah ‘kan? Di televisi banyak kok muncul.”

Memang benar, hanya saja Marina merasa kalau itu adalah bentuk ejekan untuknya. Baru kali ini ada yang berkata seperti itu, biasanya mereka akan langsung memuji kesepadanan nama dengan wajah cantik yang dimilikinya.

“Apa tujuanmu melakukan ini?” Marina mati-matian agar bisa menatap Marco lama. Namun dia selalu kalah karena tatapan pria itu dinilai terlalu menyeramkan. “Apa kamu sengaja menolong agar bisa memanfaatkanku?”

“Kalau aku jahat, buat apa aku repot-repot membawamu ke rumahku, menjamu dengan baik padahal kamu pingsan saja bukan gara-gara aku. Dan soal tujuan, kamu baca saja kontrak itu, semuanya akan dijelaskan di sana.” Marco mulai sewot, mana terima dia dituduh begitu. “Mari kita buat simbiosis mutualisme.”

Hasil pemeriksaan dokter keluarga semalam mengatakan kalau Marina kelelahan dan magnya kambuh makanya pingsan, selebihnya dia baik-baik saja.

Lalu mengapa dia memilih Marina?

Alasannya, dia sedang dikejar-kejar waktu. Lagipula Marina adalah seorang wanita yang bila dilihat-lihat cukup menarik hanya perlu sedikit polesan saja.

“Kalau aku tidak mau, bagaimana?” Mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan ini sama beratnya dengan mengumpulkan kekuatan menelepon budenya meminta bantuan.

Marco berkedik bahu. “Silakan angkat kaki dari rumahku. Plus bayar semua layanan yang sudah kamu terima. Mulai dari makanan, tempat tidur sampai biaya periksa dokter. Dan itu nominalnya tidak sedikit. Seratus juta paling sedikit.”

Pupil mata seketika Marina membesar. Marco mengatakannya dengan sangat santai ditambah seringai khas yang membuat Marina makin tersudutkan. Semalam dia sempat berpikir bahwa Marco adalah sosok malaikat berjubah putih. Dalam sekejap pikiran tersebut berubah, dia tak ubahnya malaikat pencabut nyawa.

“Aku kasih kamu kesempatan buat pikir-pikir dulu. Tapi ... hanya sampai jam makan siang. Aku tidak punya banyak waktu. Kalau kamu menolak, aku harus cari penggantimu dan itu tidak mudah,” katanya tegas.

Marina yang bingung hanya bisa mengusap wajah piasnya. Waktu makan siang sebentar lagi, mana bisa dia mengambil keputusan secepat kilat?

“Sekarang aku akan ke kantor. Kamu masih bisa tinggal di rumahku sampai waktu makan siang. Tetapi jangan lupa, ongkosnya tentu akan bertambah.” Marco tersenyum puas telah berhasil membuat lawannya tidak berkutik di tempat.

Setelah Marco pergi, Marina melepaskan resah. Ditatapnya map merah tadi sebelum dibuka lembar demi lembar untuk mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan pria tampan itu.

“Ternyata soal harta warisan,” gumamnya. Tujuan Marco tertulis jelas di lembaran pertama. Kontrak berlaku hanya sampai besok, saat rapat pemegang saham dilaksanakan. Setelahnya Marina bisa bebas. “Tiga keinginan?” Kontrak tersebut juga dibuat sedemikian rupa agar bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak.

“Puhh!” Marina mengangkat pantat untuk berpindah ke kamarnya ―maksudnya kamar tamu milik Marco. Sambil berbaring dia kembali membaca lembaran berikut dari kontrak mereka. Tawanya seketika pecah. “Kamu pembuat skenario yang buruk.”

Benar-benar lengkap Marco tuliskan pertemuan pertama mereka, siapa yang jatuh cinta pertama, sampai pas pacaran mereka seperti apa.

“Pertemuan pertama di British Library, Marco sedang membaca buku, Marina lewat dan langsung mengagumi ketampanannya yang memang menjadi idola para gadis di kampus.” Selain perfeksionis, rupanya dia juga narsis. “Pertemuan kedua waktu itu Marina sedang menunggu bus pulang, hari sedang hujan, Marco datang bak superhero membawakan payung untuknya. Marina makin terpesona.”

“Gila!” pekiknya. “Dia benaran menulis ini semalam? Bisa kupastikan dia kurang membaca novel romansa atau menonton film penuh romantisme. Selera romantisnya buruk sekali. Pria yang kaku!”

Lembaran kertas itu dibuang asal. “Apa aku harus terima tawaran ini?” Dia menatap langit-langit kamar. “Dengan segala koneksinya, ia pasti bisa membantuku mencari tahu keberadaan Nathan. Atau mengembalikan surat-surat rumahku dari tangan debt collector bank Semesta.”

Sungguh, simbiosis mutualisme. Malah Marina menang banyak. Kontraknya berakhir besok, tetapi dia dapat kesempatan untuk menyelesaikan semua masalah hidupnya. Benar-benar untung ada dipihaknya.

Drrt!

Ponselnya bergetar. Ketika dilihat bahwa itu panggilan dari sang bude. Dia mengurungkan niat untuk mengangkatnya. Sebab dia tahu kalau budenya pasti akan bertanya alasan mengapa semalam dia tidak jadi menginap yang ujung-ujung merembet ke banyak hal tak masuk akal.

“Maaf, bude. Tetapi kalau bude cuman mau menyalahkan papaku, aku tidak akan pernah tinggal diam.” Dan nomor budenya langsung diblokir.

Perbuatan Marina mungkin akan dinilai tidak sopan, baginya itu bukan masalah yang besar. Toh, hubungan mereka juga tak pernah baik, hanya karena almarhum mamanya yang minta makanya nomor sang bude masih tersimpan rapi di handphonenya.

“Benar Marina, apa yang kamu lakukan sudah benar. Ini adalah kesempatan untuk melanjutkan hidup tanpa gangguan mereka.”

Untuk meredakan rasa kesalnya dan gerah semalam belum mandi, Marina putuskan bersih-bersih diri. Lagi-lagi Marina dibuat berdecak kagum begitu melihat kamar mandi di rumah itu. Mewah, terbuat dari keramik-keramik yang sangat mahal. Membuatnya keasyikan berendam sampai akhirnya ketiduran saking rileksnya. Baru terbangun saat hampir mendekati jam makan siang.

“Alamak!” dia berseru panik sambil buru-buru bangkit kemudian keluar kamar mandi. Berdandan seadanya dengan pakaian yang tak sempat dibuang oleh para debt collector, dia akan menuju meja makan.

“Eh, nyonya kebetulan sekali,” ujar maid yang ditugaskan untuk memanggilnya. Mereka bertemu di depan pintu kamar. “Tuan Marco sudah menunggu di meja makan. Mari.”

Marina mengekor di belakang. Dia tengah mempersiapkan diri bertemu Marco. Pria tampan berwajah blasteran, seorang pekerja keras yang bahkan di meja makan masih sempat membaca dokumen kerjanya dan punya senyum menawan andaikan dia mau terus menebarkan senyumannya itu.

Mendengar langkah kaki mendekat, kepala Marco terangkat. Begitu mereka saling menatap, Marco langsung berdiri lantas berkata, “Waktumu sudah habis. Sekarang katakan keputusanmu!”

Marina tercekat ludahnya sendiri.

“Aku harap kamu tidak akan membuat kesalahan dengan memberi jawaban yang salah, Marina,” sambung Marco.

Related chapters

  • Bukan Nikah Kontrak   Aku Setuju

    Malam sebelum kontrak penyelamat diajukan. “Pokoknya kakek mau kamu yang mewarisi harta keluarga kita. Kamu cucuku, Marco. Kamulah sang penerus.”Pria berwajah blasteran Jerman tersebut hanya bisa mengusap wajah. Dia mau bahkan sangat mau menjadi ahli waris. Namun, yang membuatnya tak mudah adalah syarat untuk mendapatkan hak tersebut. “Jangan merengut begitu, Marco. Turuti saja apa kata kakek. Lusa begitu kakek dan nenek pulang, rapat pemegang saham dilakukan dan kamu sudah harus siap.”Pria itu mengangguk malas. Pembicaraan ini bukan yang pertama. Kakeknya, meskipun berada di luar negeri masih menyempatkan waktu menghubungi secara teleconference hanya untuk memperingatkan dirinya.“Ngangguk-ngangguk aja bisamu. Cari pacar sana! Masakan dengan wajah tampanmu tidak ada satu pun wanita yang tertarik?”“Siapa yang bilang?” ujarnya tak terima. “Yang mau ke Marco itu banyak. Bejibun. Akunya aja yang belum mau. Lagi pula Marco masih muda, masih waktunya senang-senang.”Pria paruh

    Last Updated : 2023-03-31
  • Bukan Nikah Kontrak   Hampir Ketemu Nathan

    Selama perjalanan pulang, beberapa kali Marina sempat menolehkan kepala ke arah kursi kemudi. Marco jadi membisu sejak telepon yang diterimanya, yang mana itu malah membuat Marina penasaran banyak hal termasuk soal si ‘tikus kecil’.Di tengah-tengah perjalanan, Marco harus menginjak rem dengan cepat setelah sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. “Sialan!” umpat Marco sambil memukul kemudi mobil. “Bosan hidup rupanya.” Marina yang berada di sebelahnya hanya bisa melongo karena tak paham akan situasinya. Marina hanya tahu kalau pintu mobil yang menghalangi mereka tiba-tiba terbuka dan seorang pria turun dari sana.“Ternyata kita bertemu di sini ‘tikus kecil’.”Marina menoleh. “Tikus kecil?” cicitnya.“Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana. Aku akan turun dan membasmi hama penggangu itu.” Marco coba bersikap santai, malah, masih sempat tebar pesona kepada Marina. Namun begitu pintu dibuka, senyum itu turun dan berganti menjadi kebengisan tiada tara.Marina turut pe

    Last Updated : 2023-03-31
  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Naik Level

    [“Kami sudah berhasil menemukannya, bos!”]Marco berdeham sebagai jawaban, ia tak perlu menjawab panjang lebar anak buahnya langsung paham arti dehaman tersebut.“Sekarang kita ke rumah dan obati kakimu.” Di kaki mulus Marina terdapat banyak baret yang mengeluarkan darah segar. “Kamu jadi abai sama diri sendiri demi pria sepertinya. Sungguh sangat disayangkan, Marina.”Kepala Marina terangkat dan menatap sinis ke arah Marco. Bukannya, marah atau takut, pria yang berdandan kasual itu justru memasang seringai mengejek. Makin manyunlah bibir Marina. Tiba di rumah, Marco mengajak masuk. Lekas memanggil para maid untuk mengambilkan kotak P3K. “Biar aku sendiri aja yang obati.”Marco mendesis. “Jangan banyak protes, jarang-jarang aku mau berbaik hati seperti ini.” Marina tetap disuruh berselenjor di sofa lalu pahanya dijadikan sebagai pengganjal kaki wanita itu. “Aku bisa sendiri kok,” ketus Marina.“Bisa diam ngak sih? Aku lagi fokus nih.” Marco tak kalah ketus. “Salah yah

    Last Updated : 2023-03-31
  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Naik Level 2

    Pria yang memiliki darah Jerman dari almarhum ibunya itu sedang gusar. Kondisi hatinya terus memburuk setelah keputusan rapat tadi siang. Tampaknya 2 botol Jhonnie Walker yang punya kisaran harga 5-10 juta per botolnya itu belum mampu membuat perasaanya membaik. Ting! Sudut gelasnya berdenting setelah dijentik menggunakan jari. Mulutnya terus mendecap tengah meresapi rasa lembut dari minuman yang kaya akan aroma buah dan rempah-rempah di tangannya. “Sie mussen die dinge tun von denen sie glauben, dass sie sie nicht tun konne.” Kutipan yang sangat dia sukai. Artinya kurang lebih untuk lebih semangat dalam menyelesaikan semua masalah. “Haaah!” Tubuhnya merosot turun dan langsung mengambil posisi berselenjor di atas sofa. Gelas di tangannya dilepaskan begitu saja. Alkohol mungkin belum mampu membuat mood-nya baik tetapi paling tidak dia bisa tertidur nyenyak selama beberapa waktu ke depan. Sementara itu Marina di dalam kamarnya, maksudnya kamar tamu di rumah Marco, tampaknya menghad

    Last Updated : 2023-06-01
  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Anak

    "Siapa wanita yang tadi dibawa Marco?”Sementara itu di kediaman saudara tiri Marco, kejutan yang diberikan oleh Marco membuat bincang siang mereka terasa kian berat.“I don’t know, mom,” jawab wanita cantik berambut sebahu di dekat guci besar.“Tapi dia cantik. Rambutnya yang panjang bergelombang, bibir merah merona, wah ... pakai baju saja dia seindah itu apalagi tidak.”“Hei, Reza!” seru dua wanita di dekatnya itu bersamaan.“Yah ... ternyata adikku sudah besar.”“Stop nonton film biru atau otongmu mama bikin impoten.” Bila sang kakak membela, mamanya kelihatan kurang senang. Dia senang kalau melihat anaknya ketakutan sambil merapatkan kaki guna menyembunyikan senjata pusakanya.“Di mana dia dapat perempuan secepat itu? Bukannya kemarin dia masih jomlo?”“Wanita itu sudah ada bersamanya sejak dua hari lalu.”“Kamu kok bisa tahu?”“Anak buah Reza yang kasih tahu.” Pria berkulit sawo matang itu terlihat menyembunyikan sesuatu dari mama dan kakaknya. “Yah anak mama yang

    Last Updated : 2023-06-02
  • Bukan Nikah Kontrak   TTD Kontrak

    “Kenapa bisa lepas?”Sesaat setelah mendapat pesan dari anak buahnya, Marco pergi menemui mereka di rumah sakit. Tepatnya di kamar mayat. Marco yang putuskan sendiri tetap membiarkan mayatnya di autopsi terlebih dulu.“Maafkan kami, bos.”Mereka bisa saja sasaran empuk kemarahan Marco. Namun, tak akan dilakukan demi menjaga tubuhnya dari seragan darah tinggi. Bila menilik dari sisi lain masalah ini, pria yang kini terbujur di depannya, bisa membersihkan tangannya dari darah. Berarti kalau ada apa-apa, bukan dia yang akan kena getah. Sebagai bahan pertimbangan lain Marco membatalkan niat marah-marahnya.“Tetap cari tahu apakah ini suruhan si rubah licik atau ada orang lain yang ingin bermain-main denganku.”“Baik, bos. Siap, bos!”Karena urusannya sudah selesai, Marco kembali berkendara di tengah dinginnya malam kembali ke rumah. Ada yang mesti dia lakukan sebelum fajar kembali menyingsing. Hal itu adalah kontrak dengan calon istri bohongannya.Tak banyak hal yang perlu diubah,

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Nikah Kontrak   Coyote dan Shoebill

    “Marco itu memang tampan, tapi sayang perangai buruk. Emosinya setipis tisu. Gesekan sedikit saja, emosinya bisa langsung tersulut. Semoga saja tuanya tidak hipertensi kayak kakeknya.”“Jadi nyalahin aku. Aku tekanan darah tinggi bukan karena suka marah-marah loh.” Kakek Marco langsung protes. “Perasaan dari tadi aku diam saja, kenapa jadi malah kena sasaran?”“Masa sih? Kamu ‘kan mudanya kayak anak dan cucumu.”“Kalau gantengnya, harus aku akui.”Marina menghela napas panjang. Berada di dekat dua orang ini, membuatnya harus punya rasa sabar seluas semesta. Apalagi meladeni semua kerandoman yang dimiliki dua orang tua tersebut. Meski begitu perasaan Marina jauh lebih tenang. Bila membandingkan hidupnya, hanya orang tua dari papanya yang punya rasa sayang untuknya, itu pun tidak lama. Kakek nenek dari sang mama, malah tak pernah melihat wajahnya sama sekali. Perang dingin antar keluarga adalah penyebab hal tersebut terjadi.Setiap kali almarhum papanya mengajak liburan ke rumah s

    Last Updated : 2023-06-04
  • Bukan Nikah Kontrak   Daftar Kebutuhan Cewek

    “Kenapa kita ke rumah sakit? Nathan sakit? Dia sakit apa?”Pengkhianatan Nathan memang menyakiti perasaan Marina. Namun, rasa cinta itu tetap ada. Marina mencintainya tulus. Nathan harusnya bersyukur untuk hal ini, bukannya malah berkhianat.Marco melirik, dia pilih tetap diam. Memikirkan bahwa Marina akan heboh, jejeritan di depan rumah sakit, mereka akan jadi bahan tontonan, lebih baik di depan kamar mayat saja baru dijelaskan. Kalau pun nanti dia teriak-teriak, tak akan ada yang bakal terganggu kecuali mayat-mayat itu bisa hidup lagi.“Nathan sakit?” Merasa dianggurin, jaket Marco dia tarik-tarik. “Dia sakit apa, Marco?” Menatap pemilik mata kacang kastanye itu penuh harap. “Puhh!” Makin tak tega menyembunyikannya lama-lama. Satu jari telunjuknya terarah pada tulisan ruangan ‘Kamar Mayat’ di depan pintu.Begitu Marina mengikuti petunjuk Marco, seluruh tubuhnya seketika bergetar hebat. Matanya diselimuti kaca bening yang tak butuh waktu lama untuk pecah dan mengalirkan rasa

    Last Updated : 2023-06-05

Latest chapter

  • Bukan Nikah Kontrak   Boneka si Mama

    “Dari mana aja sih, Reza?”Reza, yang baru kembali dari rumah Marco langsung disambut tanya dari sang mama.“Dari kantor kak Marco.” Dia menyembunyikan satu bagian cerita, tentang singgah ke rumah kakak tirinya demi menyelamatkan Marina.“Lama amat. Jangan sering-sering kelayapan.”“Iya, ma.” Reza mengangguk patuh. Dia memang anak yang penurut. Harus tunduk apa perintah mama. Makanya tak salah Marco menyematkan julukan mama-boys untuknya. “Jadi gimana ma, si Marina udah diamanin?” Mesti pakai bahasa eksplisit agar mamanya tak menaruh curiga sama sekali.Mamanya menjentikkan jari. “Off course.”Muka Reza panik. “Di tempat yang biasa kan, ma?”Mata mamanya menyipit. “Kenapa kamu tanya-tanya begitu?”“Ah ngak kok, ma. Cumanya nanya aja.” Dia memasang ekspresi tenang, seakan tak ada apa-apa. Mata mamanya memicing lagi, tampak masih belum yakin. “Kakak ke mana?” Akhirnya dia mengalihkan perhatian dengan membahas sang kakak yang belum kelihatan batang hidungnya sedari pagi.“Ada

  • Bukan Nikah Kontrak   Aku disini, Marco!

    Setelah Marina pingsan, tubuhnya langsung diangkat masuk ke dalam sebuah van yang telah menunggu di ujung gang. Satu dari tiga pria bertopeng itu sebelum masuk ke dalam mobil, menghampiri si nenek tadi.“Ambil ini!” Dia menyerahkan beberapa lembar uang lalu memberi kode seperti mengunci mulut. Harga untuk keberhasilannya memancing Marina ke sarang penyamun.Nenek itu menerimanya dengan hati penuh rasa bersalah. Apalagi saat melihat tiga bungkus roti dalam buntalan kainnya, rasa bersalah itu makin menjadi-jadi. Hanya bisa berdoa dalam hati agar Marina segera dapat pertolongan. Karena sebenarnya dia terpaksa melakukan perbuatan kejam tersebut. Cucunya butuh uang untuk berobat ke rumah sakit.Mobil van melaju meninggalkan gang sempit, masuk ke jalan besar, selap-selip di antara kendaaran lain. Dalam kecepatan 100 km/ jam, hitungan menit saja para penculik telah meninggalkan jalanan ibukota. Masuk ke jalan berbatu sedikit becek sebab hujan semalam. Begitu mulai memasuki kawasan di

  • Bukan Nikah Kontrak   Niat Menolong Malah Ditodong

    “Aduh, harusnya tadi aku tuh naik ojek. Ah ... ternyata minimarketnya jauh. Mana perut masih sakit lagi.”Gadis cantik bergaun cokelat motif bunga-bunga itu, berjalan di trotoar sambil memperhatikan maps mencari lokasi keberadaan minimarket terdekat dari rumah. Meski kesusahan ―karena wanita memang sulit bila berhubungan dengan arah― akhirnya dia sampai juga. Paling yang gempor cuman betisnya saja.Dia berniat membeli beberapa pembalut, sebab berdasarkan perhitungan tanggal dan rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerang, sebentar lagi dia akan kedatangan tamu bulanan. Sebagai tamu di rumah Marco, tidak lah mungkin Marco menyiapkan hal-hal seperti itu. Siapa pula yang mau pakai, Marco? Neneknya? Para maid yang rata-rata sudah berumur?Maka dengan inisiatif sendiri Marina pergi membeli keperluannya di minimarket. Dia membeli satu merek yang biasa dipakai setelah itu ke kasir untuk membayar. Pada rak di dekat meja kasir, ada banyak roti dengan berbagai merek. “Sepuluh ribu satu kak

  • Bukan Nikah Kontrak   Rencana busuk mama tiri

    “Kematian pria itu tidak wajar. Harus kita selediki.”“Tetapi, dia ‘kan musuh bos, kenapa sampai segitunya diselidiki? Bisa dibiarkan saja, malah justru bagus dendam bos terbalaskan tanpa perlu mengotori tangan sendiri.”Apa yang dikatakan oleh anak buah Marco, memang benar. Namun itu sebelum dia tahu kalau Nathan adalah salah satu dari permintaan Marina. Terikat kontrak, terpaksa dia harus mengusutnya sampai tuntas.“Lakukan saja apa permintaanku. Selanjutnya biar aku yang urus sisanya. Jangan lupa cari tahu juga tentang asal-usul pria itu.”Pemimpin, salah satu anak buahnya yang dipercayakan berkomunikasi langsung dengan Marco, mengangguk paham. Berputar 180 derajat, meninggalkan Barkley. Setelah anak buahnya pergi, Marco menghubungi sekretarisnya lewat telepon pesawat.“Iya ada apa, pak?” Berselang beberapa menit, sebuah kepala terjulur di balik pintu ruangan kerja Marco. Seorang wanita berpakaian rapi masuk dan membawa beberapa map berwarna. Jalannya sedikit lambat, selain

  • Bukan Nikah Kontrak   Daftar Kebutuhan Cewek

    “Kenapa kita ke rumah sakit? Nathan sakit? Dia sakit apa?”Pengkhianatan Nathan memang menyakiti perasaan Marina. Namun, rasa cinta itu tetap ada. Marina mencintainya tulus. Nathan harusnya bersyukur untuk hal ini, bukannya malah berkhianat.Marco melirik, dia pilih tetap diam. Memikirkan bahwa Marina akan heboh, jejeritan di depan rumah sakit, mereka akan jadi bahan tontonan, lebih baik di depan kamar mayat saja baru dijelaskan. Kalau pun nanti dia teriak-teriak, tak akan ada yang bakal terganggu kecuali mayat-mayat itu bisa hidup lagi.“Nathan sakit?” Merasa dianggurin, jaket Marco dia tarik-tarik. “Dia sakit apa, Marco?” Menatap pemilik mata kacang kastanye itu penuh harap. “Puhh!” Makin tak tega menyembunyikannya lama-lama. Satu jari telunjuknya terarah pada tulisan ruangan ‘Kamar Mayat’ di depan pintu.Begitu Marina mengikuti petunjuk Marco, seluruh tubuhnya seketika bergetar hebat. Matanya diselimuti kaca bening yang tak butuh waktu lama untuk pecah dan mengalirkan rasa

  • Bukan Nikah Kontrak   Coyote dan Shoebill

    “Marco itu memang tampan, tapi sayang perangai buruk. Emosinya setipis tisu. Gesekan sedikit saja, emosinya bisa langsung tersulut. Semoga saja tuanya tidak hipertensi kayak kakeknya.”“Jadi nyalahin aku. Aku tekanan darah tinggi bukan karena suka marah-marah loh.” Kakek Marco langsung protes. “Perasaan dari tadi aku diam saja, kenapa jadi malah kena sasaran?”“Masa sih? Kamu ‘kan mudanya kayak anak dan cucumu.”“Kalau gantengnya, harus aku akui.”Marina menghela napas panjang. Berada di dekat dua orang ini, membuatnya harus punya rasa sabar seluas semesta. Apalagi meladeni semua kerandoman yang dimiliki dua orang tua tersebut. Meski begitu perasaan Marina jauh lebih tenang. Bila membandingkan hidupnya, hanya orang tua dari papanya yang punya rasa sayang untuknya, itu pun tidak lama. Kakek nenek dari sang mama, malah tak pernah melihat wajahnya sama sekali. Perang dingin antar keluarga adalah penyebab hal tersebut terjadi.Setiap kali almarhum papanya mengajak liburan ke rumah s

  • Bukan Nikah Kontrak   TTD Kontrak

    “Kenapa bisa lepas?”Sesaat setelah mendapat pesan dari anak buahnya, Marco pergi menemui mereka di rumah sakit. Tepatnya di kamar mayat. Marco yang putuskan sendiri tetap membiarkan mayatnya di autopsi terlebih dulu.“Maafkan kami, bos.”Mereka bisa saja sasaran empuk kemarahan Marco. Namun, tak akan dilakukan demi menjaga tubuhnya dari seragan darah tinggi. Bila menilik dari sisi lain masalah ini, pria yang kini terbujur di depannya, bisa membersihkan tangannya dari darah. Berarti kalau ada apa-apa, bukan dia yang akan kena getah. Sebagai bahan pertimbangan lain Marco membatalkan niat marah-marahnya.“Tetap cari tahu apakah ini suruhan si rubah licik atau ada orang lain yang ingin bermain-main denganku.”“Baik, bos. Siap, bos!”Karena urusannya sudah selesai, Marco kembali berkendara di tengah dinginnya malam kembali ke rumah. Ada yang mesti dia lakukan sebelum fajar kembali menyingsing. Hal itu adalah kontrak dengan calon istri bohongannya.Tak banyak hal yang perlu diubah,

  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Anak

    "Siapa wanita yang tadi dibawa Marco?”Sementara itu di kediaman saudara tiri Marco, kejutan yang diberikan oleh Marco membuat bincang siang mereka terasa kian berat.“I don’t know, mom,” jawab wanita cantik berambut sebahu di dekat guci besar.“Tapi dia cantik. Rambutnya yang panjang bergelombang, bibir merah merona, wah ... pakai baju saja dia seindah itu apalagi tidak.”“Hei, Reza!” seru dua wanita di dekatnya itu bersamaan.“Yah ... ternyata adikku sudah besar.”“Stop nonton film biru atau otongmu mama bikin impoten.” Bila sang kakak membela, mamanya kelihatan kurang senang. Dia senang kalau melihat anaknya ketakutan sambil merapatkan kaki guna menyembunyikan senjata pusakanya.“Di mana dia dapat perempuan secepat itu? Bukannya kemarin dia masih jomlo?”“Wanita itu sudah ada bersamanya sejak dua hari lalu.”“Kamu kok bisa tahu?”“Anak buah Reza yang kasih tahu.” Pria berkulit sawo matang itu terlihat menyembunyikan sesuatu dari mama dan kakaknya. “Yah anak mama yang

  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Naik Level 2

    Pria yang memiliki darah Jerman dari almarhum ibunya itu sedang gusar. Kondisi hatinya terus memburuk setelah keputusan rapat tadi siang. Tampaknya 2 botol Jhonnie Walker yang punya kisaran harga 5-10 juta per botolnya itu belum mampu membuat perasaanya membaik. Ting! Sudut gelasnya berdenting setelah dijentik menggunakan jari. Mulutnya terus mendecap tengah meresapi rasa lembut dari minuman yang kaya akan aroma buah dan rempah-rempah di tangannya. “Sie mussen die dinge tun von denen sie glauben, dass sie sie nicht tun konne.” Kutipan yang sangat dia sukai. Artinya kurang lebih untuk lebih semangat dalam menyelesaikan semua masalah. “Haaah!” Tubuhnya merosot turun dan langsung mengambil posisi berselenjor di atas sofa. Gelas di tangannya dilepaskan begitu saja. Alkohol mungkin belum mampu membuat mood-nya baik tetapi paling tidak dia bisa tertidur nyenyak selama beberapa waktu ke depan. Sementara itu Marina di dalam kamarnya, maksudnya kamar tamu di rumah Marco, tampaknya menghad

DMCA.com Protection Status